Ini Jawaban Ahli Soal Waktu yang Tepat Untuk Servis Motor
Fariz · 7 Agu, 2024 09:30
0
0
Semakin tua motor, maka perlu semakin sering.
Tipe matic jangan lupa servis area CVT.
Sepeda motor sebagai alat transportasi tentu sangat membantu para pemiliknya, tapi sayangnya banyak yang lalai nih kalau sepeda motor butuh servis atau perawatan berkala.
Karena namanya benda bergerak, pasti akan ada komponen yang haus sehingga perlu melakukan servis untuk memastikan performanya tetap optimal.
Padahal tiap pembelian sepeda motor baru, pabrikan selalu memberikan buku servis juga manual book yang berguna sebagai petunjuk penggunaan juga perawatan motor tersebut.
Yang tidak ketinggalan adalah adanya tabel atau kalender jadwal servis berkala yang perlu dilakukan, lengkap dengan jadwal pemeriksaan serta penggantian komponennya.
“Untuk motor 125-155 cc tiap 3 bulan atau 3.000 km, kalau untuk motor 250 cc tiap kelipatan 5.000 km atau 5 bulan sekali,” buka Ferry Nurul Fajar selaku Technical & Education PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM).
Makin Tua, Makin Sering
Servis yang paling dasar adalah dengan melakukan penggantian oli mesin, penggantian oli transmisi untuk motor tipe matic, pembersihan area filter udara, penggantian filter udara, dan penggantian busi.
Seiring dengan bertambahnya odometer, ternyata interval untuk servis berkala perlu ada penyesuaian, tepatnya perlu melakukan servis berkala lebih di rentang odometer yang lebih sedikit.
Tujuan servis rutin atau reguler secara umum adalah agar performa motor selalu terjaga, ini karena kondisinya selalu terpantau dan terawat.
Sepeda motor adalah mesin yang juga melakukan kerja, sehingga harus selalu terpantau dan kondisinya harus terjaga.
Misalnya tekanan ban, pengereman, pelumasan akan selalu dicek dan dijaga, sehingga kendaraan tidak akan mudah rusak.
"Disisi lain dengan performa kendaraan yang terjaga maka kendaraan akan aman dikendarai dan terasa nyaman ketika dinaiki,” sahut Victor Assani, 2W & OBM Service Head PT Suzuki Indomobil Sales (SIS).
Terlebih bagi mereka yang rutin melewati kondisi jalan dengan tingkat macet yang cukup tinggi.
Tentunya ini cukup menyiksa mesin, karena momen idle lebih lama, stop and go menjadi lebih sering yang akan membuat suhu mesin lebih sering bermain di suhu tinggi.
Dengan begitu rentang servis berkala ini bisa dipersingkat, bisa dilakukan tiap kelipatan 1.500 km atau tiap kelipatan 2.000 km, minimal untuk penggantian oli mesin saja.
Seiring usia pakai, biasanya durasi servis berkala jadi semakin dipersering, karena secara hukum alam, semakin tua sebuah alat atau mesin maka terjadi penurunan kemampuan.
Baik karena keausan, pemuaian, kerenggangan, dan sebagainya. Hal ini harus disiasati dengan semakin sering kita pantau keadaan dan standarnya.
"Tapi di kita malah biasanya semakin tua usia kendaraan akan semakin jarang servis, sehingga efeknya akan terjadi akumulasi permasalahan maupun kerusakan yang pada akhirnya juga akan terakumulasi pada biaya service dan spare part yang bermasalah,” rinci Victor.
Jarang Dipakai, Tetap Wajib Servis
Lantas bagaimana dengan motor yang jarang dipakai? Ternyata motor yang jarang dipakai bukan berarti gak perlu servis nih!
Karena ketika jarang digunakan, maka akan ada kerusakan di beberapa komponen, paling gampang ditemui adalah pada komponen mesin berbahan karet seperti sil.
Sil karet yang dibiarkan lama tidak terkena panas mesin, maka akan membuat komponen ini menjadi keras, yang terparah tentu saja getas.
Jadi gak heran deh kalau sampai ada tetesan oli mesin dari sil karet pada kop kepala silinder misalnya.
“Motor yang tidak dipakai justru harus diwaspadai. Tidak hanya soal oli dan pelumasan tetapi ada efek korosi, apalagi disimpan di tempat yang lembab. Lalu tegangan baterai yang akan ngedrop, sampai dengan persoalan kualitas bahan bakar.”
