Mengenal Hino AK, Bus 'Pelari' Bermesin Depan yang Jadi Andalan Perusahaan Otobus Jawa
Yongki Sanjaya · 13 Mei, 2024 18:02
0
0
Nama bus Hino AK tiba-tiba ramai diperbincangkan di berbagai forum digital, terutama para penggemar bus yang kerap dapat sebutan Busmania.
Penyebabnya antara lain setelah kasus kecelakaan maut bus pariwisata yang sedang membawa siswa SMK Lingga Kencana Depok dan terguling di kawasan Ciater, Subang, Jawa Barat.
Bus pariwisaa PO Trans Putera Fajar itu diduga mengalami rem blog sehingga tidak mampu mengendalikan kecepatan pada saaj jalanan menurun.
Sebelum terguling, bus juga sempat menabrak beberapa sepeda motor sampai akhirnya harus menelan 12 korban jiwa di lokasi kejadian.
Sejumlah warganet dan para Busmania menilai kalau kendaraan naas itu menggunakan bus Hino AK bermesin depan buatan tahun 2006.
Bus ini menggunakan mesin depan dengan kode AK1J non turbo dengan sistem pengereman sudah menggunakan udara.
Beberapa pihak menduga, rem bus blong akibat udara yang dibutuhkan untuk sisem penghenti laju kendaraan ini kurang dari kadar yang dibutuhkan.
Nah kali ini Autofun tidak akan membahas mengenai apa kira-kira penyebab kecelakaan bus pariwisata di Subang tersebut, namun mencoba mengingat kembali tentang sosok bus Hino AK.
Bus Hino AK Kerap Dipakai Perusahaan di Pulau Jawa dan Sumatera
Kalian yang tinggal di Jakarta mungkin sedikit asing dengan sosok bus Hino AK.
Ya, bus dengan mesin depan ini populasinya memang paling banyak ditemui di Jawa dan sebagian Sumatera, khususnya di rute Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Bus ini biasanya hadir untuk kendaraan angkutan penumpang kelas menengah bawah.
Maksudnya, bus dengan mesin depan ini biasanya digunakan sebagai bus kelas ekonomi atau patas.
Sebab, sangat jarang bus bermesin depan dipakai untuk kelas eksekutif yang mengutamakan kenyamanan.
Bus ini juga memang dipersiapkan oleh Hino untuk angkutan jarak menengah.
Disebut sebagai pelari, karena memang banyak perusahaan pengguna Hino AK ini menjadikan bus mereka sebagai kendaraan yang 'nguber waktu'.
Jadi, awak bus kerap memacu dalam kecepatan tinggi supaya tiba di tujuan tepat waktu.
Kembali soal kasus kecelakaan bus pariwisata di Subang, bus tersebut juga ternyata sudah beberapa kali ganti kepemilikan.
Sebelum dipakai oleh PO Trans Putera Fajar, bus tercatat dimiliki awalnya oleh sebuah perusahaan otobus (PO) untuk melayani trayek di Sumatera.
Selepas itu, bus dipinang sebuah PO yang bermarkas di Pulau Jawa, untuk kemudian berpindah tangan ke PT Jaya Guna Hage lantas berganti lagi dua kali perusahaan berebda sebelum akhirnya dimiliki PO Trans Putera Fajar.
Sayangnya, di data kepolisian dan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, didapati kalau izin KIR terakhir untuk bus tersebut hanya sampai di PO Jaya Guna Hage.
Jadi saat terjadi kecelakaan, bus didapati tidak mengantongi izin KIR sebagai bukti kendaraan komersial pengangku orang itu layak jalan.
Balik lagi soal sosok Hino AK, sebenarnya bukanlah model yang baru di jagat transportasi Indonesia.
Bus bermesin depan ini sudah cukup lama ada, dan pernah bersaing dengan banyak produk sejenis seperti Nissan CB, Mitsubishi BM, hingga Mercedes-Benz OF1113.
Era 1970 - 1990 bisa dibilang menjadi era kejayaan bagi bus berkonfigurasi front engine, karena pada era tersebut bus rear engine memang belum banyak beredar, persaingan pun cukup ketat karena dari berbagai pabrikan ikut mengeluarkan chasis dengan konfigurasi ini.
Kini, popularitas bus bermesin depan sudah kalah pamor dengan bus bermesin belakang karena jauh lebih nyaman.
Pesaing terberat hanya ada dari kubu Jerman, yaitu Mercedes-Benz OF 1623.
Lantas, apakah bus Hino AK ini sekarang tak lagi menarik? Mari kita bahas lebih dalam.
Jadi Andalan untuk Transportasi Darat Jarak Dekat
Andalan PO di Pulau Jawa
Bagi pengusaha bus di Pulau Jawa, mengoperasikan bus Hino AK8 adalah hal yang lumrah.
Salah satu faktor utama yang jadi pertimbangan ialah harganya yang cukup terjangkau.
Selain itu jalur antar provinsi di Pulau Jawa yang tidak terlalu banyak tikungan dan tanjakan membuat bus mesin depan buatan Hino ini bisa diandalkan.
Dari pertama diluncurkan hingga sekarang chasis Hino AK memang sangat identik dengan bus bumel atau ekonomi, bahkan bisa dibilang chasis legendaris untuk kelas bumel.
Hino AK8 cukup mudah dikenali, karena di depan maupun belakang selalu terpampang lambang "H" berukuran cukup besar.
