Perkembangan mobil hidrogen di Indonesia sepertinya belum semaju keberadaan mobil listrik berbasis baterai (BEV).
Meski begitu, sebenarnya sebagai negara dengan potensi ketahanan energi yang begitu besar, Indonesia memiliki kapasitas Energi Baru Terbarukan (EBT) yang begitu besar dan berlimpah.
Karenanya tak heran kalau kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang paling berpeluang dalam pengembangan EBT, termasuk juga hidrogen hijau yang bisa menjadi energi andalan di sektor transportasi untuk menuju target reduksi emisi dari pemerintah.
Selain nikel yang bisa menjadi bahan baku baterai EV, hidrogen hijau juga menjadi potensi baru sumber energi bersih yang hanya mengeluarkan uap air dan tidak meninggalkan residu di udara atau menambah emisi karbon gas.
"Dalam pengejaran Net Zero Emission di Indonesia, multi-parties sudah bergerak untuk membuat 3 ekosistem: Biofuel, Baterai, Hidrogen.
Dengan berbagai strategi hidrogen nasional yang dilakukan semua pihak, nyatanya Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan hidrogen hijau agar tak tertinggal dengan kompetisi global," kata Nandi Julyanto Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).
Baca juga: Gak Lagi Minum Solar, Truk Isuzu Siap Geser ke Mesin Hidrogen Hasil Kreasi Honda
Potensi energi terbarukan berupa hidrogen ini disampaikan Julyanto saat seminar nasional TMMIN di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu (08/11/2023).
Mengangkat tema "Percepatan pengembangan ekosistem hidrogen di sektor industri dan transportasi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 di Indonesia", Nandi juga menyebutkan jika Indonesia terus berusaha memanfaatkan multi teknologi dari berbagai sumber energi yang berfokus pada reduksi emisi.
Dan saat ini, kata dia, tantangannya adalah pengembangan energi alternatif melalui teknologi hidrogen.
Pasalnya sumber energi ini tersebar dari sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terutama yang ada di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatra Barat, Sumatera Utara, dan Papua.
Alhasil Indonesia memiliki potensi memproduksi listrik dari hidrogen dengan kapasitas 3.000 gigawatt (GW) dan potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 12,5 GW saat ini.
Karenanya, kata dia, Pemerintah optimis dapat menambah produksi listrik dari sumber energi tersebut hingga mencapai 21 GW sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021 - 2030.
Bahkan negara tetangga Singapura telah menyatakan menyerap hidrogen hijau produksi Indonesia untuk kebutuhan domestiknya.
Baca juga: Toyota Hilux Berbahan Bakar Hidrogen Meluncur, Bye-bye Asap Hitam!
Pemanfaatan hidrogen ini dianggap juga sejalan dengan misi dekarbonisasi sektor manufaktur yang ditargetkan Kementerian Perindustrian RI pada tahun 2050 atau sepuluh tahun lebih dini dari target yang dicanangkan.
Di sisi lain, Kementerian ESDM (Energi Sumber Daya dan Mineral) telah menjalankan program Renewable Energy Based in Industrial Development (REBID) dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga air, tenaga surya, panas bumi, biomassa, dan hydrogen.
Bahkan khusus untuk sumber energi berupa hidrogen, sudah dimanfaatkan oleh sejumlah perusahaan seperti Pertamina, PLN, beberapa pabrik pupuk, dan Samator.
Untuk Toyota sendiri, hidrogen sebenarnya sudah sejak tahun 2014 melalui Toyota Motor Corporation (TMC) memiliki model berbahan bakar hidrogen dengan Toyota Mirai.
Toyota Mirai merupakan kendaraan berbasis Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) yang tidak lagi mengandalkan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Toyota Mirai yang didesain sebagai mobil berteknologi motor listrik dan berbahan bakar hidrogen hingga saat ini sudah hadir dengan generasi ke-2 yang diluncurkan pada tahun 2019 silam.
Selain teknologi FCEV, Toyota juga tengah mengembangkan kendaraan dengan mesin pembakaran internal bertenaga hidrogen (Hydrogen Internal Combustion Engine/HICEV) yang menandai langkah baru dalam teknologi Toyota untuk mencapai komitmen pencapaian NZE global pada 2050.
Toyota meyakini dampak teknologi bersih dapat dirasakan penerapannya yang luas di seluruh pasar global.
Toyota Indonesia percaya harus ada solusi praktis dan berkelanjutan dengan menggabungkan berbagai pilihan dan teknologi untuk menuju reduksi emisi gas buang.
Mulai dari kendaraan dengan low emission seperti LCGC, flexy engine, HEV, PHEV, BEV, hingga hidrogen yang benar-benar tidak menghasilkan emisi, yang nantinya bisa disesuaikan dengan kebutuhan konsumen yang beragam.
Baca juga: Honda CR-V Hidrogen Mulai Tes Jalan, Bisa Mengeluarkan Air dari Knalpot!
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
{{variantName}}
{{expSellingPriceText}}
{{carMileage}} km
{{registrationYear}} tahun
{{storeState}}