Kalau kita kilas balik tentang sejarah Datsun Go, sebenarnya pertama kali segmen LCGC ini dimasuki oleh Nissan Group melalui model small hatchback yaitu Datsun Go Panca dan versi 7 seater yang diberi merek dagang Datsun Go Plus Panca.
Pertama kali diluncurkan di India Juni 2013, mobil tersebut akhirnya tiba di Indonesia setahun setelahnya, yaitu di Mei 2014.
Kala itu persaingan segmen LCGC ini cukup sengit, karena ada Datsun Go Panca berjibaku dengan Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Suzuki Karimun Wagon R, dan Honda Brio Satya.
Sementara Datsun Go Plus Panca harus mengahdapi duet Toyota Calya dan Daihatsu Sigra.
Belum berusia setahun, tepatnya di Agustus 2014, Nissan-Datsun Indonesia menambah varian dari Datsun Go Plus dengan menghadirkan vairan Go Plus Tipe D (standar), Go Plus Tipe A (menengah), dan tipe T Option (tipe tertinggi).
Sebagai informasi, varian paling mewah dari Go Plus Panca sudah pakai spion dengan pengaturan elektrik yang disisipi lampu sein, head unit JVC, Airbag di sisi pengemudi, serta bodykit di bemper depan, side skirt, bemper belakang, dan juga rear upper spoiler lengkap dengan high mounted stop lamp.
Pada November 2015, Datsun melakukan facelift untuk Go Plus dan Go Plus Panca, speerti penambahan antena di bagian depan, power window untuk jendela pengemudi dan seluruh penumpang, dan juga center cluster.
Di Mei 2018 kembali Datsun Go mendapat pembenahan, antara lain dengan dipasangnya velg ukuran R14 berjenis alloy bukan lagi velg besi, lampu depan dan gril depan baru, bemper depan dan belakang juga baru, serta kaca spion elektrik untuk semua varian.
Pada sisi interiornya juga terlihat ada perbedaan di bagian jok, dasbor, serta pemakaian head unit layar sentuh yang menunya lebih lengkap.
Merek naungan grup Nissan ini sempat merasakan manisnya penjualan mobil keluarga murah, sampai akhirnya Astra International merilis project kembar terbaru mereka melalui Daihatsu Sigra dan Toyota Calya.
Saat pertama kali hadir, Datsun Go+ Panca ini cukup diterima masyarakat karena harganya yang murah meriah sementara punya desain dan kemampuan yang lumayan.
Penjualan Datsun secara wholesale (pabrik ke dealer) menurut data Gaikindo di tahun pertamanya mencapai 20.520 unit, dan menyentuh angka 29.358 unit sepanjang 2015.
Sementara itu rival terkuatnya, Daihatsu Sigra, juga penjualannya cukup laris walau tak setenar Toyota Calya.
Penjualan Datsun mulai menurun memasuki tahun ketiga di Indonesia.
Terbukti, angka penjualan sepanjang tahun 2016 hanya berada di angka 25.483 unit.
Disinyalir turunnya penjualan ini salah satu penyebabnya ialah karena kemunculan Calya dan Sigra.
Apakah Go+ Panca ini begitu buruk sampai kurang laku?
Tidak juga kalau melihat harganya yang lebih murah dibandingkan harga Daihatsu Sigra kala itu.
Mungkin supaya adil, kita perlu mengulas kelemahan masing-masing model supaya bisa terlihat mana yang kualitasnya paling baik.
Mari disimak kelemahan Datsun GO+ Panca dan Daihatsu Sigra berikut ini.
Pertama-tama kita bahas dulu dari kubu Datsun, sebab GO+ yang sempat jadi pelopor LCGC 7 seater, ternyata harus ambruk, bahkan dihentikan sama sekali penjualannya di Indonesia.
Lalu apa saja kelemahan Datsun GO+ Plus Panca?
1. Built Quality Dianggap Ringkih Jadi Kelemahan Datsun Go Plus Panca
Kalian yang pernah naik Datsun Go keluaran awal baik itu mengemudi atau jadi penumpang mungkin merasa kurang nyaman terutama saat mobil dipacu kecepatan tinggi.
