3 Kelebihan-Kekurangan Yamaha Byson Karbu, Naked Bike Gagah dan Irit Tapi Lemot
Harry · 8 Okt, 2021 16:30
0
0
Kala dirilis akhir tahun 2010, Yamaha Byson menjadi menjadi motor naked bike yang banyak dicari orang kala itu. Desain gagah, berotot ala big bike menjadi daya tariknya. Apalagi ini menjadi model motor sport baru selain Yamaha Scorpio Z dan Yamaha Vixion kala itu.
Untuk bisa memilikinya bahkan konsumen harus rela antre, terlebih jika menginginkan warna tertentu, bisa lebih panjang lagi masa tunggunya. Motor yang punya nama lain Yamaha FZ16 ini pun menjadi primadona dan banyak disukai.
Saat itu PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) sukses mendistribusikan 23.265 unit pada tahun 2010. Kemudian tahun 2011 melonjak menjadi 53.704 unit dan merangkak naik jadi 119.725 unit pada tahun 2012.
Pihak Yamaha pun harus menggenjot kapasitas produksi motor ini menjadi 15.000 unit dalam sebulan. Selain dikenal punya tampilan gagah, konsumsi bahan bakar yang irit dan posisi berkendara nyaman jadi daya tarik lainnya.
Tahun 2015 Yamaha pun merilis generasi kedua yang mendapatkan update desain menjadi serba tajam dan agresif, serta mesin injeksi. Model ini pun masih mempertahankan aura big bike dari model sebelumnya.
Namun kiprah generasi kedua ini tak begitu ampuh untuk terus menggairahkan pasar. Hingga kini Yamaha Byson masih terdaftar pada situs resmi Yamaha, namun kala menyambangi dealer, tak ada lagi yang memajangnya.
Meski hanya punya masa produksi 2010 hingga 2015, motor yang juga kerap disebut Yamaha Byson Karbu ini masih layak untuk dimiliki. Desainnya belum terlihat terlalu tua dan cocok dikendarai anak muda.
Kemudian apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan motor yang pertama kali dirilis dengan harga Rp 19 jutaan itu?
Inilah yang menjadi nilai jual dari motor ini. Bodinya kekar dengan tangki berukuran besar 12 liter dan dibungkus cover plastik. Kala itu pihak Yamaha beralasan menggunakan cover plastik agar mudah membentuk lekuk tangkinya.
Kemudian penggunaan kaki-kaki kekar nan padat juga menjadi daya tariknya. Kala itu Yamaha Byson jadi motor sport dengan ukuran ban terbesar, ban depan pakai ukuran 110/80-17 dan ban belakang berukuran 120/70-17.
Hal ini tak lepas dari suspensi depan teleskopik dengan diameter tabung 41 mm. Lantas untuk suspensi belakang pakai monosok. Karakter kedua suspensinya ini cenderung empuk sehingga nyaman dikendarai.
2. Bensin Irit
Meski masih pakai sistem pengabutan bahan bakar jenis karburator, konsumsi bahan bakar Yamaha Byson generasi pertama ini terhitung irit. Bisa mencapai 44 km/liter dengan bahan bakar oktan 92.
Dan berdasarkan pengalaman penulis, motor ini bisa melaju dari Jakarta hingga Tegal-Jawa Tengah dengan indikator bahan bakar turun setengahnya. O iya kapasitas tangki Yamaha Byson ini sendiri 12 liter.
Iritnya konsumsi bahan bakar tak terlepas dari spesifikasi mesin 4-tak, 153 cc, SOHC 2 katup pendingin udara, yang bisa hasilkan tenaga 10,1 PS di 7.500 rpm serta torsi maksimal 10,5 Nm di 5.500 rpm yang disalurkan melalui transmisi manual lima percepatan.
Mesin tadi disokong penyuplai bahan bakar berupa karburator tipe vakum, Mikuni BS 26. Kinerja mesinnya cenderung smooth dan mulai terasa ngisi saat putaran mesin telah berada diangka 4.000 rpm lebih.
