Salah satu petinggi Tesla belum lama ini menyebutkan bahwa Asia Tenggara akan menjadi kawasan dengan peningkatan pasar mobil listrik yang penting dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini disebutkan oleh Rohan Patel, Senior Director of Public Policy dan Business Development Tesla pada akun X pada 12 Maret lalu.
Tak dapat dipungkiri jika wilayah Asia Tenggara memang menjadi salah satu pasar terbesar mobil listrik (EV) yang tengah menjadi sorotan bagi para pabrikan EV dunia. Setelah BYD memulai penetrasinya di Asia Tenggara, Tesla juga melihat wilayah ini sebagai salah satu pasar potensial bagi produk mereka.
“Asia Tenggara tidak diragukan lagi akan menjadi tempat pertumbuhan utama dalam hal penyimpanan baterai dan penggunaan kendaraan listrik pada tahun-tahun mendatang,” cuit Rohan Patel di X.
Cuitan Rohan ini merupakan tanggapan atas postingan salah satu konsumen Tesla atas pengiriman pertama Tesla Model Y miliknya di Malaysia. Sebelumnya, Tesla juga telah menjual sedan kompak Tesla Model 3 di Negeri Jiran tersebut.
Pemerintah Malaysia tahun lalu telah memberikan izin kepada Tesla untuk menjual mobilnya di negara tersebut dan menyebutkan bahwa Tesla juga akan membangun jaringan stasiun pengisian daya di seluruh Malaysia.
Baca juga: Tesla Akhirnya Pilih Investasi di Malaysia, Rayuan Luhut Ambyar
Thailand Jadi Lokasi Gigafactory Tesla di Asia Tenggara?
Sementara itu, Tesla juga saat ini sedang dalam pembicaraan untuk memperluas ekspansinya di Asia Tenggara, terutama Thailand yang merupakan produsen dan eksportir mobil terbesar di Asia Tenggara.
Seorang pejabat pemerintah Thailand mengatakan awal bulan ini, bahwa Tesla telah mendiskusikan potensi pembangunan fasilitas produksi (CKD) setelah melakukan survei lokasi untuk pembangunan pabrik pada akhir tahun 2023 lalu.
Hal ini diikuti oleh kunjungan Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin ke pabrik Tesla di Amerika Serikat pada November 2023, di mana ia kemudian menyebutkan di X, “Diskusi hebat mengenai kolaborasi masa depan dalam BEV & Energi Bersih. Saya berharap kolaborasi ini akan menjadikan Thailand sebagai pusat BEV dan energi terbarukan di tahun-tahun mendatang.”
Dikutip dari wapcar.my, jika pabrik Tesla ini kemudian terealisasi di Thailand, maka ini akan menjadi pabrik perakitan pertama Tesla di kawasan ASEAN. Hal ini membuat Tesla dapat mengikuti jejak GWM yang menjadi perusahaan pertama yang merakit BEV secara lokal di Thailand, setelah meluncurkan Ora Goodcat BEV pada Januari 2024 lalu.
Baca juga: Tesla Berencana Bangun Pabrik Mobil Listrik di Thailand, Bukan di Indonesia
Rivalitas Tesla vs BYD di Asia Tenggara
Optimisme Tesla di pasar Asia Tenggara ini secara jelas akan langsung menantang BYD di pasar yang sama. Pada kuartal kedua tahun 2023 lalu, pabrikan China ini menjual lebih dari 26% dari seluruh mobilnya di pasar Asia Tenggara. Di waktu yang sama, Tesla hanya dapat menjual 8% mobilnya di kawasan yang sama.
Di Thailand,SUV kompak BYD Atto 3 menjadi BEV yang terlaris di Thailand. Bagaimana tidak? Sementara model termurah pabrikan AS, Tesla Model 3 dijual di Negeri Gajah Putih mulai Rp890 Jutaan, BYD menjual Atto 3-nya di Thailand hanya dengan Rp470 jutaan.
Dikutip dari Reuters, EV menyumbang 6,4% dari seluruh penjualan mobil penumpang di Asia Tenggara pada kuartal kedua 2023. Hal ini berarti terjadi kenaikan dari 3,8% pada kuartal sebelumnya. Asia Tenggara akan menjadi semakin penting bagi produsen mobil-mobil asal China, terutama setelah Komisi Eropa akhir tahun 2023 lalu mengumumkan penyelidikan terhadap subsidi kendaraan listrik di Beijing.
Strategi BYD di pasar Asia Tenggara memang berbeda dengan apa yang dilakukan Tesla. Jika Tesla melakukan pendekatan langsung ke konsumen dengan dealer dan jaringan stasiun pengisian baterainya, BYD memilih untuk bermitra dengan perusahaan lokal besar di setiap negara.
Hal ini memungkinkan BYD dengan mudah dapat memperluas jaringan penjualan, melakukan riset pasar langsung ke konsumen dan mengantisipasi regulasi pemerintah yang rumit di Asia Tenggara.
Masih menurut Reuters, di Malaysia dan Singapura, BYD bekerja sama dengan Sime Darby sebagai distributor mobil-mobilnya. Di Indonesia mereka menggandeng Bakrie & Brothers, di Filipina dengan Ayala Corp; dan di Thailand didistribusikan oleh Rever Automotive.
Baca juga: BYD Seal U SUV 2024 Bakal Rubuhkan Dominasi Tesla di Eropa
Apakah Tesla Juga Akan ke Indonesia?
Lalu apakah celotehan petinggi Tesla tadi juga menandakan kehadiran merek yang bermarkas di Austin, Texas ini ke Indonesia dalam waktu dekat? Hingga saat ini belum ada tanda-tanda yang jelas mengenai hal tersebut.
Padahal kita telah ketahui bahwa Presiden RI, Joko Widodo dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan sudah bertemu langsung dengan Elon Musk di markasnya di AS sejak awal pertengahan tahun 2022.
Namun yang terjadi pada bulan Juli 2023 lalu, Tesla secara resmi memilih Malaysia sebagai Kantor Pusat dan Layanan Purna Jual di Asia Tenggara. Bahkan Tesla juga berkomitmen untuk membangun jaringan stasiun pengisian baterai Supercharger di seluruh Malaysia.
Sebulan kemudian, Tesla bahkan diumumkan akan membangun pabrik mobil listrik murah dan penyimpanan baterai di India. Saat itu, Luhut sempat merespon dengan menyebutkan bahwa Tesla masih memiliki kesepakatan khusus dengan Indonesia.
Namun, tak lama, di kuartal ketiga 2023 lalu, diberitakan bahwa Tesla tengah melakukan survey lokasi di Thailand untuk membangun pabriknya diikuti dengan kunjungan PM Thailand ke pabrik Tesla di AS. Disebutkan bahwa investasi yang dikucurkan oleh Tesla bersama Google dan Microsoft di Thailand akan mencapai USD5 miliar alias sekitar Rp76 triliun.
Bisa saja komentar Rohan Patel itu sekedar memastikan bahwa akan ada Gigafactory Tesla di Asia Tenggara dalam waktu dekat, dan negara-negara lain di sekitarnya akan menjadi pasar bagi model-model Tesla terbaru di masa mendatang. Bisa jadi, tawaran investasi di Indonesia bukan hal menarik bagi Tesla.