Idling Stop System saat ini cukup banyak diaplikasikan pada mobil-mobil baru meski dengan penyebutan yang berbeda.
Misalnya di Daihatsu, pakai nama Eco Idle, kemudian Mitsubishi menggunakan istilah Auto Stop and Go, sementara Toyota menamakannya Automatic Idling Stop.
Fungsinya tetap sama, yakni menghentikan kinerja mesin dalam waktu singkat pada saat pedal rem diinjak pada saat berhenti di lampu merah.
Sementara kinerja kelistrikan pada mobil seperti AC dan audio system, tetap berjalan normal.
Fitur Idling Styp System ini diklaim bisa meningkatkan efisiensi bahan bakar sekaligus juga mengurangi emisi gas buang.
Tetapi apakah benar demikian?
Baca juga: Rekomendasi Mobil Hybrid Bekas, Buat yang Penasaran Sama Teknologi Mobil Irit BBM
Meskipun mobil-mobil modern di Indonesia makin banyak yang menggunakan fitur ini, namun sepertinya target mengurangi konsumsi BBM dan emisi gas buang tidak akan terlalu berdampak istimewa.
Misalnya pada mobil bermesin bensin dengan kapasitas di atas 2.000 cc, konsumsi bahan bakar normalnya untuk pemakaian dalam kota sekitar 8 km/liter.
Ketika mobil tersebut ditambahkan fitur Idling Stop, tentunya pasti akan terjadi pengurangan konsumsi BBM, namun perlu diingat, fitur ini hanya bekerja dalam hitungan detik mengingat waktu menunggu lampu merah berganti hijau juga tidak sampai 5 menit.
Padahal untuk mendapat efisiensi yang lebih efektif, tentunya fitur ini harus bekerja minimal satu jam, tapi sanggupkah kondisi itu terjadi?
Baca juga : Sebelum Beli Mobil Hybrid Bekas, Ketahui Dulu 4 Hal Ini
Meski tidak terlalu signifikan, namun sebagian orang akan berpikir fitur ini tetap bisa mengurangi konsumsi BBM dibanding tanpa fitur tersebut.
Walau demikian teknologi ini berpengaruh langsung ke sistem aki (accu) mobil, sehingga ketika aktif, maka menambah beban kerja aki tersebut.
Karenanya kendaraan yang dilengkapi idling stop biasanya memakai aki khusus dengan spesifikasi Cold Cranking Ampere (CCA) yang besar. Dan biasanya aki ini bertuliskan "For Stop & Start System".
Nah masalahnya, aki jenis itu harganya jauh lebih mahal dibanding aki kering atau Maintenance Free (MF) biasa.
Kemudian umur aki ini juga lebih singkat 50% dibanding aki jenis MF atau aki basa biasa. Kalau aki normal punya masa pakai 3-4 tahun, maka aki untuk idling stop paling lama bertahan 24 bulan.
Baca juga : Dulu Setengah Miliar Rupiah, Kini Harga Toyota Prius Hybrid Bekas Setara LCGC
Akibat dampak yang tidak terlalu signifikan, sepertinya pabrikan-pabrikan otomotif mulai melihat fenoimena yang sebenarnya.
Karena itulah kini berkembang teknologi mild-hybrid alias hybrid ringan, yaitu dengan tetap mempertahankan fitur idling stop namun dengan kemampuan lebih baik.
Antara lain mesin bakar internal bukan hanya berhenti bekerja pada saat pedal rem diinjak, namun juga ketika akselerasi awal dengan kecepatan kurang dari 10-30 km/jam.
Untuk memfungsikan fitur ini, kapasitas baterai pun dibuat lebih besar dibanding mobil konvensional lainnya, serta ditambah energi regeneratif untuk mengisi ulang daya listrik ke baterai secara otomatis.
Walau tidak sebesar baterai pada mobil hybrid murni (HEV) maupun plug-in hybrid (PHEV), tetapi ketika terjadi kerusakan, baterai pada mobil berteknologi mild-hybrid ini jauh lebih mahal dibanding aki mobil ICE murni.
Bayangkan, baterai mobil berteknologi mild-hybrid seperti Suzuki Ertiga Hybrid mencapai Rp14 jutaan, sementara harga akinya Rp4 jutaan.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
{{variantName}}
{{carMileage}} km
{{registrationYear}} tahun
{{storeState}}