Jalan Tol Makin Panjang, Peminat Bus Tronton Makin Banyak Di Indonesia
Ilham · 19 Des, 2021 08:30
0
0
Infrastruktur jalan tol di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini berefek pada terdongkraknya penjualan sasis bus premium jenis tronton yang menawarkan tenaga besar dan daya angkut yang lebih banyak dibanding bus reguler.
Bus Tronton Mercedes-Benz OC 500 RF 2542 Kerap Dipesan PO di Jawa Dan Sumatra
Cocok Juga Untuk Mengangkut Barang Lebih Banyak
Seperti diakui oleh PT Daimler Commercial Vehicle Indonesia (DCVI) selaku agen pemegang merek bus Mercedes-Benz di Tanah Air.
Faustina, Head of Product and Marketing Truck & Bus Product, Homologation, Marketing and Communications PT DCVI menyatakan jika sejak tol Trans Jawa dan Trans Sumatra dibuka, permintaan bus dengan tonase 25 ton (tronton MB OC 500 RF 2542) makin marak.
"Perusahaan otobus (PO) di wilayah Jawa dan Sumatra menjadi pangsa pasar besar. Kini produk yang tengah naik dengan daya 25 ton," ucapnya saat kegiatan virtual bertajuk Ngovsan Forwot Bersama Daimler Truck pekan lalu.
Tronton Fleksibel Untuk Bermacam Bodi, Bisa Jadi Bus Tingkat Juga
Lebih jauh, bus-bus tipe tronton yang memiliki tiga as roda kerap dipilih perusahaan otobus karena beberapa keunggulan. Mulai dari daya angkutnya yang lebih besar. Ini karena total panjang bus tronton bisa mencapai 13,5 meter. Sedangkan big bus reguler hanya 12 meter.
Kemudian bus tronton juga bisa dimanfaatkan dengan bermacam jenis bodi karoseri. Mulai dari bus tingkat atau double decker, UHD atau ultra high deck yang memiliki ruang bagasi sangat luas. Atau bodi jenis Super High Deck yang mampu mengangkut sepeda motor di ruang bagasinya.
"Selain untuk penumpang, bus tersebut juga bisa dipakai untuk kebutuhan logistik dan penumpang. Namun tetap harus mematuhi regulasi dari Kementerian Perhubungan," katanya.
Selain itu tenaga mesinnya pun yang besar, dengan rata-rata output di atas 400 PS. Contohnya bus Mercedes-Benz OC 500 RF 2542 yang punya daya 420 PS, atau Scania K410IB dengan tenaga 410 PS. Sehingga bus terasa bertenaga saat dipacu di jalan tol, meski pun kondisinya di pegunungan seperti area Semarang.
Di sisi lain, kenyamanan penumpang juga lebih baik karena bus tipe tronton sudah dibekali suspensi udara dengan pengaturan ketinggian. Ini membuat akses keluar masuk penumpang lebih mudah.
Pangsa Pasar Bus Mercedes-Benz Meningkat Saat Pandemi
Sedikit bercerita, Faustina mengatakan jika pandemi corona sangat berpengaruh pada penjualan bus secara umum di Indonesia. Efeknya juga dirasakan oleh Mercedes-Benz yang mengaku banyak mendengarkan kisah sedih para pengusaha otobus.
"Saat pandemi tahun lalu, banyak perusahaan yang sudah membeli bus kami. Sedangkan di bulan Januari sudah delivery ke karoseri. Karena untuk membangun bodi bus dibutuhkan waktu 2-3 bulan pengerjaan di karoseri," jelas Faustina.
Kemudian kondisi berbalik 180 derajat. Tahun lalu market (penumpang) drop karena PSBB yang membuat agenda mudik Lebaran 2020 ditiadakan. Kondisi pasar sempat membaik di akhir tahun, meski belum bisa disebut pulih.
Sayangnya, kondisi kembali memburuk di tahun 2021 yang membuat agenda mudik Lebaran lagi-lagi ditiadakan. Hal ini sangat memukul para pengusaha bus.
"Kondisi ini membuat banyak bus yang masih tertahan di karoseri. Namun kini, bus tersebut mulai dikirim lagi," paparnya.
Mengenai soal penjualan bus Mercedes-Benz, Faustina menyatakan jumlah saat ini memang jauh berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun dari sisi market share justru mengalami kenaikan.
Di mana tahun 2017, pasca DCVI berpisah dengan divisi passenger Mercedes-Benz Indonesia, ada 2.584 unit bus yang terjual dengan market share 29,1 persen. Lalu ada 2.295 atau market share 37,3 persen di 2018. Pada 2019, terjual 1.965 bus dengan market share 33 persen.
Pada tahun 2020, Mercedes-Benz masih sanggup menjual 954 unit bus dengan market share 46,7 persen. Sementara di 2021, hingga bulan November lalu terjual 470 unit bus dengan market shar justru tumbuh menjadi 48,9 persen.