Bicara soal mobil klasik memang tak akan ada habisnya, apalagi mobil besutan Mercedes-Benz. Hampir tiap model kini menjadi legenda, termasuk sang Mercy Tiger. Sedan yang memiliki nama asli sebagai Mercedes-Benz W123 ini sekarang popularitasnya naik daun, hingga membuat harganya setara Toyota Agya. 

Istilah julukan tiger ini sebenarnya adalah istilah dari akronim macan. Macan dalam hal ini bukan binatang tapi singkatan dari manis dan cantik. Supaya kelihatan 'modern' dan western, maka digunakan istilah tiger. 

Mobil ini masuk ke Indonesia antara tahun 1977 sampai 1985.
Konon, dulu mobil ini kebanyakan hanya dipakai oleh warga negara asing atau pejabat kedutaan asing yang bertugas di Jakarta. Karena modelnya yang elegan sehingga membuat orang yang melihatnya terkesan sebagai sedan yang manis dan cantik.

Mundur ke belakang, seri sedan medium executive ini sebenarnya hadir dalam beberapa varian, dimana seri W untuk sedan, C123 untuk coupe, S123 untuk estate atau station wagon, sampai F123 untuk sasis yang nantinya dipakai untuk ambulans.

Pada medio awal 2000-an, Mercy Tiger ini popularitasnya sempat surut, tapi kini semakin naik daun karena style yang bergaya klasik dan perawatannya relatif mudah untuk sebuah motuba. 

Onderdilnya masih lumayan banyak dan harganya termasuk murah untuk ukuran Mercy dan mobil lawas, yang kira-kira hanya sedikit lebih mahal dibanding harga part mobil Jepang kelas bawah. Hal inilah menjadi alasan kuat mengapa Mercy Tiger harganya pun semakin 'menggila', yang tembus ratusan juta rupiah.

Harga untuk sebuah Mercy Boxer memang gelap, ada yang berkisar antara Rp60-85 jutaan, tapi banyak juga yang di atas Rp130 jutaan. Lantas, apa lagi sih kerennya sedan tua seharga Toyota Agya ini? Mari kita diskusikan lebih lanjut.

Kelebihan Mercedes-Benz W123 'Mercy Tiger', Tongkrongannya Khas Eropa Era Lama

Bicara sosok Mercy Tiger ini, pasti akan langsung membahas sosok Bruno Sacco sebagai sang desainer. Ya, desainer asal Italia ini memang memiliki karakter kuat dalam setiap karya yang diciptakan. Sacco membuat Mercedes-Benz W123 memiliki gaya tersendiri yang elegan dan aristokrat yang jadi kelebihannya.

Bruno Sacco, sang desainer Mercedes-Benz yang sangat ahli menciptakan sketsa mobil yang abadi. Karyanya mampu bertahan hingga puluhan tahun kemudian. Ciri khas desain Bruno Sacco ada pada bagian depan dengan bentuk lampu kotak dan lampu sein yang sudutnya membulat yang mengapit grill khas Mercy berukuran cukup besar. 

Seperti mobil klasik pada umumnya, desain bumper tampak menonjol ke depan dengan menggunakan kelir krom dan turut dilapisi aksen karet hitam sepanjang bumper bagian atas. Pada era W123 ini, bempernya masih berkelir krom yang mengkilap. Aksen krom juga diberikan pada garnish yang memanjang pada sisi samping hingga menyatu di kap belakang.

Fitur dan Teknologi yang Tidak Ketinggalan Zaman Untuk Ukuran Motuba

Mercedes-Benz W123 sudah diperkenalkan sejak 1976. Mercy Tiger memiliki  banyak beragam model, mulai dari model station wagon, coupe, dan sedan, dimana sedan ini paling banyak populasinya di Indonesia, berupa varian sedan 4 pintu.

Pada segmen sedan mewah kelas menengah, spesifikasi Mercy Tiger W123 cukup unggul pada aspek kenyamanannya, ketahanan mesin serta fitur yang tak terlalu ketinggalan zaman untuk sebuah mobil tua. 

W123 untuk pasar Indonesia hanya terdapat 4 tipe, yaitu 200, 230, 230E, 280 dan 280E. Ada juga tipe 240D walaupun jarang dan menjadi collector item karena bermesin diesel yang langka. Keunikan dari teknologi injeksi pada W123 yaitu sistem injeksinya memakai sistem jetronic. 

Jetronic ini sering disebut sebagai injeksi banci karena hanya bisa mengatur ABS dan AC. Jadi apabila Jetronic rusak, maka mesin tetap bisa jalan, hanya idle up AC jadi ngaco dan biasanya mesin akan mati apabila AC dinyalakan. 

Untuk sistem audio, mobil ini mengandalkan radio tape merk Blaupunkt, lengkap dengan equalizer cobra yang bentuknya seperti gagang memanjang layaknya ular yang akan mematuk. 

Speakernya hanya ada 1 namun suara yang dihasilkan sangat mantab. Power window yang digunakan sudah canggih karena memakai air pressure system berupa vakum. Fitur lainnya, sudah memakai rem disc brake dan lampu kabut belakang.

Kelemahan Mercy Tiger, Rancangan Eropa yang Agak Kurang Praktis

Kalau kalian adalah tipe pengemudi yang ogah repot beradaptasi, maka Mercedes-Benz ini agak berbeda dalam beberapa hal pengoperasiannya. Semisal tuas hand brake yang ada di sebelah kanan setir sedangkan mobil Jepang biasanya pakai tangan kiri, sejajar tuas transmisi.

Cara pakai rem tangannya adalah ditarik lalu diputar ke kanan. Untuk memakai rem tangan ini agak berat ketika diputar dan terasa kurang praktis.

Hal ribet lainnya ialah kalau kamu sengaja memakai head unit lawas Blaupunkt dengan equalizer cobra. Pengaturannya benar-benar manual dan terpisah, dan tuas untuk pengaturannya nongol dari sisi kursi penumpang. Unik dan klasik tapi ribet buat kamu yang suka ganti-ganti preset equalizer.

Kelemahan Mercy Tiger lainnya ada pada AC, yang terkadang sering tercium aroma dari luar kabin. Ini karena setelan AC jaman dulu memang secara otomatis membuka intake udara dari luar untuk sirkulasi udara segar dalam kabin. Permasalahannya, sekarang polusi udara sudah sangat mengkhawatirkan sehingga teknologi ini jadi kurang ideal.

Terakhir yaitu teknologi mesin yang sederhana dan kebanyakan masih mengadopsi karburator, maka dapat dipastikan jika konsumsi BBM W123 cenderung boros dan tidak sebaik Boxer yang sudah dibantu injeksi. Belum lagi dengan bobot bodinya yang berat maka driver harus menekan pedal gas secara dalam untuk memancing akselerasinya.