Mobil perkotaan atau city car dahulu menjadi idola dengan ragam model. Mulai dari Honda Brio, Mitsubishi Mirage, Suzuki Ignis, Nissan March, dan Hyundai Grand i10. Namun mengapa kini hanya Honda Brio dan Suzuki Ignis saja?
Dahulu model city car sempat menjadi primadona banyak pabrikan. Para agen pemegang merek (APM) berlomba-lomba menghadirkan city car terbaiknya untuk menarik perhatian konsumen Tanah Air.
Namun saat ini dari sekian banyak model city car terjangkau, tersisa Suzuki Ignis dan Honda Brio saja yang masih beredar di pasaran. Jauh sebelumnya, ada banyak model city car yang bisa dipilih dari berbagai merek.
Banyak City Car Tumbang
Pada tahun 2009, PT Hyundai Motors Indonesia (HMI) meluncurkan Hyundai Grand i10. Saat itu kehadirannya sebagai penerus dari Hyundai Atoz yang resmi berhenti dijual di Indonesia. Sayangnya pada tahun 2017, Hyundai Grand i10 resmi tidak lagi dijual oleh sebagai APM.
Baca juga : Review Nissan March: City Car Compact Sarat Fitur
Pabrikan Jepang juga merasakan bahwa model city car semakin tergerus. Seperti Nissan March yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2010. Berumur 9 tahun, PT Nissan Motor Indonesia (NMI) harus menghentikan penjualan mobil mungil ini.
Setali tiga uang dengan pabrikan tiga berlian alias Mitsubishi. Melihat ada peluang emas untuk model city car, Mitsubishi Mirage pun diperkenalkan ke publik Tanah Air pada tahun 2012.
Hanya bertahan enam tahun, pada 2018 PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) harus menghentikan penjualan Mirage. Sampai saat ini tidak ada penerusnya.
Kehadiran LCGC
Salah satu faktor yang membuat banyaknya city car berhenti penjualannya ialah kehadiran mobil LCGC (low cost green car). Pada akhir tahun 2013, Daihatsu Ayla dan Toyota Agya menjadi mobil LCGC pertama.
Baca juga : Adu City Car Paling Irit, Daihatsu Ayla Kalah dari Honda Brio?
Kala itu aturan pemerintah membatasi harga maksimal dari mobil LCGC yakni Rp 95 juta. Meskipun besaran harga mobil LCGC seiring berjalan waktu bisa disesuakan bila terjadi perubahan kondisi atau indikator ekonomi seperti inflasi, kurs nilai tukar Rupiah dan bahan baku.
Pabrikan juga boleh melebihi batas maksimal harga dengan beberapa kondisi. Seperti penggunaan transmisi otomatis maksimum bisa dinaikkan sebesar 15 persen. Bila memakai teknologi keselamatan yang canggih seperti air bags, APM boleh menaikkan maksimal 10 persen.
Melalui skema tersebut, membuat pasar city car mulai terancam. Hingga akhirnya berturut-turut dari 2017-2019 mobil-mobil city car banyak yang berhenti produksi atau berjualan karena harga yang terlalu mahal dibandingkan mobil LCGC.
Spesifikasi Tidak Lagi Menarik?
Selain harga yang lebih mahal dari model mobil lainnya, spesifikasi juga menjadi dugaan city car makin sedikit yang membelinya. Sebagai contoh, Suzuki Ignis varian termurah Rp 207 jutaan berbeda tipis dengan Ertiga varian terendah Rp 224 jutaan.
Baca juga : Perang City Car, Suzuki Ignis atau Honda Brio? Berikut Plus Minusnya!
Berbeda kurang dari 20 juta, Ertiga punya mesin lebih bertenaga, kabin luas dan bagasi besar. Secara performa diatas kertas pun Ertiga lebih bertenaga.
Begitu juga dengan Honda Brio RS untuk varian termurahnya sudah mencapai Rp 219 juta. Memang ada Brio Satya yang lebih murah namun sudah masuk kategori LCGC dimana spesifikasi cukup jauh berbeda dengan varian RS.
Kini harga Honda Brio RS termurah hanya selisih Rp 11 juta saja dengan Honda Mobilio dengan tipe terendah juga. Sama seperti kasus Ignis-Ertiga, spesifikasi Mobilio lebih menguntungkan.
Baca juga : Kelebihan dan Kelemahan Mitsubishi New Mirage Bekas, Mantan City Car Terlaris yang Pamornya Tergeser LCGC