Karena bentuknya itulah membuat Yamaha Jupiter MX 135 dulu seolah menjadi motor impian banyak anak muda.
Meskipun motor bebek tapi penampilannya lebih sporty dan menawarkan performa mesin yang handal di masanya.
Sebab jantung mekanisnya pakai mesin 134,4 cc berpendingin cairan, silinder tunggal tegak 44 derajat.
Spesifikasinya 4 katup SOHC, yang menjanjikan tenaga 12,5 PS pada 8.500 rpm dan torsi puncak 12,1 Nm di putaran 6.000 rpm.
Daya maksimumnya itu dikawinkan pada transmisi kopling manual atau semi manual 4-percepatan.
Daya tarik lainnya adalah rupa bodinya yang serba meruncing dari depan sampai belakang.
Jadi kesan dinamisnya begitu kental pada Yamaha Jupiter MX yang diproduksi pada 2005 hingga 2010 itu.
Batok lampunya juga menjadi ciri khas. Bentuknya segitiga terbalik dan pada bagian bawahnya merupakan cluster lampu senja dan sein.
Meski belum pakai teknologi LED, bentuk lampunya entah kenapa sedap dipandang, simpel dan minimalis.
Pada area kokpit tersematkan panel meter analog berupa speedometer serta sisa volume bensin. Di atasnya ada indikator posisi gigi serta temperatur mesin.
Kelebihan Yamaha Jupiter MX 135 Old
Selebihnya Yamaha Jupiter MX 135 old juga memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya masih cocok untuk dimiliki pada 2021 ini. Berikut ini 3 kelebihan motor tersebut.
1. Tenaga Responsif dari Gigi 1 hingga 3
Racikan jeroan mesin dengan teknologi DiASil Cylinder, Forged Piston, serta ukuran stroke lebih panjang dari bore pada MX 135, membuat tarikan awalnya bertenaga.
Baik model kopling atau bukan, akselerasi di gigi 1 dan 2 terasa padat. Namun lebih berisi lagi di gigi 3 dan nafasnya lebih panjang.
Oleh karena itu biasanya gigi 3 paling sering dimanfaatkan untuk mencapai tenaga maksimum ketika hendak menyalip.
Maka tak heran banyak yang menyukai performa dedengkot MX King ini ketika berpindah gigi dari 2 ke 3.
Apalagi raungan suara knalpotnya yang khas membuat orang dengan mudah mengenalinya sebagai Jupiter MX 135.
Tenaga di gigi 4 bukannya loyo, tetap bertenaga tapi sebatas 'finishing' akselerasi agar bisa meraih kecepatan puncak.
2. Mudah Kejar Top Speed
Masih berkaitan poin pertama, tenaganya mudah diraih di semua putaran mesin. Terlebih gigi 3 yang bahkan bisa mencapai kecepatan 110 km/jam.
Makanya membuat Yamaha Jupiter MX old menjadi motor andalan kompetisi road race.
Apabila gigi 3 sudah mentok, sisa-sisa keluaran tenaganya masih bisa dimaksimalkan melalui fitur Throttle Position Sensor lewat gigi 4 yang bisa mencapai kecepatan puncak sekitar 122 km/jam.
3. Berpengabut Karburator yang Mudah Dioprek Sendiri
Dulu sistem pengabut injeksi belum populer, makanya kebanyakan motor masih menggunakan pengabut karburator seperti pada Yamaha Jupiter MX 135 lawas.
Keuntungannya perawatan jadi lebih mudah dan sederhana dan pastinya bisa diganti-ganti dengan karburator aftermarket.
Selain itu pengguna bisa menyetel sendiri asupan udara atau bahan bakarnya sesuai kebutuhan lantaran tidak terintegrasi langsung ke mesin.
Umpama mengejar efisiensi bisa setel campuran udara dan bensin yang sedikit, begitu pun sebaliknya saat membutuhkan performa maksimal.
Tapi tak afdal rasanya kalau sudah menyebut kelebihan tanpa merinci kekurangannya.
Di bawah ini tiga kekurangan Yamaha Jupiter MX 135 sehingga menjadi pertimbangan sebelum membelinya.
1. Bagasinya Sempit
Oke boleh dibilang motor bebek yang satu ini tak memiliki kemampuan akomodasi yang baik.
Sebab bagasi penyimpanannya terbilang kecil. Paling cuma muat sarung tangan atau jas hujan yang bisa dilipat hingga ringkas.
Pabrikan juga tidak menyematkan hook pada bagian tengah motor.
Jalan keluar untuk mengatasi itu biasanya para pengguna Jupiter MX menyematkan hook aftermarket atau pengait barang tambahan pada dek tengah.
Tak jarang juga yang menambah boks di buritan motor.
2. Rem Belakang Masih Tromol
Ini juga menjadi salah satu kekurangannya, yakni rem belakang yang masih mengandalkan tromol.
Semua tahu penyakit rem tromol adalah kerap bunyi berdecit, apabila kampasnya kotor dan bergesekan pada bagian dalam velg.
Kinerjanya juga kurang baik seperti cakram. Selain itu harga kampas rem tromol juga cenderung lebih mahal ketimbang kampas piringan.
Sebagai solusi, tak sedikit pengguna yang mengubahnya menjadi cakram dan pakai velg belakang aftermarket.
3. Ukuran Velg Terlalu Kecil
Tampilan Yamaha Jupiter MX lama sebenarnya sudah menawan dan menarik perhatian.
Namun ibarat pebalap sudah pakai wearpack tapi bawahannya pakai sandal jepit.
Jadi alih-alih pakai velg lebar, motor tersebut justru pakai velg yang relatif kecil sekitar 1.40 inci bagian depan dan 1.60 inci belakang.
Oleh sebab itu ban bawaan standarnya juga kecil. Untuk depan 70/80 ring 17 dan belakang 80/90 ring 17.
Namun begitu ukuran velg tersebut masih mampu menopang profil ban gambot maksimal 90/80 untuk depan dan belakang 110/80.
Tak bisa lebih besar lagi karena bagian depan bisa mentok sepakbor, sedangkan belakang mentok karet pelindung monosok serta cover rantai pada Yamaha Jupiter MX.
Namun konsekuensinya gear belakang jadi lebih cepat tajam karena tarikan menjadi lebih berat.