Selamat Tinggal Oli! Hyundai Pilih Kembangkan Mobil Listrik dan Stop Riset Mesin Konvensional
Adit · 27 Des, 2021 08:00
0
0
Hyundai sudah stop pengembangan mobil bermesin konvensional
Kejar target jual mobil listrik 1,7 juta unit pada 2026
Hyundai Motor Group mengumumkan akan menghentikan pengembangan terkait mesin konvensional atau pembakaran internal. Hal ini sejalan dengan akselerasi pabrikan menuju transformasi perusahaan otomotif berorientasi pada kendaraan elektrifikasi.
Perusahaan menutup divisi pengembangan mesin konvensional ini di pusat riset dan pengembangan pada 23 Desember kemarin. Namyang R&D yang merupakan 'otak' dari pabrikan terbesar di Korea Selatan itu mempekerjakan sekitar 12 ribu periset.
"Sekarang tidak dapat dihindari untuk mengubahnya menjadi elektrifikasi," ujar Kepala R&D Hyundai, Park Chung-kook. "Pengembangan mesin kami sendiri adalah pencapaian besar, tetapi kami harus mengubah sistem untuk menciptakan inovasi masa depan berdasarkan aset hebat dari masa lalu," tambahnya.
Transisi ini disebutkan di luar perkiraan, ketika industri mobil bergerak cepat menuju era elektrifikasi bahkan pada masa pandemi. Saat pabrikan berfokus pada kendaraan listrik, maka tidak lagi memerlukan mesin pembakaran internal, termasuk transmisi konvensionalnya.
Sekilas mengenai tim pengembangan mesin Hyundai, diawali pada 1983 oleh penemu Hyundai Group Chung Ju-yung bersama sang kakek pimpinan perusahaan sekarang, Chung Euisun. Selanjutnya pada 1991, Hyundai berhasil mengembangkan mesin sendiri yang disebut Alpha.
Pengembangannya terus dilakukan hingga akhirnya mengembangkan mesin baru Beta, Theta, dan Nu yang membantu Hyundai Motor Group perlahan merangkak naik menjadi lima besar grup otomotif dunia. Sayangnya divisi ini harus ditutup setelah 40 tahun eksis, mengantarkan Hyundai menjadi salah satu pabrikan terpopuler.
Presiden dan CEO Hyundai Motor Chang Jae-hoon belum lama ini mengungkapkan bahwa perusahaan akan mengambil langkah agresif untuk berubah menjadi produsen kendaraan listrik secepat mungkin.
Ini dilandari dari kolaborasi Hyundai bersama Kia, yang secara bersama-sama telah menetapkan target menjual 1,7 juta unit mobil listrik di seluruh dunia pada 2026, lebih tinggi dari 1 juta unit di 2025, mengingat terjadi pertumbuhan yang pesat penggunaan kendaraan listrik di pasar global.
Diperkirakan kendaraan listrik akan mendominasi pasar global sebelum 2030, dibandingkan dengan perkiraan yang dibuat 2020 lalu, bahwa mobil ramah lingkungan akan menyumbang setengah dari penjualan mobil baru pada 2040. "Reorganisasi ini akan menjadi titik awal yang penting untuk perubahan ke depan di tahun baru," ujarnya.
Divisi pengembangan kendaraan listrik Hyundai bukan sekadar meriset produk yang pas sesuai pasar, tetapi juga fokus pada bahan baku baterai dan chip semikonduktor karena menjadi dua komponen penting untuk mobil listrik maupun fitur swakemudi, yang juga akan disematkan pada mobil-mobil di masa depan.
Di Indonesia, Hyundai juga telah memantapkan diri pada pengembangan kendaraan listrik. Perusahaan juga telah membangun pabrik di Cikarang, Jawa Barat yang mampu memproduksi mobil hingga 150 ribu unit per tahun, bahkan kapasitasnya bisa dioptimalkan hingga 250 ribu unit.
Tak cuma itu, pabrikan juga telah membangun pabrik baterai mobil listrik bersama LG. Fasilitas produksi tersebut akan memulai produksinya pada semester pertama 2024 untuk menyuplai proses pembuatan mobil listrik Hyundai buatan Indonesia, berupa Hyundai Ioniq 5.