Pemerintah Indonesia sudah hampir sewindu merealisasikan kendaraan ramah lingkungan melalui program Low Cost Green Car (LCGC). Program terus berlanjut dan kini pemerintah mendorong elektrifikasi kendaraan bermotor, alias hijrah ke mobil listrik. Gagasan ini disambut baik banyak pabrikan otomotif global, termasuk Nissan yang meluncurkan Nissan Leaf beberapa waktu lalu.
Sebagai sebuah hatchback, harga Nissan Leaf ini tergolong mahal yaitu Rp651 juta. Bila dikomparasi, harganya kurang lebih mirip dengan harga empat unit Honda Brio Satya baru. Dengan harga yang cukup mahal, apakah mobil listrik ini jadi kendaraan yang valuable dimiliki sekarang?
Jawabannya tergantung dari kondisi mobilitas kalian dalam berkendara. Apabila hanya berkutat di wilayah Jakarta dan sekitarnya, mobil listrik ini manfaatnya begitu besar dari sisi emisi dan biaya operasional. Namun bagi kamu yang super sibuk dengan mobilitas sering ke luar kota, maka manfaat dari mobil listrik belum optimal.
Baca juga:
Nissan Leaf 2021 Resmi Diluncurkan di Indonesia, Harga Menarik dan 5 Tahun Bebas Biaya Servis
Jangan Takut ke Luar Kota Pakai Mobil Listrik, Ini Daftar Lengkap Tempat Ngecas Baterainya di Seluruh Indonesia
Mirip Ponsel, Nissan Leaf 2021 Bisa Ngecas Dimana Saja Kalau Kehabisan Daya Listrik
Artinya, mobil konvensional masih jauh lebih efisien untuk kebanyakan orang Indonesia sekarang ini. Harga Nissan Leaf yang begitu mahal bahkan lebih mahal dari sedan seperti Honda Civic.
Tidak cuma Nissan Leaf, produk mobil listrik lainnya juga cukup mahal. Lantas, apakah kita perlu segera hijrah ke mobil listrik? Mari kita ulas alasannya.
Infrastruktur Pendukung Mobil Listrik Belum Merata, Pengisian Daya Nissan Leaf Sedikit Repot
Pemerintah terus mendorong elektrifikasi kendaraan melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 55/2019 tentang Percepatan Progam Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) Untuk Transportasi Jalan. Namun ternyata, implementasi peraturan tersebut setelah beberapa tahun diterbitkan masih belum bisa menjangkau kebutuhan masyarakat.
Pasalnya, pemerintah dalam hal ini baru menyediakan peraturan dan sumber daya untuk bahan baku mobil listrik, belum menyediakan fasilitas secara merata karena memang saat ini memasuki fase peralihan.
Melihat kondisi yang ada sekarang, fasilitas SPKLU atau stasiun pengisian listrik umum hanya terdapat di kota besar. Jumlahnya juga belum tersebar luas seperti halnya SPBU.
Mobil listrik ini hanya berjalan dengan daya listrik murni. Artinya, di dalam mobilnya tidak ada mesin bakar. Pengisian daya listrik disimpan dalam baterai kemudian disalurkan ke motor listrik untuk menggerakkan roda.
Karena tidak ada mesin bakar, maka sumber energi hanya mengandalkan dari pengisian daya listrik saja melalui SPKLU atau charging di rumah. Kemampuan baterai mobil listrik sebenarnya bisa digunakan hingga ratusan kilometer, namun karena fasilitas SPKLU masih jarang ditemui, sehingga sulit untuk dibawa berjalan ke luar kota.
Sebagai contoh yaitu Nissan Leaf, mobil ini menggunakan baterai lithium-ion 40 kWh. Ini memungkinkan Nissan Leaf dapat menempuh jarak sejauh 311 km dalam sekali pengisian daya (charging) berdasarkan hasil test New European Driving Cycle (NEDC).
Hal ini setara dengan penggunaan rata-rata harian 40 km selama satu minggu, hanya dengan satu kali pengisian penuh. Apabila digunakan untuk perjalanan luar kota, maka baterai Nissan Leaf sanggup digunakan Jakarta - Bandung bolak balik.
Pengisian Baterai Butuh Waktu Lama, Kurang Efisien Soal Waktu
Isi ulang baterai mobil listrik membutuhkan waktu lama. Pengisian listrik tidak seperti mobil biasa yang butuh 5-10 menit saja untuk mengisi penuh tangki bensin.
Kita sebagai pengguna mobil listrik harus bersabar saat mengisi ulang baterai. Butuh waktu sekitar 4-5 jam untuk mengisi daya sehari-hari sampai baterai mobil terisi full.
Hal ini yang mendorong PLN mendirikan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) kilat yang dengan lama waktu pengisian hanya sekitar 20-30 menit saja. Sama seperti kita waktu isi bensin, pengisian listrik ini siap-siap harus merogoh kocek lebih mahal berkisar Rp1.400-1.600 per kWh.
Kesimpulan
Masyarakat Indonesia menyadari kalau era elektrifikasi merupakan suatu keniscayaan. Namun, peralihan menuju era mobil listrik menemukan banyak hambatan. Salah satu batu sandungan terbesar ialah dukungan fasilitas pengisian daya listrik di SPKLU yang belum tersebar luas.
Mobil listrik kurang diminati karena untuk sekarang ini kurang praktis. Mobil listrik membutuhkan tempat spesifik untuk pengisian ulang baterai. Kamu harus merelakan mobil tidak bisa digunakan selama proses tersebut berlangsung.
Memang, pengembangan pada sistem pengisian membuatnya bisa diisi di rumah. Masalahnya, butuh daya sangat besar hingga di atas 3.000 Watt untuk sekali isi. Proses pengisian pun bisa berjam-jam hingga baterainya penuh.