Pabrikan lain yang masih bermain di segmen ini juga ada Honda dengan Sonic 150R.
Di tahun 2024 ini Sonic 150R dijual dengan harga Rp 27,040 juta untuk warna Activo Black dan Agresso Matte Black, sedangkan warna Energetic Red dan Honda Racing Red dibanderol Rp 27,445 juta OTR Jakarta.
Untuk Satria F150 hanya tersedia 2 tipe, yaitu tipe standar di angka Rp 28,910 juta dan tipe Special Edition dengan warna khusus di harga Rp 30,760 juta OTR Jakarta.
Kedua motor ini sebenarnya memiliki posisi berkendara yang hampir identik, seperti joknya yang ramping menyesuaikan bodi.
Lalu tinggi motor pun cukup rendah, dengan hanya 762 mm untuk Sonic 150R dan 765 mm untuk Satria F150.
Lantas dari kedua motor tersebut, apa yang membedakan? Simak langsung ulasannya di bawah ini!
1. Dimensi Ramping
Bahkan dimensi keduanya juga cukup mirip, Honda Sonic 150R punya panjang 1.941 mm dengan lebar 669 mm dan tinggi 977 mm.
Sedangkan Suzuki Satria F150 panjangnya 1.960 mm dengan lebar 675 mm dan tinggi 980 mm, artinya kedua motor ini sama-sama memiliki dimensi yang cukup ramping.
Sehingga untuk postur 170 cm dapat dengan mudah menunggangi dan mengendalikan kedua motor ini.
Apalagi berat isi Sonic 150R hanya 114 kg dan berat kosong Satria F150 hanya 109 kg. Ringan!
Ciri dari motor ayago tentu saja penggunaan suspensi teleskopik dengan as panjang dan setang jepit layaknya motor tipe sport, tapi dengan posisi berkendara mirip seperti naik motor bebek karena tangki bensin masih di bawah jok.
Meski mirip, tapi Honda tetap menawarkan posisi berkendara yang terasa lebih rileks kalau dibandingkan dengan Suzuki.
Ini dibuktikan dari posisi setang jepitnya yang lebih tinggi dan posisi footstep yang sedikit lebih maju kalau dibandingkan dengan Satria F150.
Dengan begitu pundak terasa lebih tegap sehingga lengan tidak terlalu terbebani, begitu juga posisi kaki tidak terlalu menekuk sehingga tidak mudah pegal.
Sedangkan posisi berkendara yang lebih sporty atau racy ditawarkan oleh Satria F150.
Terasa dari setangnya yang lebih rendah sehingga membuat badan lebih merunduk dan posisi footstep lebih mundur memberikan sedikit sensasi nangkring.
2. Suspensi Nyaman
Bisa dikatakan kalau kedua motor ayago ini memiliki karakter suspensi yang cukup nyaman digunakan.
Keduanya menggunakan suspensi depan teleskopik dengan as panjang yang dipegang oleh segitiga bawah dan atas.
Karakter redamannya lembut serta memiliki jarak main panjang sehingga jarang terasa bottoming.
Untuk suspensi belakang keduanya kompak menggunakan monoshock tanpa konstruksi tambahan, artinya monoshock langsung terpasang di rangka juga swing arm.
Lagi-lagi karakter suspensi belakangnya ini terbilang empuk dan dapat menyerap jalur tidak rata dengan baik.
Kekurangannya jadi terasa limbung dan kurang stabil ketika diajak melahap tikungan dengan cepat.
Untuk menurunkan lajunya, ayago ini dibekali dengan pengereman cakram di depan juga belakang.
Tapi di sini rem Suzuki Satria F150 lebih eye catchy dan pakem karena menggunakan cakram bergelombang juga kaliper 2 piston di depan.
Sedangkan untuk Honda Sonic 150R cakramnya juga lebar namun hanya lingkaran biasa, kaliper depannya hanya 1 piston sama seperti kaliper belakang.
