Bukan isapan jempol saat beredar foto Wuling Hongguang Mini EV berlabuh di Jakarta. Mobil seharga kurang dari Rp100 juta di Cina ini, tampaknya masuk dalam agenda produk Wuling di Tanah Air. Meski belum terkonfirmasi sejauh mana tujuan akhirnya.
Terlepas itu, ada serangkai sisi menarik bisa dibongkar dari sosok mungil satu ini. Terutama soal daya tahan baterai memenuhi kriteria kebutuhan dalam kota. Sampai format empat kursi yang ternyata tak menyiksa ruang duduk penumpang. Seperti yang diungkapkan kolega kami dari redaksi AutoFun Thailand dalam pengujian langsung. Namun benarkah ia bakal laris jika benar dijual di Indonesia? Simak penjabaran lengkapnya.
Baca Juga: DFSK Glory 580 Model Baru, Tampilannya Jadi Ganteng Banget!
Nada sinis terhadap mobil niremisi – apalagi murah dan kecil – biasanya tertuju langsung pada kemampuan jarak tempuh. Dalam kasus ini, Wuling tak perlu khawatir dipojokkan. Sebab Mini EV sanggup memenuhi kebutuhan pengendara dalam jangkauan jarak masuk akal. Tidak berlebihan, juga tidak kekurangan.
Setidaknya pada trim tertinggi dengan kapasitas baterai 13,9 kWh. Unit ini mampu berjalan sampai 170 km sekali isi daya. Jelas bukan jarak pendek. Anggaplah kita sesuaikan dengan kebiasaan masyarakat berkomutasi di Jakarta. Sekali jalan, paling jauh estimasinya sekitar 50 km. Dipakai pulang-pergi pun masih tersisa 70 km lagi. Alias baterai tidak benar-benar habis. Meski lama isi daya dari nol memang butuh waktu 9 jam.
Mengenai kecepatan maksimal, juga patut diperhitungkan. Anda tak perlu ketakutan dianggap baru bisa mengemudi akibat mobil boyoh. Toh ia bisa lari sampai 100 km/jam. Yang notabene lebih dari cukup. Siapa juga mau memacu lebih dari itu di dalam kota? Pun kalau bisa kesempatannya jarang.
Dan jika dayanya dikonversi, Mini EV mencatat tenaga maksimal hingga 27 PS. Sementara torsinya di sekitar 85 Nm. Bukan angka kecil untuk ukuran mobil seberat 665 kg. Harusnya, berkaca dari output, gapaian akselerasi akan terasa instan.
Baca Juga: Sering Keliru dan Dianggap 'Murah', Ini Perbedaan Mitsubishi Pajero dengan Pajero Sport
Siapa sangka mobil sekecil ini dipersiapkan dalam format empat kursi. Dan bukan sekadar gimmick atau sesuatu yang begitu dipaksakan. Semua bangku bisa diisi oleh orang dewasa. Menambah nilai plus lagi selain motor elektrik.
Betul, ruang kaki di belakang memang terbatas. Tidak bisa kita samakan dengan mobil ukuran konvensional. Tapi terbilang cukup, tidak menyiksa. Terutama soal ruang kepala yang begitu tinggi. Bersisa banyak. Setidaknya itu yang terlihat dari hasil pengujian kawan kami di Thailand.
Hanya saja, perlu ada subtitusi. Tak bisa berbarengan antara memuat orang dan barang di baris belakang. Sebab sisa bagasi tak seberapa kalau kursi belum dilipat. Namun bukan perihal besar tampaknya. Bisa seperti ini pun sudah lebih dari cukup.
Berlebihan? Kami rasa tidak. Coba saja tengok kabin Mini EV dari depan sampai belakang. Rasanya semua enak dilihat. Dari segi pewarnaan, layout dashboard, hingga penataan rapi. Perlu digariswbawahi, di sini kami tidak sedang bicara tentang megahnya material eksklusif atau bungkusan kulit mewah dan bahan empuk. Melainkan perihal selera saja.
Ya, Wuling tampak tak memaksakan diri memberi tema interior berlebihan. Semuanya sederhana, sepert trim basis dari mobil Eropa. Andaikan hanya melihat bagian dalam, rasanya bisa saja kami menebak ia dibuat oleh Renault atau Peugeot.