3. Posisi Berkendara Nyaman
Pastinya kalian sering melihat motor ini dipakai touring bukan? Hal ini tak lepas dari kenyamanan berkendara yang ditawarkan. Dalam kondisi standar, memang motor ini membuat betah untuk berkendara jauh.
Setangnya lebar memudahkan bermanuver, meski terasa berisi imbas ban depan berukuran besar. Kemudian joknya empuk dengan model tandem, nyaman untuk berboncengan. Begitu juga dengan letak pijakan kaki yang sudah pas.
Hanya saja dimensinya memang terasa lebih besar, panjangnya mencapai 2.075 mm, lebar 790 mm dan tinggi 1.045 mm. Dan beratnya mencapai 137 kg. Wajar saja kalau berat, karena dimensinya padat berisi.
Kekurangan Yamaha Byson Karburator
1. Karburator Ngempos
Ini menjadi salah satu kendala yang dialami banyak pemilik Yamaha Byson generasi pertama. Gejalanya karburator suka batuk-batuk yang membuat performa mesinnya tak lagi maksimal.
Solusinya yang paling banyak dilakukan adalah dengan mengganti pakai karburator tipe skep langsung (non vakum). Mayoritas pakai Keihin PE28, selain obat untuk karburator ngempos, juga menambah akselerasi lebih agresif.
Yamaha Byson generasi awal ini telah menggunakan panel meter full digital sejak lahir. Meski informasinya sederhana, tapi hal ini diakui cukup canggih untuk motor sekelasnya kala itu.
Tapi seiring usia pakai, sering ditemui panel meter yang informasinya tak bisa dibaca atau bahkan ada bercak hitam, yang belakangan disebut sun burn. Kerusakan ini terjadi karena lapisan polarized pada LCD sudah rusak.
Untungnya tak perlu mengganti dengan panel meter baru, karena saat ini sudah banyak spesialis panel meter digital yang bisa memperbaikinya, hanya dengan mengganti lapisan polarized saja.
3. Tarikan Lemot
Dengan bobot motor mencapai 137 kg dan tenaga maksimal yang cuma 10,1 PS maka wajar saja jika akselerasi kebo besi ini kurang gesit. Tarikannya cenderung smooth kalau tak mau dibilang lemot.
Apalagi jika mesinnya masih standar dan karburator bawaan sudah timbul gejala ngempos, bisa makin gregetan. Tak heran banyak yang tawarkan paket doping untuk mesin.
Pilihannya dari upgrade kampas kopling, ganti noken as, ganti karburator skep langsung hingga memperbesar kapasitas mesin alias bore up. Tapi kalau kalian pecinta motor standar, pastikan kondisi karburator prima supaya kinerja mesin tetap stabil.
Siapa sangka dengan modal mulai dari Rp 5 jutaan saja, kalian bisa mendapatkan unit Yamaha Byson keluaran 2010. Harga bekas motor satu ini memang sudah sangat bersahabat, maklum saja, sudah lebih dari 10 tahun usianya.
Kalau mau yang keluaran 2015 sebelum berganti model, harga tertingginya bisa diangka Rp 10 jutaan. Tapi hitungannya masih murah untuk bisa mendapatkan motor sport yang gagah namun juga irit ini.
Yamaha Byson Masih Layak Dibeli
Melihat keunggulannya tadi dan juga kekurangannya, rasanya masih bisa diterima. Terlebih harga bekasnya sudah sangat murah, tinggal kalian jeli saja saat memeriksa unit incaran. Andai dapat unit yang masih orisinil tentu akan lebih baik lagi.
Kami berpendapat motor ini masih layak dibeli untuk tahun 2021 ini. Desainnya tak lekang dimakan usia dan masih punya pesona. Tapi jangan lupakan juga untuk menyisihkan dana guna melakukan perbaikan motor ini jika sudah kalian tebus ya.
Mulai menyukai dunia otomotif sejak masih duduk di bangku SMA. Kecintaannya dimulai dengan mengoprek sepeda motor yang diberikan orangtuanya, dan terus mencintai dunia otomotif khususnya roda dua. Kecintaannya membuat dirinya berkecimpung dalam industri media otomotif sampai saat ini.
Facebook : Ainto Harry Budiawan
Instagram : harrykriwil