Selain itu di depan bus pasti ada lubang grill untuk pendingin radiator mesin, khas bus bermesin depan.
Bus ini cenderung digunakan sebagai sarana transportasi hingga jarak menengah, karena memang tenaganya yang pas-pasan.
Pengusaha menjadikannya bus ekonomi karena tarikan awal yang cukup lincah, dengan layout mesin depan dan penggerak belakang.
Jadi, akselerasi tak seberat bus bermesin belakang yang seperti punya banyak beban di sisi roda belakang. Distribusi bobot lebih proporsional sehingga lincah dan gesit untuk cari setoran.
Total ada 4 seri Hino AK yang beredar di Indonesia, berikut ini perjalanan beberapa varian Hino AK yang pernah ada sebelumnya:
AK17, mulai diproduksi tahun 1985–1995 pakai mesin H07C, 6728cc, 175 ps;
AK3H, mulai diproduksi sejak 1995-2003 pakai mesin H07D, 7412cc, 190 ps;
AK1J, mulai diproduksi sejak 2003-2007 pakai mesin J08C-F, 7961cc, 210 ps;
AK8J, diproduksi sejak 2007 sampai sekarang pakai mesin J08E-UH, 7684cc, 215 ps;
Varian AK8 cocok digunakan untuk trayek jarak menengah yang tidak begitu jauh. Operator bus menggunakannya paling banyak untuk jarak 'nanggung', antara lain trayek:
Bus Hino AK, Terkenal di Jawa Timur Sebagai Bus Pelari
Jadi andalan PO Sugeng Rahayu
Apakah kalian orang Jawa Timur atau pernah ke Jawa Timur? Kalau pernah ke Jatim bahkan orang Jatim pasti kenal dengan grup otobus yang satu ini.
Perusahaan ini cukup legendaris, tak lain dan tak bukan adalah Sumber Group.
Perusahaan yang bernaung didalamnya ada Sugeng Rahayu ATB, Sugeng Rahayu Patas, dan sang legenda yaitu Sumber Selamat yang dulu bernama Sumber Kencono dengan sasis legendaris, Hino AK-8.
Bus ini seringkali dikenal atau bahkan dicibir oleh masyarakat sebagai bus ugal-ugalan karena pengemudinya kerap memacu kendaraan berbadan besar ini dengan kecepatan tinggi
Rival terkuat Sugeng Rahayu saat itu adalah PO Mira juga tak kalah banter larinya.
Sering ugal-ugalan di jalur Jawa Timur
Ada benarnya, namun tak semuanya berkendara ugal-ugalan.
Bus ini terkenal larinya yang mosak-masik di lintasan Surabaya-Jogja karena kebijakan perusahaan yang memakai sistem jadwal.
Jadi, awak bus berusaha agar tetap on time sesuai jadwal tiba di terminal setiap kota yang dilalui.
Sebagai informasi, mobil yang dipakai PO ini adalah Hino AK-8 yang berbekal mesin turbo diesel bertenaga 215 ps serta torsi 620 Nm yang dapat dicapai di 1.500 rpm.
Banyak yang menyepelekan tenaga yang kecil tersebut, tapi jangan salah, mesin yang berada di depan menjadikan respons gasnya sangat instan, jadi rancangan sasis ini sangat cocok digunakan untuk salip-salipan.
Kelemahan Bus Hino AK, Kurang Disukai karena Ada 'Rasa Truk'
Tampilan kokpitnya
Untuk sasis Hino AK-8 sendiri termasuk ke dalam sasis low entry alias sasis "murah”.
Jenis mesin yang digunakan pada sasis ini masih konvensional, di mana belum banyak unsur-unsur elektrikalnya.
Tujuannya supaya awak bus bisa memperbaiki secara mandiri apabila terjadi masalah di perjalanan tanpa harus menunggu datang teknisi.
Poin positifnya ialah memudahkan mekanik perusahaan bahkan sang sopir untuk mengoprek mesin dan membuat mesin mencapai performa terbuasnya.
Tak heran kalau bus di trayek Surabaya-Jogja bisa begitu lincah saat bermanuver di keramaian lalu lintas.
Salah satu kekurangan lain dari bus Hino AK yang membuatnya tak bisa selaris Hino RK sebagai bus bermesin belakang ialah karena sensasi berkendara yang seperti naik truk.
Suspensinya agak keras, karena masih memakai suspensi per daun dan suara mesin terdengar di kabin.
Letak mesin yang berada di depan tepatnya berada di samping kiri sopir menjadikan suara raungan mesin ini memenuhi interior bus.
Jadi, kenyamanan untuk bisa beristirahat di perjalanan akan terganggu oleh kebisingan mesin.
Kesimpulan
Bus Hino AK dengan konfigurasi mesin depan sebenarnya masih sangat dipakai sampai saat ini, tapi dengan beberapa catatan.
Antara lain bus sebaiknya hanya melayani rute jarak dekat hingga menengah, kemudian spesifikasi bus juga jangan sampai diubah secara ekstrim.
Pasalnya kalau berkaca pada kasus bus pariwisata yang kecelakaan di Subang, bus tersebut ternyata sudah diubah model bodinya termasuk di rombak jadi tipe High Decker.
Berpengalaman di beberapa media online. Bermula menjadi reporter otomotif di situs yang lain hingga kini menjadi Editor di Autofun Indonesia. Penghobi mobil lawas dan anak 90-an banget.
FB:Yongki Sanjaya Putra