Mobil CBU Jepang Banyak yang Speedometernya Dibatasi Hanya 180 Km/jam, Ternyata Ini Alasannya
Evan · 8 Okt, 2021 20:02
0
0
Bagi para pemilik mobil CBU Jepang, pernahkah terpikir mengapa angka di speedometer anda mentok di kecepatan 180 km/jam? Dan jika dilihat lebih teliti, angka ini berlaku bagi semua kendaraan, tak terkecuali mobil sport dua pintu. Padahal untuk situasi sekarang ini, membuat mobil berlari diatas 200 km/jam bukan perkara sulit bagi pabrikan manapun.
Lantas apa saja nih yang jadi penyebab pabrikan memberlakukan pembatasan kecepatan, serta adakah mobil standar disana yang bisa diatas kecepatan tersebut?
Faktor Keselamatan Nomor Satu Bagi Pabrikan Jepang
Sebelum membahas mengenai batas kecepatan, perlu ketahui dulu bahwa tahun 1960an di Jepang, mobil domestik yang diproduksi disana, memiliki speedometer diatas 200 km/jam.
Sebut saja Toyota 2000GT (1967) dalam kondisi standar mampu mencapai batas kecepatan 250 km/jam. Ada juga Hakosuka (1968) dengan angka 240 km/jam, atau Honda S800 (1966) yang bisa dikebut hingga 200 km/jam.
Memasuki tahun 1970an, seiring dengan peningkatan penjualan, performa mobil di Jepang juga tumbuh signifikan.
Performa mobil yang naik diiringi juga dengan pengemudi yang makin mudah untuk mengebut, dan akibatnya jumlah korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas pun meroket.
Hal ini membuat pemerintah Jepang turun tangan, dan langsung mengambil tindakan tegas. Salah satunya adalah dengan memberikan buzzer peringatan ketika sudah mencapai 105 km/jam. Mandat ini diberlakukan dari 1974 hingga 1986.
Karena memiliki moral yang tinggi untuk menjaga keselamatan pengemudi, pabrikan Jepang ramai-ramai memberlakukan gentlemen agreement, sebuah perjanjian tidak tertulis mengenai pemasangan batas kecepatan (speed limiter) di angka 180 km/jam.
Selain itu juga mereka memastikan bahwa ECU mobil bertugas memotong supply bahan bakar di kecepatan tersebut, memastikan keselamatan sebagai nomor satu.
Pengemudi Sulit Melihat Speedometer Diatas 180 km/jam
Sangat penting melihat seberapa cepat kita sedang mengemudi, tetapi yang jadi masalah adalah soal visibilitas dalam mengalihkan pandangan ke speedometer.
Jika tampilan batas atas berada di angka 180 km/jam, maka di kecepatan 100-120 km/jam, pengemudi hanya perlu sedikit menengok ke bawah, karena angka 100 sendiri berada tepat di posisi jam 12.
Dan sebaliknya, jika batas atas melebih 180 km/jam, letak dari angka 100 tadi sudah pasti bergeser, menyulitkan pengemudi melihat angka kecepatan yang pasti. Bisa juga terhalang oleh setir kemudi dan tangan pengendara.
Pada mobil sport, batas atas pengukur kecepatan diatur ke kecepatan tertinggi, seperti 300 km/jam, memamerkan performanya yang tinggi.
Namun jika memiliki visibilitas buruk, tentu akan ada aspek berbahaya seperti lambat dalam menyadari kecepatan yang terlalu tinggi dan kecerobohan dalam memerikasa kecepatan.
Makanya seringkali kita lihat di luar negeri, pengemudi mobil eksotis seperti Ferrari dan Lamborghini ditilang karena tidak sadar sudah memacu mobil dalam kecepatan tinggi.
Sedikit Mobil Baru Jepang yang Melepas Batas Kecepatan
Sejak kemunculan Nissan GTR di tahun 2007 yang menggunakan batas kecepatan 340 km/jam, rupanya tidak banyak pabrikan yang ikut.
Hanya beberapa model saja, seperti Lexus LS sejak tahun 2009 menggunakan batas kecepatan 289 km/jam.
Toyota GR 86 dengan kecepatan maksimum 260 km/jam, Toyota GR Yaris di angka 280 km/jam, Mazda Miata di kecepatan 200 km/jam, dan SuzukI Swift dengan kecepatan tertinggi 220 km/jam.
Sisanya baik kendaraan umum maupun kendaraan niaga di Jepang tetap berpedoman pada batas kecepatan maksimum 180 km/jam, seperti Toyota Yaris Cross 2021 misalnya.