“Lihat saja sepeda motor kalau cuma diparkir, sebulan saja coba, pasti bannya kempes. Belum lagi daleman mesinnya. Sebaiknya tetap dipakai, kalau tidak ya minimal istilahnya sering-sering ‘dipanasin’ agar terjadi pergerakan komponen, pelumasan, dan recharging process untuk baterai,” saran Victor.
Kasus lain dari motor yang jarang dipakai adalah adanya endapan, seperti endapan oli mesin yang bisa mengganggu kinerja pelumasan hingga menyumbat jalur sirkulasi oli, akibatnya tentu fatal bisa merusak komponen mesin karena sirkulasi oli yang terganggu.
Endapan lain bisa terjadi juga pada tangki bensin, lama tidak digunakan maka memungkinkan adanya endapan pada tangki bensin, baik itu kotoran dari bensin hingga endapan karat dari bagian dalam tangki bensin.
Kalau sudah begitu, hasil pembakaran tidak akan maksimal sehingga membuat tenaga mesin loyo, bahkan bisa juga menyumbat fuel pump atau jalur bensin menuju karburator.
“Kalau untuk yang jarang pakai tetap disarankan servis, karena fungsi servis itu kan memeriksa dan memastikan motor tetap nyaman dipakai. Penyakit motor jarang pakai itu, biasanya aki tekor, kelistrikan bermasalah seperti digigit tikus, endapan kotoran di tangki bahan bakar, endapan kotoran oli, bahkan karat,” wanti Ferry.
Umur Part
Kalau di atas sudah dijelaskan mengenai jadwal servis berkala, yang umumnya melakukan pengecekan secara menyeluruh dan penggantian menyeluruh, jangan lupa juga untuk mengetahui umur tiap komponen.
Seperti untuk busi tipe standar yang rekomendasinya diganti tiap kisaran kelipatan 7.000-10.000 km, walaupun memang sebenarnya di kelipatan tersebut busi belum dalam kondisi mati.
Namun sebenarnya kinerja busi sudah mulai berkurang, ini membuat hasil pembakaran menjadi tidak optimal.
Efeknya tentu membuat konsumsi bahan bakar jadi boros dan tenaga yang dihasilkan mesin berkurang.
Berikutnya yang juga kerap terlupa adalah penggantian filter udara, beberapa pabrikan merekomendasikan penggantian filter udara ini direntang kilometer 12.000-15.000 km.
Untuk pengendara yang tinggal di wilayah lembab atau tingkat debunya tinggi, disarankan untuk melakukan penggantian lebih cepat, ini karena filter udara akan lebih cepat kotor.
Filter udara yang kotor dapat membuat performa mesin kurang optimal, karena sirkulasi udara yang masuk ke ruang bakar menjadi kurang karena tersumbat.
Akibatnya tentu performa mesin yang berkurang juga konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros.
Untuk motor tipe matic jangan lupa mengganti oli transmisi atau oli girboks atau oli gardan, biasanya mekanik menyarankan penggantian oli girboks ini tiap 2 kali ganti oli mesin, atau sekitar 4.000 km.
Oli ini hanya melumasi area transmisi, yang perlu diperhatikan adalah kapasitas olinya, karena setiap motor punya kapasitas oli transmisi berbeda, baiknya jangan sampai kurang atau bahkan lebih.
Jangan lupa juga untuk melakukan servis area CVT, di sini banyak sekali komponen yang perlu dicek juga dibersihkan.
Umumnya bisa dilakukan tiap 5.000 atau 10.000 km, mungkin bisa lebih cepat ketika ditemui gejala gredek atau suara aneh dari CVT.
Umur komponen CVT beragam karena tergantung penggunaan serta perawatan, biasanya pabrikan menyarankan penggantian v-belt tiap 25.000 km.
Saat sudah menyentuh 25.000 km dan kondisi v-belt masih terlihat bagus, baiknya tetap mengganti part ini, karena kondisi v-belt putus dapat merusak banyak komponen di CVT, v-belt yang putus juga cukup merepotkan ketika terjadi di tengah perjalanan.
Selalu perhatikan perawatan sepeda motor agar tetap bekerja optimal ya!
Mulai menjadi jurnalis otomotif & test rider sejak tahun 2015, ketertarikan terhadap dunia otomotif terutama sepeda motor jadi pemicunya. Berkendara, touring, hingga balap sepeda motor menjadi hal yang melekat dan dilakukan sampai saat ini.
Facebook: Fariz Ibrahim
Instagram: @farizibrahim17