Segmen mobil baru Rp 300 jutaan saat ini dianggap yang memiliki pangsa pasar paling gemuk di Indonesia. Umumnya kelas ini diisi oleh konsumen first time buyer. Artinya mereka yang baru pertama kali membeli mobil dengan uang miliknya sendiri.
Namun sudah beberapa bulan belakangan ini, segmen mobil baru Rp 300 jutaan tersebut semakin tercekik. Hal ini akibat kemampuan daya beli pasarnya yang terus menghilang.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Sri Agung Handayani selaku Marketing Director and Corporate Communication Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM). Menurut dia pangsa pasar yang dirasakan di segmen LCGC, pick up low, dan daihatsu segment (MPV low serta SUV low) terus menurut.
"Kita perhatikan sejak dari Mei 2024 sampai Oktober 2024 terus turun. Yang naik segmen di atas itu, mulai dari MPV medium, SUV besar, dan sedan," katanya ketika ditemui di Medan, SUmatera Utara, Sabtu (9/11/2024).
Lantas apa yang menyebabkan segmen ini mengalami penurunan? Lebih lanjut ia menjelaskan saat ini kondisi perekonomian yang tengah terjadi di Indonesia yang paling berat adalah dirasakan oleh masyarakat kelas menengah di sektor formal dengan pendapatan sekitar Rp 5 juta hingga Rp 15 juta per bulan.
"Yang sebenarnya saat ini sedang terganggu adalah middle class dari sektor formal. Karena pabrik garmen dan pabrik-pabrik lainnya banyak yang tutup. Sehingga kemampuan mereka akan barang konsumsi akibat adanya inflasi terasa sekali. Daya beli ini bukan terhadap daya beli mobil saja tapi juga konsumsi kebutuhan sehari-hari," kata dia.
Kalau melihat kondisi ekonomi secara makro, menurut Sri Agung, kondisi di Indonesia sebenarnya tidak terlalu ada masalah. Contohnya dari segi GDP (Gross Domestic Product) ada di 4,95 persen yang tidak jauh dari prediksi tahun lalu. Kemudian BI Rate juga masih terbilang aman 6 persen. Kemudian inflasi 2,3 persen dan nilai tukar rupiah yang hanya mempengaruhi industri manufaktur besar.
Namun imbasnya malah baru dirasakan oleh masyarakat kalangan menengah. "Karena pendapatan mereka terhenti akibat pabrik banyak yang tutup tadi, maka middle class ini yang sekarang jadi golongan "Mantab" Makan Tabungan," jelas wanita berkacamata ini.
Adapun dari sisi pabrikan otomotif, terutama Daihatsu, kelas menengah ini merupakan segmen konsumen terbesar mereka, dan juga mayoritas secara total pasar. Mereka inilah para pembeli mobil pertama yang mengincar mobil baru Rp 300 jutaan.
Baca juga: 10 Rekomendasi Mobil Baru di Harga Rp 300 Jutaan, Bisa Dapat Veloz Sampai HR-V
Sri Agung juga menyinggung pasar mobil baru Rp 300 jutaan di segmen elektrifikasi (xEV) baik itu mobil hybrid (HEV/Hybrid Electric Vehicle) maupun mobil listrik murni (BEV/Battery Electric Vehicle). Menurut dia penerimaan segmen ini masih sangat kecil dibanding total pasar yang ada.
Ia menjelaskan, pada Oktober 2024 saja, segmen elektrifikasi sudah mencapai 13,2 persen, bahkan kini posisinya sedikit bergeser karena penjualan BYD yang cukup tinggi, sehingga segmen BEV sedikit di atas Hybrid.
“Kalau ditanya apakah penerimaan ini bagus? Ya tapi kalau kita lihat mereka yang bermain di segmen Rp 300 jutaan, penerimaannya hanya 4 persen, sementara lebih kecil dari XEV total pasar 12 persen. Karena yang bermain disini kecil,” jelas dia.
Kemudian ia juga menyoroti profil konsumen mobil hybrid dan listrik Rp 300 jutaan tersebut. Sebab mereka ternyata bukan murni first car buyer. Dari hasil riset yang dilakukan internal Daihatsu, sepanjang tahun 2023 pembeli mobil elektrifikasi yang mengaku pembeli pertama sebanyak 9 persen, sementara tahun 2024 naik jadi 11 persen.
“Pertanyaannya apakah sama pasar first buyer mereka dengan pasarnya Daihatsu?” Ternyata profil konsumennya beda. Kalau first car buyer Daihatsu pendapatannya Rp5-15 juta, first buyer segmen elektrifikasi ini pendapatannya 30-34 juta.
Dan umumnya mereka sebelumnya sudah menggunakan kendaraan yang dimiliki keluarganya. Jadi mereka ini memang tidak berefek pada kondisi ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia.
Baca juga : Deretan Mobil Baru Rp150 Jutaan, Terjangkau Untuk Mobil Keluarga atau Usaha Taksi Online
Tri Mulyono sebagai Marketing Planning and Development PT Astra Daihatsu Sales Operation (ADSO) menambahkan, secara NPL (Nett Performance Loan), pihak OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sudah mengumumkan saat ini kondisinya ada di 2,31 persen, sementara tahun lalu sekitar 2,1 persen. NPL ini merupakan berapa banyak orang yang mampu memenuhi pembayarannya sesuai dengan kontrak yang sudah mereka janjikan baik tenor maupun angsuran.
