Paling Mahal Dikelasnya, Pertimbangkan 5 Hal ini Sebelum Beli Toyota Agya GR Sport 2023
Prasetyo · 9 Apr, 2023 10:05
0
0
Toyota Agya GR Sport 2023 kini bukan lagi masuk kategori LCGC (Low Cost Green Car). Namun Toyota menyebutnya dikategorikan citycar atau small hatchback. Adapun untuk Agya tipe E dan tipe G masih bertahan di kelas LCGC.
Karena statusnya yang berubah inilah, Agya GR Sport resmi menantang Honda Brio RS. Pasalnya sedari awal, Honda sudah memetakan pasar jika Brio RS an Brio RS Urbanite Edition adalah citycar. Sementara Brio Satya masuk golongan LCGC.
Selain target pasar yang ingin digapai berbeda, secara harga antara Agya tipe G dan Agya GR Sport juga terpaut cukup jauh. Bagaimana tidak, untuk yang tipe G transmisi CVT ada di angka Rp191 jutaan. Sementara harga Toyota Agya GR Sport 2023 varian tertingginya Rp256 juta. Itu berarti ada selisih sampai Rp65 juta dari keduanya.
Pantaskah dengan harga yang mirip LMPV atau small SUV ini Agya GR Sport terbaru dimiliki? Berikut beberapa hal yang wajib Anda pertimbangkan terlebih dahulu.
1. Harga Toyota Agya GR Sport 2023 Lebih Mahal dari Brio RS
Pertama-tama harus dipikirkan soal harga. Seperti yang sudah kami singgung sebelumnya, Agya tipe GR Sport di varian tertinggi, banderolnya menyentuh Rp256 juta. Sementara tipe paling basic Rp237,5 juta.
Kalau kita lihat kompetitor terdekatnya, Brio RS, ternyata harga yang dipasang Honda masih lebih murah. Misalnya harga Honda Brio RS tipe terendah yang sama-sama bertransmisi manual, yakni Rp223,1 juta. Itu berarti lebih murah Rp14,4 juta dibanding Agya GR Sport.
Kemudian untuk harga Brio Urbanite Edition bertransmisi CVT sebagai tipe tertinggi dari Brio RS, harganya Rp243,9 juta. Lebih murah Rp12 jutaan dari Agya. Berikut rinciannya:
Dengan imbuhan GR Sport, tentunya mobil ini juga memiliki DNA Sporty seperti varian GR lainnya dari Toyota. Secara visual, ia disematkan bodykit racikan dari tim Toyota Gazoo Racing (TGR). Yakni pada bagian bumper depan, side skirt, dan bumper belakang yang semua ornamennya berpenampilan agresif.
Kemudian perbedaan tipe GR-S pada Agya terbaru ini juga bisa terlihat dari penyematan velg 15 inci dengan balutan ban 185/55/R15. Sementara pada Agya tipe G cuma pakai velg 14 inci. Yang paling terlihat jelas tentunya emblem GR berwarna hitam dan merah yang ada di bemper depan serta pintu bagasi belakang.
Logo GR ini juga akan ditemukan ketika Anda masuk ke dalam mobil. Misalnya pada lingkar kemudi, sandaran jok pengemudi dan penumpang depan, scuff plate di pintu pengemudi serta penumpang depan, dan juga karpet lantai.
Oh ya, jok baris pertama di Agya GR Sport juga dibuat berbeda dari tipe G-nya. Modelnya semi bucket dengan busa tebal dan material pelapis suede yang lembut. Bagian headrest juga sudah terpisah, tidak lagi model "pocongan".
Soal fiturnya juga ada beberapa tambahan dari tipe G. Misalnya spion luar yang pakai pelipat elektrik. Kemudian headunitnya juga 8 inci sementara tipe G 7 inci. Lantas meter cluster di tipe GR pakai layar 7 inci dengan tampilan mirip Toyota Raize. Terakhir di tipe GR juga sudah ada wireless charger.
3. Pengendalian Lebih Cekatan, Tapi Ada yang Dikorbankan
Kehadiran Toyota Agya GR Sport 2023 kalau diselidik lebih lanjut ternyata sangat menarik. Pasalnya, Toyota melalui tim TGR telah meracik sistem steering dan suspension secara khusus.
Kalau kita tarik jauh ke belakang, teknik seperti ini juga pernah diterapkan pada Yaris TRD Sportivo generasi pertama, serta Toyota Rush TRD Sportivo tipe konde. Kedua mobil tersebut benar-benar menggunakan sistem suspensi yang dirancang khusus agar berbeda dari tipe-tipe di bawahnya.
Lantas apa yang didapat dari suspensi dan sistem kemudi baru ini? Guna membuktikannya, PT Toyota Astra Motor (TAM) memberikan kesempatan kepada sejumlah jurnalis termasuk Autofun Indonesia untuk mengujinya selama tiga hari di Bali (4-6 April 2023). Selain wajib menaklukkan medan berkelok jalanan Pulau Dewata dari sisi utara menuju selatan, disediakan juga mini track di kawasan GWK.