Ada rasa gelodakan (bunyi-bunyi mengganggu) serta suara bising dari luar terdengar sampai kabin walaupun kaca tertutup rapat.
Belum lagi mesin Datsun bergetar karena konfigurasi tiga silinder yang cukup terasa dalam keadaan idle.
Getarannya memang tidak terlalu kuat, namun cukup mengurangi kenyamanan.
Lantas pada saat menutup pintu, jika diberi sedikit tekanan berlebih, maka bakal muncul bunyi seperti dua logam yang bertubrukan.
2. Fitur Keselamatan Minim
Kita boleh menyebut kalau Datsun Go Plus (Spesifikasi | Berita) ini adalah mobil basic karena minim fitur, bahkan hingga fitur keselamatannya.
Go Plus tidak memiliki fitur ABS, meskipun tetap ada Airbag pun cuma ada satu di sisi pengemudi saja.
Fitur keselamatan tadi bahkan tidak dipunya Datsun GO+ CVT sebagai varian tertinggi.
Padahal Daihatsu Sigra sudah ada ABS dan dual SRS airbag dari varian X AT.
Patut disayangkan memang karena membuat Go Plus ini jadi dianggap mobil murahan.
Nilai plusnya, Datsun GO sampai saat ini menjadi pelopor mobil kelas LCGC yang hadir dalam varian transmisi otomatis CVT, disaat duet kembar Calya-Sigra belum menerapkan teknologi gearbox seperti itu.
3. Kursi Baris Ketiga Tanpa Headrest, Tidak Punya Air Circulator
Hanya saja untuk penumpang paling belakang atau baris ketiga, tidak memiliki head rest.
Sementara itu, head rest di baris kedua sudah fixed, sama sekali tidak bisa diatur.
Padahal fungsi head rest sangat penting dalam menunjang kenyamanan saat berkendara sekaligus bisa menahan beban leher pada saat terjadi benturan, dengan demikian cedera parah terhindarkan.
Tentu ini merupakan kekurangan yang membuat penggunanya jadi tidak percaya diri.
Terlebih, kompetitornya yaitu Daihatsu Sigra menghadirkan head rest dengan pengaturan ketinggian di bangku baris ketiga dan kedua.
Kekurangan lain, GO Plus tidak menyediakan ventilasi AC untuk penumpang baris kedua sampai belakang.
Hanya mengandalkan kisi-kisi AC di konsol tengah yang membuat kesejukan kabin agak lebih lama menyebar ke seluruh baris bangku.
4. Mesin Kurang Bertenaga, Terasa Lemot di Varian CVT
Bila membandingkan soal jenis transmisi yang digunakan, maka Datsun Go Plus ini cukup maju karena telah memakai CVT dibanding Sigra.
Namun disayangkan karena tenaga mesinnya malah kalah dari Daihatsu Sigra yang pakai transmisi matic konvensional.
Datsun GO+ CVT dibekali mesin berkapasitas 1.2L DOHC, tapi cuma mampu melontarkan torsi 104 Nm pada 4.400 rpm dan tenaga 68 PS pada 4.000 rpm ke roda depan.
Performanya masih kalah dibanding mesin milik Daihatsu Sigra yang juga bermesin 1,2 liter DOHC, tapi 4-silinder.
Tenaga yang dihasilkan 88 PS pada 6.000 rpm dan torsi hingga 108 Nm pada 4.200 rpm.
Kalah tenaga dan transmisi CVT yang kurang responsif membuat tarikan awal GO Plus terasa lemot, apalagi kalau penuh penumpang dan barang bawaan.
Andaikan sejak awal pakai mesin 4-silinder mungkin sensasi berkendaranya lebih nyaman.
Kelemahan Daihatsu Sigra yang Terungkap, Lebih Mending Dari Datsun Go Plus?
Daihatsu Sigra yang muncul dua tahun setelah Datsun GO+ Panca seolah menjadi penyempurnaan segala kelemahan.
Namun jangan salah, MPV LCGC besutan Daihatsu ini juga bukan tanpa kelemahan.