3. Mesin Suzuki Satria F150 Lebih Kuat
Di sektor mesin terdapat perbedaan spesifikasi dan juga perbedaan karakter, Satria F150 pakai konfigurasi 4 tak, DOHC 4 katup, pendingin cairan, fuel injection, dan overbore.
Kapasitas mesinnya 147,2 cc hasil dari kombinasi diameter piston 62 mm dan panjang langkah hanya 48,8 mm.
Rasio mesin yang dipatok 11,5:1 membuat mesin ini klaimnya memiliki tenaga maksimal 18,5 ps di 10.000 rpm dan torsi maksimal 13,8 Nm pada 8.500 rpm.
Karakter tenaganya cenderung smooth di putaran rendah, tapi ketika melewati 6.000 rpm maka ‘muntahan’ tenaganya langsung terasa begitu mendorong hingga limiter di 13.000 rpm.
Beda dengan Sonic 150R dengan spesifikasi mesin 4 tak, DOHC 4 katup, PGM-FI, pendingin cairan, dan square.
Kapasitas mesinnya 149,2 cc hasil dari penggunaan diameter piston 57,3 mm dan panjang langkah 57,8 mm.
Rasio kompresinya dipatok di angka 11,3:1 dengan klaim tenaga maksimum 16 ps di 9.000 rpm dan torsi maksimal 13,5 Nm pada 6.500 rpm.
Karakter mesinnya kuat di putaran rendah dan tengah, karenanya mesin berkode K56 ini sangat cocok digunakan sehari-hari dengan kondisi jalan stop and go atau untuk menyalip kendaraan lain.
Ini karena pengendaranya tidak perlu menjaga rpm terlalu tinggi, sebab sejak putaran 4.000 rpm pun tenaga dan torsinya sudah bisa dirasakan.
4. Fitur Suzuki Satria F150 Unggul Tipis
Tidak seperti motor matic yang kaya akan fitur, motor ayago saat ini bisa dikatakan memiliki fitur yang cenderung sederhana.
Seperti menggunakan lampu tupe LED hanya pada lampu utama, spidometer digital dengan shift light, dan kunci konvensional dengan pengaman magnet.
Ruang di bawah joknya juga cenderung sempit karena memang rangkanya ramping, hanya terdapat ruang penyimpanan dangkal yang bersanding dengan tangki bensin berkapasitas 4 liter.
Paling Suzuki Satria F150 sedikit unggul karena punya fitur One Push Starter yang absen pada lawanya itu.
Fitur ini membuat dinamo starter akan terus berputar hingga mesin menyala hanya dengan 1 kali menekan tombol starter, jadi tidak perlu menekan tombol terus menerus seperti motor lain.
Kesimpulan
Suzuki Satria F150 memang memiliki sejarah cukup panjang di Indonesia, unggul dengan mesinnya yang punya tenaga cukup besar.
Sayangnya tenaga besar ini ada di putaran tengah hingga tinggi, sehingga untuk digunakan di jalur perkotaan akan terasa agak lemot, lain hal kalau menemui kondisi jalur lurus kosong juga panjang.
Motor ini dibekali dengan cakram ganda dengan desain gelombang yang lebih atraktif, bahkan kaliper depannya pakai piston ganda sehingga performa remnya cukup jempolan.
Untuk Honda Sonic 150R punya desain lebih sporty dengan dominasi sudut tajam dan tarikan garis ke belakang, desain ini lebih diminati oleh kebanyakan selera orang Indonesia.
Tapi motor ini jadi menyenangkan untuk digunakan karena punya posisi berkendara yang tidak terlalu menunduk, masih tergolong santai sehingga tidak membuat badan cepat lelah.
Begitu pula dengan karakter mesinnya yang cenderung cocok digunakan pada kondisi perkotaan padat atau jalur pegunungan, sehingga tetap terasa responsif.
Mulai menjadi jurnalis otomotif & test rider sejak tahun 2015, ketertarikan terhadap dunia otomotif terutama sepeda motor jadi pemicunya. Berkendara, touring, hingga balap sepeda motor menjadi hal yang melekat dan dilakukan sampai saat ini.
Facebook: Fariz Ibrahim
Instagram: @farizibrahim17