Sejarah Hyundai sebagai perusahaan otomotif asal Korea Selatan (Korsel) memang menarik untuk diulas, mengingat brand yang namanya sedang naik daun di Indonesia ini punya kisah menarik.
Maklum Hyundai termasuk merek otomotif sedang rajin menghadirkan banyak mobil terbaru dengan berbagai inovasi, dan desainnya sangat modern.
Selain itu, Hyundai juga termasuk brand otomotif yang kini keranjingan merambah dan menawarkan mobil-mobil listrik seperti IONIQ 5 dan IONIQ 6.
Dengan kehadiran mobil listrik ini tak sedikit yang menyebutkan, pabrikan negeri Gingseng kini sudah bisa melompat jauh lantaran sanggup menciptakan mobil listrik dan modern, dibandingkan Jepang.
Namun sebelum menjadi Hyundai seperti sekarang, maka tidak ada salahnya mengetahui bagaimana perusahaan otomotif ini bisa hadir untuk pertama kalinya.
Perusahaan Hyundai sejatinya lahir setelah Perang Dunia II, yang dibentuk Chung Ju-Yung, dimana namanya dikenal sebagai pelopor Hyundai Engineering and Construction Company pada tahun 1947.
Jauh sebelum sejarah Hyundai Engineering and Construction Company berdiri, Chung sendiri bukan dari kalangan keluarga yang jauh dari kata mampu. Karena bapaknya hanya seorang petani.
Ya, Chung diketahui merupakan anak tertua dari delapan bersaudara, yang lahir pada 25 November 1915 di Tongkon, Gangwon Do, di Utara Korea (sebelum pecah).
Chung kecil disebutkan kerap diajak sang ayah untuk bertani. Namun di satu sisi, dia memang memiliki hobi membaca, termasuk surat kabar untuk menggali berbagai informasi.
Maklum, saat kecil Chung bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Hanya saja lingkungan keluarga tidak mendukung, karena di wilayahnya bisa disebut berada di area cukup miskin.
Akan tetapi, gemar membaca inilah yang membuat Chung muda, memiliki pandangan cukup luas, dan ingin melihat dunia luar, Termasuk mencari pengalaman dan peruntungan agar kerja di kota.
Model nekat, saat masih berusia 16 tahun, Chung memilih kabur dari rumah, karena merasa tak ingin menjadi petani, seperti teman atau keluarganya
Hingga akhirnya, setelah jauh dari keluarga Chung muda, hanya mampu bekerja sebagai buruh konstruksi, dengan gaji yang sangat rendah kala itu.
Kendati demikian, dia mengaku senang karena bisa mendapatkan uang secara mandiri.
Baca juga: Kilas Balik Sejarah Honda Freed di Tanah Air, Jazz Versi Panjang
Nasi sudah menjadi bubur, di kota ternyata dia tidak bisa berkembang. Hingga akhirnya Chung Ju-Yun kembali ke kampung.
Saat itu, Chung menyadari agar dapat keluar dari lingkaran setan kemiskinan, dirinya harus melanjutkan sekolah, dengan harapan agar menjadi seorang akuntan.
Namun sayang setelah dua bulan berjalan, Chung Ju-Yun bertengkar hebat dengan sang ayah, kemudian kabur ke Gasan.
Perjalanan pun dilakukan Chung, dimana berhari-hari dia sempat bekerja serabutan, mulai di Pelabuhan Jinsen, konstruksi bangunan, pabrik sirup hingga jadi pengantar beras.
Akan tetapi di toko beras, Chung mendapatkan pujian dari pemilik toko karena keuletannya. Alhasil dia diangkat untuk mengelola akuntansi toko.
Tak sampai disitu, dewi Fortuna ada pada Chung, bagaimana tidak pada tahun 1937 pemilik gudang beras jatuh sakit, sehingga tokonya diberikan kepada Chung. Emang hoki ya.
Akan tetapi meski berkembang pesat dan menghasilkan banyak keuntungan, pada tahun 1939, toko beras Kyugil milik Chung kembal mengalami nasib sial.
Karena Korea berkonflik dengan Jepang, sehingga pasokan beras di toko milik Chungkerap direbut militer negeri Matahari terbit, dengan alasan sistem penjatahan beras.
Toko beras Chung akhirnya gulung tikar, karena perang semakin memanas kala itu.
Baca juga: Intip Sejarah Toyota, dari Produsen Alat Tenun Jadi Raksasa Industri Otomotif
Karena bisnisnya sering gagal, Chung pulang kampung pada tahun 1940. Namun obsesinya untuk menjadi orang sukses terus tumbuh.
Hingga akhirnya dia pergi ke Keijo, dan banting stir masuk ke dunia otomotif, khususnya menjalani bisnis reparasi mobil, dengan nama bengkel A do Service Garage.
Diketahui, bengkel tersebut didapat karena Chung membeli lahan dan membangun bengkel, yang uangnya berasal dari tabungan dan pinjaman sana sini, sehingga terkumpul 5.000 won.
Apes, bengkel yang baru berjalan beberapa hari tersebut hangus terbakar. Chung akhirnya meminjam uang sebanyak 3.000 won kepada salah satu konsumen.
Tak lama, bisnisnya lancar jaya, dalam tiga tahun, karyawan yang awalnya hanya 20 orang menjadi 70 orang.
Namun lagi-lagi karena kolonial Jepang, pada tahun 1943, bengkel Chung diwajibkan untuk dikolaborasi dengan pabrik baja, sehingga bisnisnya tutup.
Baca juga: Penerus Starlet, Intip Sejarah Toyota Yaris di Indonesia
Setelah Perang Dunia II Jepang mengumumkan kekalahannya dari Amerika Serikat, banyak perusahaan dan toko gulung tikar berusaha bangkit kembali.
Di satu sisi, pemerintah Korea bertekad untuk membangun dan menata sejumlah wilayah agar menjadi lebih baik lagi.
Korea diketahui mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat dan juga PBB, untuk membangun perekonomian pasca perang.
Pada tahun 1947, setelah pembebasan Korea dari kendal Jepang, Chung yang tak pantang menyerah mendirikan perusahaan yang disebut Hyundai Civil Industries.
Chung juga mendapatkan kontrak besar dari pemerintah dan bertanggung jawab terhadap pembangunan sebagian besar infrastruktur transportasi Korea Selatan, termasuk Bendungan Soyang pada tahun 1967.
Nah, pada tahun 1967, lahirlah perusahaan Hyundai Motor dan pembangunan pabrik perakitan, yang berada di Ulsan.
Lalu, pada tahun 1968, Cortina adalah kendaraan pertama yang berhasil dirakit oleh Hyundai di pabriknya di Ulsan, bekerja sama dengan Ford Motor Company.
Momen inilah yang menjadi titik balik kesuksesan Hyundai sampai saat ini.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
{{variantName}}
{{expSellingPriceText}}
{{carMileage}} km
{{registrationYear}} tahun
{{storeState}}