Isuzu Tak Mau Ngotot Jadi Pabrikan yang Jual Truk Listrik Pertama di Indonesia
Herdi · 26 Mar, 2024 13:01
0
0
PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) selaku agen pemegang merek (APM) truk dan bus Isuzu, ternyata tak mau buru-buru untuk menghadirkan kendaraan listrik di Indonesia.
Bahkan, Isuzu enggan menjadi yang pertama untuk menawarkan produk kendaraan listrik untuk segmen kendaraan komersial di pasar otomotif nasional, tak seperti brand lainnya.
Hal ini diungkapkan Business Strategy Division Head PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Attias Asril. Menurut dia, Isuzu belum mau menghadirkannya karena terkait ekosistem dan infrastruktur di Indonesia yang belum merata sepenuhnya.
"Kita nggak mau menjadi yang pertama, bukan targetnya, nggak yang pertama, kita maunya sekali itu sudah siap semuanya, kita masuk, dan kostumer dimudahkan," ungkap Attias saat ditemui beberapa waktu lalu.
"Jangan sudah dimasukin (kendaraan listrik), apalagi komersial. Kalau cuma dipakai di kota besar, itu mungkin oke, tapi bayangin kalau harus angkut barang dari Jakarta ke Medan (belum semua ada infrastruktur pengecasan)," sambung Attias.
Kendaraan listrik, kata Attias adalah sebuah keniscayaan baik untuk passanger atau komersial.
Pasalnya, jika bicara kendaraan listrik Isuzu sudah memiliki teknologinya, seperti halnya Isuzu ELF EV, dimana truk yang menggunakan battery Electric Vehicle (BEV) sudah hadir di Jepang.
Selain itu, Isuzu juga memamerkan Isuzu D-Maxberteknologi BEV yang ada di Thailand, dimana di negeri Gajah Putih, mobil double cabin dianggap pasar menggiurkan.
Kata Attias, meski sudah memiliki truk listrik, prinsipal Isuzu di Jepang juga tidak ngotot untuk terjun di era kendaraan listrik.
Ekosistem dan infrastruktur yang belum siap di Indonesia, jadi alasan Isuzu enggan menjadi APM pertama yang menghadirkan kendaraan listrik khusus komersial.
Attias berpendapat ada beberapa faktor lainnya yang juga membuat Isuzu belum bersiap memasarkannya.
"Karena bukan cuma masalah ramah lingkungan, tapi energinya sekarang harus dipikirin," jelas Attias.
Kata Attias, meski kendaraan listrik dianggap ramah lingkungan, namun untuk sumber listrik yang didapat justru masih belum ramah lingkungan, karena menggunakan material nikel, cobalt, lithium dan lainnya.
Attias juga meyakini, komponen penggerak yang digunakan untuk menjadi kendaraan ramah lingkungan tidak hanya fokus pada baterai, karena ada juga bahan bakar hidrogen, yang sama-sama mengusung energi hijau.
"Sekarang fuel cell, tapi jangan-jangan ada penelitian di negara mana sudah pakai apalagi (sumber energi lain). Kelihatannya semua masih banyak mencari, karena menurut saya, sumber energi listriknya pasti akan dicari yang paling gampang didapat, dan paling mudah dan mestinya ramah lingkungan," jelasnya.
Alasan lain Isuzu belum mau memasarkan kendaraan listrik komersial yaitu terkait masalah tingkat keekonomian.
Ya, Attias berpendapat, infrastruktur kendaraan listrik saat ini hanya terfokus di wilayah kota besar. Padahal, untuk kendaraan komersial bukan hanya di dalam kota, melainkan digunakan antar kota.
"Produk ini (yang ditawarkan) adalah hitungannya kuantiti, dan skala ekonomis. Jadi, sayang kita datangi produk baru hanya dipakai untuk tempat tertentu, karena secara hitungan bisnis harganya akan mahal, nggak terjangkau," ucapnya.
Isuzu, lanjut Attias, hingga saat ini tetap melakukan berbagai riset dan pengembangan untuk teknologi yang akan disematkan, termasuk kendaraan listrik.
Dia menyatakan, jika saat ini teknologi semakin berkembang cepat, baterai bisa bertahan lama dan jarak tempuhnya bisa sangat jauh, maka bukan tak mungkin Isuzu akan langsung menentukannya.
"Isuzu tidak usah menjadi yang pertama, tapi begitu kita masukin, customer itu sudah bisa menggunakan dengan nyaman, dan mudah, nggak worry," tutupnya.
Mengawali karir sebagai jurnalis sejak tahun 2011 di salah satu media massa Nasional Tanah Air. Memiliki ketertarikan untuk membahas bidang otomotif, mulai dari sepeda motor, mobil, hingga bus dan truk.