Gak Begitu Paham Mobil? Jangan Beli Daihatsu Xenia 1.000 Cc!
Enda · 2 Des, 2021 16:39
0
0
Salah satu varian Daihatsu Xenia yang dikeluarkan oleh PT Astra Daihatsu Motor (ADM) adalah Daihatsu Xenia 1.000 cc. Tipe ini digemari karena mesin berkapasitas mungil yang disematkan pada mobil keluarga bersasiskan semi ladder frame ini diklaim hemat bahan bakar dan murah dari segi perawatan.
Sebagai informasi, varian 1.0L yang merupakan tipe paling terjangkau Daihatsu Xenia yang hadir sejak 2004. Di generasi pertamanya, Xenia bermesin 1.000 cc ditawarkan dalam dua tipe, Mi dan Li.
Masuk ke model anyar yang dirilis pada 2011 dengan sebutan All New Xenia, mesin 1.000 cc hadir di dua pilihan tipe, yaitu D dan M, menggantikan Mi dan Li. Untuk eksistensinya, jantung pacu ini terbilang cukup lama.
Pada tahun 2016 yang merupakan model facelift dengan julukan Great New Xenia atau Xenia Barong, mesin 1.0L khusus dihadirkan di tipe M. Namun sebelum peralihan tahun, Daihatsu secara resmi menyuntik mati varian Daihatsu Xenia 1.000cc berkat hadirnya Daihatsu Sigra yang menawarkan opsi 1.0L dan 1.2L.
Tipe Mi dan Li Daihatsu Xenia 1.0 produksi 2004-2005 menggunakan mesin berkodekan EJ-DE (non VVT-i) 3 silinder segaris, 12 Katup DOHC, EFI. Seperti yang diketahui, mesin berkubikasi 989 cc tersebut mampu memuntahkan tenaga hingga 57 PS @5.200 rpm dengan torsi maksimal 89 Nm @3.600 rpm.
Guna memperoleh tenaga lebih besar, namun tetap hemat bahan bakar sekaligus ramah lingkungan, pada tahun 2006 ADM memberikan improvement terhadap mesin 1.000 cc Xenia. Saat itu juga, mesin berkombusi injeksi tersebut berubah menjadi EJ-VE 989 cc 3 silinder segaris, 12 Katup DOHC, VVT-i EFI yang mana secara data di atas menghasilkan tenaga sebesar 63 PS @5.600 rpm serta torsi puncak 90 Nm @3.600 rpm.
Perlu diketahui, semua Xenia 1.000 cc ditawarkan transmisi manual 5-percepatan yang ditranslasi ke penggerak roda belakang (RWD).
Masih Pakai Timming Belt, Dianggap Kurang Cocok Bagi yang Kurang Begitu Paham Mobil?
Untuk dapat menggerakan crankshaft dengan camshaft secara selaras, mobil membutuhkan alat penghubung. Benda itu adalah timming belt seperti yang dipakai di jantung mekanis Xenia 1.0L. Sedangkan varian 1.3L dan 1.5L Xenia sudah memakai timming chain.
Sama seperti timming chain, timming belt bertugas menyesuaikan waktu pergerakan antara piston, intake valve dan exhaust valve guna didapat proses pembakaran yang sempurna pada mesin. Sabuk karet campuran benang serta kawat ini mempunyai pola waktu siklus 4 langkah, yakni langkah hisap, langkah kompresi, langkah tenaga dan langkah buang yang sejalan.
“Timming belt punya kelebihan dan kekurangan. Di Daihatsu Xenia 1.000 cc timming belt wajib dilakukan penggantian setiap 100.000 km tapi untuk amannya 80.000 km,” ujar Made Kartika, Service Advisor Astra Daihatsu Sanur – Bali.
Seperti yang disebutkan Kartika, timming belt Xenia 1.000 cc putus terjadi karena over limit interval penggantian. Amannya di angka 80.000 km, pemilik bablas sampai 120.000 km.
"Putusnya timming belt di Xenia bisa menyebabkan mesin mati sehingga buat orang yang awam tentang mobil akan merasa panik. Namun begitu pengguna jangan langsung panik dan takut akan biaya perbaikan yang mahal. Karena putusnya timming belt yang terjadi di Xenia tidak akan membuat piston dan klep bertabrakan. Hal ini dikarenakan piston Xenia dibuat cekungan untuk menghindari tabrakan antara kedua peranti itu," ucap laki-laki yang gemar jalan-jalan menggunakan bus tersebut.
Kartika menambahkan, setiap Beres (Bengkel Resmi) Daihatsu punya harga berbeda untuk biaya perbaikan menyesuaikan wilayah. Di Bali, penggantian timming belt, tensioner dan ongkos memakan biaya sekitar Rp700.000 hingga Rp800.000.
Kekurangan Timming Belt di Mobil Pada Umumnya
Alasan kenapa timming belt kini mulai ditinggalkan oleh beberapa produsen tenama, sebenarnya terdapat beberapa faktor. Hal tersebut diantaranya:
Tidak seperti timming chain, timming belt memiliki masa pakai yang harus selalu diperhatikan. Pada umumnya, mobil yang masih menggunakan timming chain ini harus lebih didispilin dalam melakukan perggantian setiap 40.000 km – 100.000 km.
Jika lupa melakukan pergantian, gejala yang umumnya terjadi adalah timming belt putus ketika mobil sedang digunakan. Bila itu terjadi, mesin mobil biasanya akan mati seketika akibat piston yang bertabrakan dengan klep.
Timming belt akan mudah rusak bila terkena oli, bensin, dan semacam cairan lainnya karena berbahan dasar karet.
Perawatan lebih mahal karena harus sering rajin menggantinya. Setiap menggantinya paling tidak dibutuhkan biaya Rp300.000 – Rp600.000
Seorang pengagum otomotif sejak kecil, yang suka mengoprek kendaraan di akhir pekan, membuat penulis semakin cinta pada dunia otomotif. Yang pada akhirnya hoby tersebut membawanya ke dalam dunia pekerjaanya sebagai penulis hingga saat ini.