Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) semakin berupaya mengakselerasi penggunaan motor dan mobil listrik serta berbasis energi terbarukan. Kementerian ESDM menyatakan, Indonesia akan setop jual mobil konvensional bermesin pembakaran internal pada 2050.
Keseriusan ini tertuang dalam komitmen net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Makanya pemerintah tengah menyusun peta jalan (roadmap) untuk merealisasikan target tersebut, sesuai tantangan perubahan iklim di masa mendatang.
Baca Juga: Indonesia Punya Senjata Rahasia Untuk Kalahkan Amerika di Perang Mobil Listrik
"Transformasi menuju net zero emission menjadi komitmen bersama kita paling lambat 2060," jelas Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam keterangan resminya mengutip diskusi virtual bertajuk Road to COP26: Tekan Generasi Muda Indonesia Mencegah Perubahan Iklim & Mendukung Energi Bersih di Jakarta.
Untuk mencapai itu, pemerintah mengambil lima prinsip utama, salah satunya menggencarkan penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi, kemudian sisanya mencakup:
- Peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan
- Pengurangan energi fosil
- Peningkatan Pemanfataan listrik
- Pemanfaatan Carbon Capture and Storage.
"Kami telah menyiapkan peta jalan transisi menuju energi netral mulai 2021 sampao 2060 dengan beberapa strategi kunci," lanjut Arifin.
Untuk sektor otomotif, Indonesia bakal mengikuti jejak negara lain yang telah berkomitmen menghentikan penjualan kendaraan konvensional dalam beberapa tahun ke depan. Seperti Norwegia pada 2025, Inggris dan Jerman pada 2030, Jepang pada 2035, China dan Singapura pada 2040, dan Kosta Rika beserta Colorado pada 2050.
Sesuai roadmap yang dikemukakan Menteri ESDM, Indonesia tak lagi menjual motor bermesin biasa pada 2040, kemudian menyetop penjualan mobil biasa pada 2050. Berikut ini peta jalan selengkapnya, yang dimulai sejak tahun ini.
2021
Pemerintah akan mengeluarkan regulasi dalam bentuk Peraturan Presiden terkait energi baru terbarukan (EBT) dan retirement coal. "Tidak ada tambahan PLTU baru kecuali yang sudah berkontrak maupun sudah dalam tahap konstruksi," katanya.
2022
Akan ada Undang-Undang EBT dan penggunaan kompor listrik untuk 2 juta rumah tangga per tahun.
2024
Tahapan selanjutnya berupa pembangunan interkoneksi, jaringan listrik pintar berbasis smart grid, dan smart meter.
Baca Juga: Akhirnya Wuling Produksi Mobil Listrik di Indonesia, Modelnya Wuling Mini EV?
2025
Akan hadir bauran EBT yang ditargetkan mencapai 23 persen, yang dominasi PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) pada 2025.
2027
Pada tahun tersebut pemerintah akan menghentikan impor LNG (gas alam cari), sembari terus mengoptimalkan penggunaan EBT
2030
Penggunaan EBT mencapai 24 persen yang didominasi PLTS, di mana jaringan gas menyentuh 10 juta rumah tangga, kendaraan listrik sebanyak 2 juta unit mobil dan 13 juta unit motor, penyaluran BBG 300 ribu, dan pemanfaatan Dymethil Ether dengan penggunaan listrik sebesar 1.548 kWh/kapita.
2031
Semua PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang berstatus tahap pertama subcritical akan pensiun dini pada 2031.
2035
Sudah adanya interkoneksi antar pulau. Kemudian target konsumsi listrik sebesar 2.075 kWh/kapita, serta bauran EBT mencapai 57 persen yang tetap harus didominasi PLTS, Hydro, dan panas bumi.
2040
Pada tahun tersebut pemerintah mewacanakan bauran EBT telah mencapai 71 persen, tidak ada PLT diesel yang beroperasi, penggunaan lampu LED hingga 70 persen, tidak ada penjualan motor konvensional, dan konsumsi listrik bisa menyentuh 2.847 kWH/kapita.
2045
Pemerintah mewacanakan akan ada pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) pertama pada 2045. "Kita juga mempertimbangkan penggunaan energi nuklir yang direncanakan dimulai pada 2045, dengan kapasitas 35 GW hingga tahun 2060.
2050
Targetnya baruan EBT mencapai 87 persen pada 2050, dibarengi dengan tidak melakukan penjualan mobil konvensional biasa dan konsumsi listriknya 4.299 kWh
2060
Adapun pada 2060, bauran EBT telah mencapai 100 persen yang didominasi oleh PLTS dan Hyrdro. Serta dibarengi penyaluran jaringan gas sebanyak 23 juta sambungan rumah tangga. Lalu kompor listrik murah unuk 52 juta rumah tangga, dibarengi penyaluran gas sebanyak 23 juta, dan konsumsi listriknya mencapai 4.308 kWh atau kapital.
Baca Juga: Daftar Harga Mobil Listrik di Indonesia di Bawah Rp 1 Milyar, Termurah Rp 480 Jutaan!