Bikin Irit Bensin, Idling Stop System Malah Mempersingkat Usia Aki?
Dhoni · 31 Mar, 2021 21:00
0
0
Perkembangan teknologi dilakukan produsen kendaraan dengan tujuan untuk memberikan dampak baik pada aspek ekonomis dan lingkungan. Demi menghemat bahan bakar, beberapa produsen menghadirkan Idling Stop System (ISS) yang bertujuan mematikan mesin secara otomatis saat mobil berhenti sejenak. Namun pro-kontra hadir karena dianggap membuat aki mobil mudah rusak.
Idling Stop System (ISS) atau disebut juga Automatic Start-Stop System merupakan teknologi dengan kemampuan mematikan mesin mobil atau kendaraan saat berhenti dalam 1-2 detik. Dan untuk menyalakan, cukup dengan menginjak pedal gas saja. Tentu tujuan dari ISS adalah meningkatkan efisiensi dalam konsumsi bahan bakar.
Namun terkadang, ISS dapat membuat pengendara menjadi ‘kagok’, ketika berhenti sejenak untuk sekedar memutar balik atau berbelok. Bahkan beberapa pengemudi dari kendaraan lain yang tidak menyadari, akan berpendapat sopir terlalu ‘lemot’ dalam mengendarainya.
Dengan adanya teknologi Idling Stop System, mobil ketika berhenti sejenak membuat sistem langsung mematikan mesinnya. Namun peranti lainnya pada mobil yang meliputi AC, audio, sistem navigasi dan lainnya akan tetap menyala. Tidak mungkin piranti lainnya akan ikut padam menyesuaikan kondisi mesin kan?
Dengan kondisi demikian, dapat dipastikan baterai atau aki akan menanggung beban cukup besar. Tentunya semakin sering berfungsinya ISS saat menghadapi kemacetan, kemungkinan besar aki cepat tekor. Hal ini yang membuat penggantian aki mobil akan lebih singkat dibanding kendaraan tanpa Idling Stop System (ISS).
Mobil tanpa Idling Stop System membutuhkan waktu penggantian aki sekitar 3-4 tahun sekali. Namun tergantung dengan kondisi aki mobil hingga beban kelistrikan. Sedangkan untuk mobil dengan ISS, aki mobil harus senantiasa dalam keadaan prima agar mudah menyalakan mesin mobil. Jika aki mobil dalam keadaan tidak bagus, maka ECU akan mudah nge-reset.
Biasanya pada beberapa mobil yang mengadopsi Idling Stop System (ISS), terdapat tombol untuk menonaktifkan. Paling tidak, switch ini dapat membuat pengemudi lebih nyaman karena tidak terbiasa dengan fitur Idling Stop System atau automatic Start-Stop System.
Sistem Pengisian Aki Mobil ISS
Namun beberapa waktu belakangan, kemampuan pengisian pada baterai atau aki mobil juga turut ditingkatkan. Dengan fitur charge control, maka alternator yang bertugas melakukan pengisian dapat diatur menyesuaikan kondisi berkendara hingga kondisi baterai. Tujuannya, agar dapat mengurangi beban pada mesin sehingga konsumsi bahan bakar dapat lebih efisien.
Berbeda dengan model kendaraan yang tidak menyediakan charge control, alternator akan terus bekerja untuk mengisi daya pada aki mobil. Tentu dapat membuat konsumsi bahan bakar meningkat.
Namun untuk kendaraan dengan sistem charge control harus mengunakan baterai khusus dan berharga cukup mahal karena sistem pengisian arus yang cepat (quick charge). Aki mobil harus terdapat sensor untuk membaca kondisi voltase, ampere dan CCA (Cold Cranking Ampere). Perbandingan harganya bisa lebih dari dua kali lipat dibanding aki mobil standar.
Seberapa Besar Pengurangan CO2 Dengan ISS
Dengan hadirnya Idling Stop System (ISS), tentunya kinerja mesin dapat diminimalkan ketika sedang berhenti sejenak. Paling tidak beberapa waktu, kadar CO2 yang dikeluarkan dari knalopot mobil dapat dikurangi sekitar berkurang 44% pada kendaraan bertenaga bensin.
Namun yang harus disadari tentang ‘limbah’ dari aki bekas. Jika aki bekas tidak dapat didaur ulang, tentu dampaknya cukup besar karena menjadi beban lingkungan. Rasanya tidak adil, CO2 berkurang tapi sampah malah menumpuk. Tentu produsen mobil harus mencari solusi untuk hal ini.
Idling Stop System Apakah Bermanfaat Untuk Jangka Panjang?
JIka memang Idling Stop System menjadi bagian terpenting dalam pengurangan kadar CO2, maka harus memikirkan agar daya tahan baterai atau aki mobil juga lebih panjang. Paling tidak, limbah yang dihasilkan dari aki bekas tidak menjadi beban lingkungan. Buat apa udara bersih tapi sampah menggunung.
Telah menjadi jurnalis sejak 2008 dengan mengkhususkan diri ke dunia sepeda, namun mulai 2015 mulai menjalani karir sebagai wartawan di dunia otomotif. Namun lebih memilih motorsports sebagai prioritas. Dia tertarik pada teknologi mobil - mobil 4WD.
Instagram: dhoni_bima