Dari data OJK tersebut terlihat jika golongan ini angkanya semakin besar dibanding tahun lalu, dan
dengan makin besar ini, seleksi angsuran termasuk kredit mobil juga makin dibatasi. "Ini yang juga menjadi pasar terganggu baik di segmen first buyer passenger maupun first buyer commercial, dan ini kami tetap melihat terjadi sampai Q4 tahun ini," kata dia.
Namun Daihatsu sebagai produsen yang cukup banyak menawarkan mobil baru Rp 300 jutaan berusaha menanggapi kondisi ini dengan mengikuti dinamika pasar. Tri mengakui kalau permintaan di segmen first buyer ini berkurang karena konsumen mereka 85 persen pembeliannya kredit.
"Saat ini yang kami lakukan ketika melakukan prospek kepada konsumen adalah kami sudah mulai melakukan edukasi ke konsumen dengan mencoba mencari tahu lebih dalam profil kapasitas konsumen dari sisi finansialnya terlebih dulu sebelum mereka mulai mengajukan proses pembelian," sebut Tri.
Ia mencontohkan, misalnya ada konsumen yang berniat membeli mobil baru Daihatsu, maka setiap tenaga penjual di dealer resmi Daihatsu wajib mengulik terkait dengan kemampuan bayar kredit dari konsumen tersebut.
Jadi kalau semisal konsumen ini hanya sanggup membayar DP mobil baru sebesar 25 persen untuk mobil penumpang, maka harus dilihat apakah ada persyaratan klasifikasi lain yang bisa mereka penuhi. Contohnya apakah rumah sudah milik dia pribadi atau belum, kemudian apakah konsumen itu punya saldo aset berharga yang dimiliki.
"Jadi apa yang sebelumnya dilakukan lembaga pembiayaan, sekarang kita lakukan di depan. Jadi ketika ada konsumen melakukan proses pemesanan kemudian mengajukan proses kredit, proses filtering profil konsumen sudah kita duluan yang lakukan di depan. Harapannya ketika sudah mengajukan kredit prosesnya lebih singkat, tingkat disetujuinya lebih besar, dan nilai tarikan kembali juga jadi rendah," jelas Tri.
Baca juga : Mau Beli Mobil Baru Harga di Bawah Rp300 Jutaan? Berikut Pilihannya
Lebih lanjut Tri juga menegaskan, meskipun pasar otomotif di Indonesia sedang lesu hingga Oktober 2024, namun ia tetap optimis menjelang akhir tahun pasar akan sedikit bergairah. Mengingat seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, jelang pergantian tahun daya beli masyarakat terhadap produk otomotif sedikit meningkat.
Namun Daihatsu, kata dia, tidak mau terjebak dengan aksi "Obral Cuci Gudang Akhir Tahun". Karena menurutnya dengan kondisi perekonomian Nasional seperti ini, pemberian diskon lebih besar atas sebuah produk mobil baru tidak membuat semata-maka konsumen menjadi tertarik beli dan berimbas pada peningkatan pasar secara kumulatif.
"Diskon memang bisa buat potong harga OTR atau besaran TDP. Tapi sekarang ini masalahnya bukan disitu. Masalahnya adalah lembaga pembiayaan apakah bisa menentukan kualitas dari debitur ini bisa menyelesaikan cicilannya sesuai kontrak atau tidak," tegas Tri.
Ia pun membeberkan, sampai Oktober 2024 estimasi pasar otomotif Nasional ada di kisaran 730.600 unit dengan penjualan mobil baru per bulannya sekitar 73.000 unit. Dibandingkan tahun lalu, pasarnya sebulan 83 ribu unit, itu berarti secara Year on Year (YoY) pasar sudah turun sekitar 11,5 persen pasar.
Sedangkan Daihatsu sampai Oktober 2024 sudah membukukan penjualan 142.950 unit dengan penurunan sekitar 13 persen. Tapi pabrikan berlambang D ini masih mempertahankan market share di angka 19,6 persen. Masih sedikit tumbuh dibanding akhir 2023 yang mencapai pangsa pasar 19,4 persen.
"Sudah 10 bulan jalan tahun ini penjualan sudah hampir 143 ribu, itu berarti 14 ribuan unit per bulan. Tapi di dua bulan terakhir jualannya hanya 13 ribuan," kata Tri.
Meski begitu, ia mengakui kalau Daihatsu hanya bsia mengikuti dinamika pasar. Adapun fokusnya saat ini adalah untuk tetap bisa bertahan di posisi nomor dua pabrikan terlaris di Indonesia dengan mempertahankan posisi market share.
"Akhir tahun biasanya ada tren kenaikan penjualan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Kita juga respon animo pasar ini dengan memberikan beberapa gimmic penjualan taopi buakn diskon besar-besaran. Jadi harapannya kita bisa mengoptimalkan daya beli masyarakat dari potensi pasar yang ada," tukas dia.
Baca juga : Jadi Alternatif LMPV, Ini Pilihan Mobil Bekas Menarik Harga Rp300 Jutaan