Berdasarkan yang telah terungkap, kelemahan Daihatsu Sigra ini seolah tak separah Datsun Go Plus. Apa iya?
1. Suspensi Amblas di Daihatsu Sigra, Juga Terjadi di Datsun Go Plus
Kelemahan yang satu ini sudah seperti hal lumrah terjadi pada LCGC 7-seater.
Sebab, pada dasarnya komponen yang digunakan ini awalnya untuk mobil lima penumpang.
Alhasil, dengan bobot yang bertambah signifikan di bagian belakang maka membuat ambles.
Daihatsu mengklaim sudah merevisi masalah ini, namun tetap saja ada keluhan serupa.
Solusi yang dilakukan oleh kalangan komunitas yaitu mengganti suspensi belakang dengan produk aftermarket.
2. Material 'Ringkih' di Daihatsu Sigra
Dengan harga yang terjangkau, jangan terlalu berharap banyak untuk sistem peredaman mobil satu ini.
Ketika mengemudi, suara bising dari luar kabin masih sangat terdengar, rupanya masalah klasik ini juga muncul di Daihatsu Sigra.
Penyebabnya karena material peredaman yang digunakan kurang memadai.
Bagian bodi mobil terasa cukup ringkih dengan plat yang cenderung tipis, dan terasa lebih berisiko penyok atau sobek ketika bergesekan dengan mobil lain.
Dampak material seperti ini pun bisa dirasakan ketika berada di dalam kabin.
Bahan plastik bila sudah cukup berumur kadang kendur dan menimbulkan suara bila lewat jalan yang kasar.
Kita jadi kurang nyaman akibat suara sambungan body yang kerap menimbulkan bebunyian yang mengganggu.
3. Air Circulator Tak Begitu Optimal Mensirkulasikan Hawa Dingin
Daihatsu sebagai produsen tak kehilangan akal untuk membuat air circulator, alih-alih AC double blower untuk penumpang baris kedua dan ketiga.
Alat ini sebenarnya adalah kipas exhaust yang menghisap hawa dingin di baris pertama yang kemudian mensirkulasikan ke kursi dibelakangnya.
Sayangnya, air circulator bertugas untuk mengalirkan angin saja, dampaknya membuat penumpang di baris kedua dan ketiga tidak kebagian suplai udara dingin.
Ketika kondisi di siang hari saat cuaca sedang panas-panasnya kerap menimbulkan kegerahan bagi penumpang dibaris kedua, terlebih di baris ketiga.
Hawa dingin tidak terasa sama sekali dan pengemudi terpaksa harus menyetel kipas AC di posisi 2 atau 3 supaya tidak terlalu gerah.
Membandingkan beberapa kelemahan Datsun GO+ dan Daihatsu Sigra tadi bisa kita ambil kesimpulan kalau ternyata Sigra masih lebih baik.
Harga Sigra yang lebih tinggi bisa mengkompensasi fitur-fitur yang tidak dimiliki oleh Datsun Go Plus.
Dalam facelift-nya di tahun 2019 pun, Datsun pun masih setengah hati dalam melengkapi fitur di LCGC 7-seater andalan mereka.
Hadirnya transmisi otomatis CVT dinilai tidak banyak memikat apabila besaran tenaganya tidak ikut bertambah.
Fitur keselamatan yang dimilikinya juga kurang mumpuni, dan fitur kenyamanan seperti head unit juga sederhana.
Konsumen pun dengan berat hati berpaling ke produk Astra yang lebih lengkap walaupun harganya lebih mahal.
Jaminan layanan purna jual dengan ketersediaan bengkel resmi sampai ke pelosok negeri, serta harga suku cadang yang terjangkau juga jadi alasan mengapa duet Calya-Sigra jadi lebih dominan dibanding Datsun GO.
Berpengalaman di beberapa media online. Bermula menjadi reporter otomotif di situs yang lain hingga kini menjadi Editor di Autofun Indonesia. Penghobi mobil lawas dan anak 90-an banget.
FB:Yongki Sanjaya Putra