Disini Agya GR Sport benar-benar ingin dibuktikan kemampuan bermanuvernya, termasuk diinstruksikan langsung oleh sejumlah pembalap Toyota Gazoo Racing Indonesia (TGRI). Dan kami pun merasakan, jika sistem kemudi sanggup menuruti kemauan pengendaranya bahkan ditikungan yang cukup ekstrim. Agenda aktifitas mini slalom itu pun jadi terasa lebih menyenangkan lantaran mobil seperti "siap" dipakai balap.
Namun ada kelebihan pasti ada kekurangan. Sistem kemudi yang cekatan serta suspnsi yang dibuat lebih sporty ini menghasilkan guncangan yang cenderung keras ketika dipakai di perjalanan kota.
Pada saat duduk di bengku pengemudi atau penumpang depan memang tidak terlalu terasa. Namun kerasnya suspensi ini bakal langsung mengganggu pada saat ada di jok penumpang belakang. Apalagi desain kursinya dibuat sangat tegak dan tidak ada fitur reclining.
Secara dimensi, tipe GR Sport ini hanya beda di ukuran panjang tubuh. Yaitu 3.830 mm sementara yang tipe G dan E 3.760 mm. Adapun lebar, tinggi, dan jarak sumbu roda pada ketika varian tipenya sama. Yakni masing-masing 1.665 mm, 1.505 mm, dan 2.525 mm.
Agya terbaru disemua varian tipenya juga menggunaan platform baru berbasis DNGA (Daihatsu New Global Architecture). Alhasil mesin yang terpasang juga ikut berubah dibanding generasi pertamanya. Baik tipe GR maupun tipe G dan E, semua Agya kini memakai mesin 1.2L dengan kode WA-VE.
Mesin berkapasitas 1.198 cc 3-silinder dengan teknologi DOHC dan Dual VVT-i itu di atas kertas mampu menghasilkan tenaga puncak 88 PS pada 6.000 rpm. Semnetara torsi terbesarnya ada di 113 Nm pada putaran 4.500 rpm. Mesinnya dipadukan dengan transmisi manual 5-percepatan dan opsi D-CVT.
Untuk membuktikan kemampuan mesin ini pun kami dipersilahkan melakukan uji akselerasi. Treknya memang hanya garis lurus sekitar 100 meter, namun setidaknya bisa membuktikan seperti apa catatan waktu akselerasi mobil tersebut.
Transmisi baru yang dikembangkan dengan fixed gear ratio, adanya fitur paddle shift, hingga keberadaan Power Mode, mobil ini bisa memberikan akselerasi yang halus dari posisi diam.
Keberadaan Active D Control pun bisa membuat roda depan tak berputar berlebihan ketika melakukan kick down. Jadi sepanjang pengetesan, kami sama sekali tidak mendengar rda berdecit dan meninggalkan jejak hitam di permukaan aspal.
Menurut pengakuan Jordan Johan yang merupakan pembalap TGRI, catatan pengujian 0-60 km/jam pada trek sekitar 100 meter, waktu terbaik didapat sekitar 6 detik. Sementara untuk akselerasi 0-100 km/jam bisa didapat sekitar 10 detik. "Mungkin orang akan berpikir mesin 3 silinder biasanya lemot, tapi ini torsinya lebih besar dari sebelumnya," kata dia.
Keberadaan Power Mode yang bisa diaktifkan melalui tombol pada lingkar kemudi itu juga memang terasa membantu. Terutama pada saat hendak berakselerasi mendahului mobil di depan jika kondisi jalan cenderung menanjak.
Tapi bagaimana dengan konsumsi BBM-nya? Ketika kami uji dari kawasan Kuta menuju Tabanan dengan gaya berkendara diperkotaan dan sesekali beakselerasi untuk mendahului truk yang berjalan lambat dengan mengaktifkan Power Mode, hasil yang didapat pada layar meter cluster adalah 13,0 km/liter.
Toyota Agya GR Sport memang rasanya dirancang untuk menyenangkan pengemudinya. Selain sistem kemudi dan suspensi yang lebih rigid, model ini juga mendapatkan fitur baru yakni Vehicle Stability Control (VSC) dan Hill Start Asssist (HSA).
VSC juga kami rasakan sangat membantu pada saat bermanuver di tikungan yang cukup tajam, hingga di trek slalom sekalipun. Mobil terasa minim gejala over steer dan under steer, untuk ukuran mobil yang basisnya LCGC ini.
Adapun HSA juga begitu membatu ketika menemui jalan menanjak dan harus berhenti akibat kemacetan. Lantaran mobil akan menahan beberapa detik supaya tidak merosot pada saat kaki lepas dari pedal rem.
Kesimpulan
Dengan harga sentuh Rp250 jutaan, Anda memang bisa mendapatkan LMPV yang punya kabin lebih nyaman, atau small SUV dengan fleksibiliutas lebih baik. Tapi sebenarnya sah-sah saja Anda memilih Toyota Agya GR Sport 2023. Karena bisa mendapatkan sebuah catchback ukuran kecil dengan tampilan sporty dan fitur cukup lengkap. Apalagi pengendaliannya juga jempolan.
Menggeluti bidang jurnalistik otomotif sejak 2009 selaras dengan hobinya dalam memodifikasi mobil. Apalagi karakteristik yang berbeda dari setiap kendaraan yang dibuat oleh masing-masing pabrikan, terus menumbuhkan minatnya di dunia otomotif hingga saat ini.