Dahsboard, plafon, serta bangku didominasi warna abu gelap. Sementara jok dibungkus bahan fabric. Dan tertera aksen-aksen kontras dengan garis dan warna retro. Keren. Belum lagi aksen juga berlanjut pada hiasan dashboard serta merta ditata rapi.
Yang kurang enak dipandang, hanya palang kemudi. Terkesan ketingalan zaman dan murah. Kontradiktif dengan konsep mobil elektrik yang futuristik. Selain itu, perangkat hiburan juga cenderung standar. Untung saja kokpitnya sudah full digital dengan sajian informasi komplet.
Jika dibilang mudah memikat, rasanya agak nihil. Bentuknya cenderung sulit diterima. Badannya mungil dan boxy ala kei car Jepang. Namun raut wajahnya tua. Mungkin akibat lampu persegi konvensional dengan cahaya halogen yang proporsinya seperti kurang pas.
Begitu pula jika dilihat dari sisi. Panel pintu terlihat besar sendiri. Belum lagi fender dan lingkar roda begitu kecil. Hanya 12 inci. Bak dirakit tanpa tahu hasilnya akan seperti apa. Beruntung bagian belakang masih enak dipandang, setidaknya selaras dengan konsep EV.
Namun tentu ada alasan di balik konsep tubuh efisien seperti ini. Yang paling terbukti adalah format empat kursi dan head room tinggi tadi. Ketika dari luar terlihat serba tidak proporsional, secara fungsi justru ia maksimal.
Sebagai gambaran, mobil ini sesungguhnya kompak namun masih lebih besar sedikit daripada Smart Fortwo:
Di Cina, harganya berkisar Rp70 juta – Rp80 jutaan. Sementara di Thailand, nilainya naik menjadi Rp 170 juta. Anggaplah nasib nominal harga di Indonesia serupa seperti Thailand, prediksi kami bakal jauh dari kata laris. Mengapa?
Angka segitu dengan mudah bisa disubtitusi mobil konvensional sepantaran Honda Brio, Daihatsu Ayla/ Toyota Agya, jajaran LMPV, atau bahkan menambah sedikit cukup untuk sebuah LSUV. Di mana orang Indonesia bakal lebih yakin dan terakomodir kebutuhannya dengan line up mobil tersebut. Lain cerita ketika formulasi harga tak jauh-jauh dari Cina. Daya tawarnya tentu akan melonjak naik.
Yang kedua, meskipun dalam kategori EV ia sangat murah serta memiliki kemampuan memadai dari berbagai aspek, ada satu hal tak bisa dilupakan. Perihal menghemat ruang di jalan raya belum menjadi kesadaran bersama seperti di Jepang. Terpakai atau tidak, masyarakat lebih senang beli mobil berukuran besar atau paling tidak muat banyak orang. Sehingga konsep semacam ini mungkin diposisikan sebagai mobil kedua.
Dan terakhir, masih butuh proses bertumbuhnya stasiun pengisian daya untuk umum. Yang dalam keadaan darurat pasti dibutuhkan. Jika belum, mayoritas kalangan boleh jadi menganggap repot. Meski sebetulnya bisa saja mencegah terjadi habis baterai dengan mengubah pola pakai kendaraan layaknya sebuah ponsel.
Soal kapan dijual, belum ada konfirmasi dan kejelasan. Namun ekspektasi terbesar kami, ia mendarat di sini sekadar untuk pengenalan di ajang GIIAS 2021, bulan November. Meski tak menutup kemungkinan juga mereka langsung mengambil langkah cepat.
Baca Juga: Perkenalan Honda NSX Type S di Dunia Menjadi Model Penutup Generasi Kedua NSX
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2022 Honda BRIO SATYA E 1.2
5.503 km
0,5 tahun
Jawa Barat
2022 Toyota AGYA GR SPORT 1.2
5.751 km
1 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO SATYA E 1.2
15.855 km
2,5 tahun
Jakarta
2020 Honda BRIO SATYA E 1.2
16.096 km
3,5 tahun
Jawa Barat