Tahun Depan Indonesia Mulai Uji Coba Penggunaan Bus Listrik Mercedes-Benz
Ilham · 16 Des, 2021 10:02
0
0
Industri kendaraan niaga terutama bus listrik mulai ramai hadir di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Pemainnya mulai dari bus-bus asal Cina seperti BYD dan Higer, juga merek lokal seperti MAB (Mobil Anak Bangsa) dan INKA. Ternyata segmen ini juga diincar oleh Mercedes-Benz.
Bus Listrik Mercedes-Benz akan dibangun oleh karoseri lokal
Masalah minimnya infrastruktur kendarana listrik jadi tantangan
Demikian dikatakan oleh Jung Woo Park, Presiden Director PT Daimler Commercial Vehicle Indonesia (DCVI) saat acara virtual bertajuk Ngovsan Forwot Bersama Daimler Truck pada Rabu (15/12/2021).
"Kami sadari, langkah menghadirkan bus listrik sedikit telat dibanding dari Cina dan merek lokal. Tapi untuk produknya sudah ada dan lebih dulu dijual di Eropa," buka pria berkacamata ini. Meski demikian, pihaknya sudah mengatur jadwal kehadiran bus listrik tersebut di Indonesia.
Uji Coba Bus Listrik Dimulai 2022 dan Dijual 2023
"Test unit akan datang tahun depan, lalu ada tes jangka panjang sekitar 6 bulan. Baru dijual pada semester dua 2023," ucap Park.
Belum jelas bus listrik tipe apa yang akan dicoba. Karena Park mengatakan versi prototipe dari bus itu akan hadir tahun 2022 di semester II.
Di pasar internasional, bus listrik Mercedes-Benz sudah meluncur sejak 2018 silam. Saat ini model tersebut diisi oleh varian bus eCitaro dari Eropa, atau eO500U yang tahun ini sudah melayani penumpang di Brazil.
Ini Alasan Mercedes-Benz Telat Memboyong Bus Listrik Ke Indonesia
Lebih lanjut, ada beberapa alasan yang membuat pihaknya tidak langsung memboyong varian yang sudah ada tanpa mempelajari kondisi Indonesia terlebih dulu. Sehingga terkesan telat bersaing dengan produsen Cina dan lokal.
Hal ini terkait regulasi bus listrik di Indonesia yang berbeda dari di Eropa tersebut. Mulai dari bobot dan dimensi, serta sistem listriknya.
Sehingga pihaknya butuh mempelajari lebih lanjut untuk membawa produk yang sesuai bukan hanya memenuhi kebutuhan pasar tersebut. Tetapi juga harus mengikuti regulasi yang sesuai dengan aturan di Indonesia.
Masih Tetap Memakai Karoseri Lokal
Selain itu, dari sisi pengembangan ekonomi dalam negeri, juga membuat DCVI tidak dapat langsung membawa unit utuh dari luar negeri ke Indonesia. Bahkan pihaknya menyatakan siap mendukung perusahaan karoseri lokal untuk membangun bodi bus listrik Mercedes-Benz.
"Kami tidak mau langsung membawa ke sini (unit utuh). Karena kami sadar bodi builder di Indonesia sudah memiliki kualitas tinggi. Bahkan bisa masuk ke pasar ekspor. Sehingga kami tidak mau merusak kondisi ini dengan membawa bus yang udah ada (CBU)," urainya.
Rencananya jika bus listrik Mercedes-Benz masuk, kondisi yang ditawarkan masih dalam bentuk sasis. Dan nantinya DCVI tetap membuat bodi bus listrik tersebut dari karoseri di Indonesia.
Hambatan Populasi Bus Listrik di Indonesia Saat Ini
Ada sederet tantangan yang dihadapi menjelang kehadiran bus listrik Mercedes-Benz di Indonesia. Mulai dari regulasi bus di Eropa dan Indonesia yang berbeda. Lalu infrastruktur dan prasarana terhadap perawatan bus listrik tersebut kedepannya.
Diantaranya depo pusat penyimpanan bus yang harus menyediakan fasilitas stasiun pengisian daya yang khusus. Karena nantinya kebutuhan daya listrik yang digunakan akan sangat besar.
"Contohnya satu unit bus listrik akan dicas selama semalam dan butuh daya ratusan Watt. Kalau operator seperti Transjakarta punya, semisal 1.000 bus, akan ada berapa besar daya yang dibutuhkan buat mengecasnya? Itu perlu diperhatikan," katanya.
Apalagi pengisian daya listrik pada bus tidak sama dengan kendaraan kecil seperti mobil atau motor elektrik. Karena mengharuskan aliran listrik yang stabil sehingga membutuhkan fasilitas power plant sendiri yang proper. "Nggak bisa disamakan dengan aliran listrik dari fasilitas yang sama seperti gedung atau rumah," wantinya. Toh begitu, Park menyadari jika sekarang pemerintah pun tengah berusaha memenuhi sarana penunjang tersebut.
Selanjutnya ada permasalahan di sarana solusi IT. Karena kondisi bus listrik berbeda dari versi bermesin diesel yang bisa langsung diisi oleh bahan bakar saat habis di jalan. Kondisi ini akan menyulitkan jika terjadi pada bus listrik.
Untuk itu dibutuhkan sebuah program yang bisa menjadi monitor unit bus tersebut. Mulai dari memantau sisa baterai, mengatur charging station, jarak tempuh hingga rutenya. Harapannya jika operator seperti Transjakarta bisa melakukan kerja sama untuk pengembangannya. Meski pun mereka tidak memakai bus buatan Mercedes-Benz saja. "Kami akan bekerja sama dan menguji infrastruktur tersebut," pungkasnya.