Pelumas mesin atau biasa yang disebut oli, merupakan cairan kental yang diperlukan setiap kendaraan bermotor. Oli ini tentunya berguna memberikan perlindungan partikel yang ada di dalam mesin, dan mengurangi gaya gesek antara bagian-bagian di dalam mesin agar tidak mudah aus.
Perlu diketahui, setiap kendaraan bermotor khususya mobil, memiliki karakter dan bentuk mesin yang berbeda. Antara mesin kombusi keluaran 90an yang masih menggunakan karburator, dengan mesin berteknologi injeksi lansiran 2000an, bahkan mesin diesel mempunyai perbedaan.
Pada umumnya, mesin 90an memiliki partikel dengan celah lebih besar antara satu bagian dengan bagian lainnya. Sedangkan mesin berteknologi injeksi seperti yang ada saat ini mempunyai celah kerapatan lebih padat antara bagian yang ada di dalam mesin.
Dengan begitu, dalam memilih pelumas atau oli untuk mesin, harus diperhatikan betul kode dan jenisnya. Hal ini tentunya untuk menyesuaikan karakter mesin dan teknologi yang dianutnya.
Pada botol atau kaleng tempat pelumas disimpan, kalian pasti sering menemukan tulisan SAE. Society of Automotive Engineer (SAE) ini merupakan suatu organisasi yg menentukan kekentalan suatu pelumas.
Dengan bagitu, sedikit dijelaskan bahwa SAE ini bukan kode maupun sebutan untuk menunjukan kekentalan pada oli. SAE telah membuat sistem kode numerik untuk menilai oli mesin menurut karakteristik viskositasnya.
Pada jenis oli dari berbagai merek yang ada pada kemasan, umumnya tertulis SAE 10W-30, 10W-40, 15W-40, 20W-40 serta 20W-50. Huruf W yang terletak di belakang angka merupakan singkatan dari ‘Winter’.
W menggambarkan viskositas oli pada suhu rendah. Sehingga saat suhu mobil dan mesin dingin, olinya tidak mengental. Oleh karena itu, angka paling depan adalah penanda tingkat kekentalan oli pada suhu dingin dan angka setelah W atau paling belakang, merupakan tingkat kekentalan oli ketika mesin dalam kondisi bekerja atau sudah panas.
Semakin rendah angkanya, maka akan semakin encer oli dan semakin baik bekerja saat start pada suhu rendah. Sebagai contoh yaitu oli SAE 10W-40, angka 10W pada pelumas tidak membuat oli membeku dan mengental dan bisa bekerja secara optimal di rentang hingga -25 C°.
40 angka di belakang menunjukkan kelas kekentalan oli di suhu operasional mesin yaitu pada 100°C. Tentunya angka ini menunjukkan ketahanan oli terhadap penipisan pada suhu tinggi. Misalnya, oli 10W-30 akan menipis atau mengencer lebih cepat daripada 10W-40. istilahnya viscosity break down atau penurunan kekentalan.
Perlu kalian ketahui, angka yang tertera di depan dan belakang pada kemasan oli tidak bisa dibandingkan. Angka depan lebih ke kelas kekentalan suhu rendah dan kemudahan dalam melakukan sirkulasi.
Sedangkan angka di belakang, kelas kekentalan di suhu operasional mesin. Semakin panas oli karena mesin yang menyala bukan smakin kental. Oli akan semakin encer hanya bagaimana oli tersebut mampu mempertahankan kekentalannya.
API American Petrolium Institute (API) merupakan sebuah kode standar yang menentukan kualitas oli. Pada kemasan oli, tentunya kalian akan melihat kode API dengan 2 tambahan alfabet huruf dibelakangnya misalnya ‘API SN’ atau ‘API CH’. Huruf pertama untuk menentukan jika jenis kendaraan bensin atau gasoline dilambangkan dengan kode S, sedangkan mesin diesel menggunakan kode C.
Pada alfabet kedua menjelaskan kualitas yang terbaru dari oli. Misalnya API SG dan API SN, API SN merupakan jenis oli yang lebih baru dan biasanya memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan API SG. Semakin baru oli maka kode alphabet akan semakin jauh.
Pelumas yang digunakan pada mobil-mobil keluaran tahun lebih baru, akan menggunakan oli dengan kode pada alfabet keduanya yang mendekati huruf Z. Untuk mobil keluaran lama tidak dianjurkan untuk menggunakan oli keluaran terbaru. Hal ini disebabkan karena mesin mereka tidak dirancang untuk menerima tingkat kekentalan oli tertentu.
Seperti yang diinformasikan di atas, setiap mobil memiliki karakter mesin serta kepadatan mesin yang berbeda. Pada umumnya, mobil dengan kelas Low Cost Green Car (LCGC) seperti Datsun Go, Honda Brio, Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Toyota Calya dan Daihatsu Sigra, dianjurkan untuk menggunakan oli dengan kode SAE 0W-20 dan SAE 5W-30.
Sedangkan, mobil yang masuk dalam segmen MPV, SUV, sedan dan hatchback keluaran saat ini, bisa menggunakan oli dengan kode SAE 10W-30, 10W-40 dan 15W-40. Jika ragu ketika memilih oli untuk mesin mobil, kalian bisa melihat buku panduan pemilik.
Untuk mobil keluaran 2000an ke bawah yang sudah menggunakan teknologi injeksi ataupun masih memakai teknologi karburator, pemilik bisa menggunakan oli berkodekan SAE 15W-40, 20W-40 ataupun 20W-50.
Penggunaan pelumas untuk mesin mobil, sebaiknya disesuaikan dengan iklim sekitar dan mengetahui karakter mesin. Dalam memilih jenis oli maupun kode kekentalanya, bisa dilihat pada buku pengguna ataupun menanyakan langsung kepada orang yang mengerti betul soal mesin mobil.
Untuk mengganti pelumas mesin pada mobil, sebaiknya dilakukan secara teratur 3.000 km atau setiap 6 bulan sekali.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2018 Suzuki ERTIGA GX 1.4
17.724 km
5,5 tahun
Jakarta
2022 Toyota AVANZA G 1.5
7.835 km
1,5 tahun
Java East
2019 Honda MOBILIO E 1.5
18.533 km
4,5 tahun
Jawa Barat