PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) cukup serius untuk menggarap ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Setelah menghadirkan dua produknya Hyundai IONIQ 5 (Spesifikasi | Berita) dan IONIQ 6, merek mobil Korea Selatan ini kini sedang mempersiapkan pabrik baterai di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, yang rencananya akan beroperasi 2024 mendatang.
Menurut Chief Operating Officer PT HMID, Fransiscus Soerjopranoto, pabrik baterai yang bekerjasama dengan LG Energy Solution menghabiskan total investasi senilai US$ 1,1 miliar.
Baca juga: Jakarta - Bali Pakai Hyundai IONIQ 6, Berapa Biaya untuk Pengisian Baterainya?
"Kita mau produce battery local, supaya bisa dipasarkan dan diinstal, di assembly bersamaan dengan kendaraan listrik hyundai di Indonesia," ungkap Soerjo saat ditemui di Jakarta belum lama ini.
Dia juga menyebutkan, dengan adanya pabrik baterai lokal, maka hal tersebut dapat membuat komitmen Hyundai dan pemerintah semakin kuat.
Tak hanya itu, dengan adanya pabrik baterai ini, produk Hyundai yang diproduksi secara lokal tidak hanya menyasar pasar domestik, tapi juga ekspor.
Baca juga: Hyundai IONIQ 5 Kini Dilengkapi Bluelink, Bisa Atur Charging Baterai dari Ponsel
"Kita memang sudah komitmen sama pemerintah, bahwa tahun ini kita itu produksi yang namanya mobil listrik 20.000 unit dan tahun depan kita mau naikan menjadi 50.000 unit," jelas Soerjo.
Lebih lanjut dia menyatakan, dengan adanya pabrik baterai secara lokal, hal ini bertujuan untuk menambah lini produk terbaru yang akan diperkenalkan pertengahan tahun 2024 mendatang.
Baca juga: Gak Bisa Asal Charging, Begini Cara Gampang Merawat Baterai Mobil Listrik Agar Awet Bertahun-tahun
Seperti diketahui, pabrik baterai baru kerjasama Hyundai dan LC akan menghasilkan Lithium Nickel Manganese Cobalt Oxide (NMC) atau baterai yang materialnya terdiri dari Lithium, Nikel, Mangan dan Kobalt.
"Kenapa kita pakai NMC? Karena nikel dan kobalt di Indonesia sumber utama untuk material baterai kita, dan nikel nomor 1," tutur Soerjo.
Kata Soerjo, NMC merupakan teknologi yang saat ini sudah dikembangkan Hyundai dan cukup stabil untuk sebuah mobil listrik.
"Tapi tidak menutup kemungkinan kalau teknologinya terus berkembang. Dan pastinya, baterai seperti yang kita tahu, dahulu handphone (daya) baterainya cuma sebentar, mungkin mesti bawa baterai, gendong cadangan dan sebagainya," terangnya.
Soerjo mencontohkan, teknologi pengecasan fast charging saat ini sudah jauh lebih aman, karena saat pertama kali dibuat sempat muncul masalah, termasuk mudah terbakar dan lain-lain.
Namun lambat laun, teknologi fast charging kini sudah banyak digunakan dan dibutuhkan untuk kendaraan listrik agar dapat mempercepat pengisian daya.
"Nah itu yang kita hindari di kendaraan, jadi kita paling menomor satukan safety. Jadi kita pakai teknologi yang sudah dipakai," tutupnya.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
{{variantName}}
{{expSellingPriceText}}
{{carMileage}} km
{{registrationYear}} tahun
{{storeState}}