Desain bodi depan tidak terlalu banyak lekukan tapi dikombinasi dengan bentuk lampu utama yang sipit dan melengkung di sisi bawah bodi serta punya tarikan garis ke arah belakang.
Kalau untuk bodi belakang terlihat agak lebar karena berfungsi untuk menampung perangkat elektronik serta memberi ruang bagasi luas.
Ini dikombinasi dengan lampu belakang model persegi panjang dan sandara pada behel yang bisa dilepas.
Kedua rodanya pakai ring 12 inci sehingga tampil compact, swing arm berbahan besi ditutup dengan cover yang membuat area kaki-kaki belakang terlihat lebih padat.
Dimensi Yadea T9 tidak terlalu besar, menurut data spesifikasinya motor ini punya panjang 1.869 mm dengan lebar 715 mm dan tinggi 1.070 mm.
Dengan spesifikasi tersebut artinya secara dimensi tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan Honda BeAT.
Kemudian pengendaranya disuguhkan dengan posisi setang tinggi yang cukup memberi kesan santai pada lengan.
Ini karena pundak pengendara jadi dibuat tegak sehingga tidak mudah pegal selama perjalanan.
Yang unik justru desain setangnya tidak terlalu menekuk, terasa hampir lurus sehingga memberikan kesan lebar.
Dengan begitu badan pengendara harus jadi lebih tegap ketika mengendarai Yadea T9.
Sisi yang kurang nyaman juga ditunjukan dengan setang yang tidak terlalu rigid, efeknya setang kerap bergetar ketika melewati jalur rusak.
Begitu pula dengan karet handgrip yang kurang empuk jadi kurang nyaman saat digenggam dalam waktu lama.
Handling Yadea T9
Motor ini dibekali dengan lingkar pelek 12 inci di depan dan belakang, efeknya tentu bisa meredam guncangan lebih baik jika dibandingkan dengan motor listrik yang pakai pelek ring 10 inci.
Kelebihan lainnya tentu saja punya kestabilan lebih tinggi saat dibawa pada kecepatan tinggi.
Sayangnya ban ukuran 90/90-12 depan dan 100/80-12 belakang punya karakter karet yang tidak terlalu empuk.
Efeknya tentu saja sedikit licin ketika berjalan di jalur basah, namun efek positifnya rolling resistance dari ban ini bisa lebih jauh.
Sehingga harapannya bisa membuat jarak tempuh Yadea T9 tetap jauh, jadi plus minus lah ya…
Suspensi depan menggunakan teleskopik dengan karet boot sehingga as suspensi bisa lebih terjaga kebersihannya, sedangkan yang belakang pakai suspensi ganda.
Karakter redaman suspensi depannya sebenarnya cukup, hanya saja travelnya terasa kurang panjang sehingga kurang bisa menahan guncangan saat melewati lubang jalanan.
Ini berbanding terbalik dengan suspensi belakang karena karakternya sangat lembut dan minim bottoming meskipun dipakai boncengan.
Tapi efek negatifnya jadi sedikit limbung ketika menikung kencang dan ground clearance menjadi rendah ketika beban penuh sehingga rawan mentok.
Letak baterai yang berada di tengah dan rendah membuat handling Yadea T9 cukup menyenangkan, karena terasa ringan dan ‘nurut’ kemana pengendara ingin meliuk.
Namun ketika memposisikan standar tengah atau ingin menggeser buritannya saat di parkiran, barulah terasa kalau motor ini cukup berat.
Yadea T9 dibekali dengan rem cakram yang diapit kaliper dua piston baik di depan maupun belakang.
Uniknya rem depan justru masih menggunakan slang rem model karet sedangkan yang belakang model rajut atau braided.
Tentunya ini berpengaruh terhadap performa pengeremannya, untuk rem depan terasa empuk namun butuh tekanan lebih agar bisa menghentikan laju.
Sedangkan yang belakang tidak terlalu butuh tekanan lebih, tapi sudah bisa mengentian laju roda.
Namun hal tersebut berlaku jika melakukan pengereman di kecepatan tinggi, kalau hanya kecepatan rendah di bawah 40 km/jam rasanya tidak akan ada masalah di sektor pengereman ini.
Ruang Penyimpanan
Umumnya motor listrik memiliki ruang penyimpanan yang tidak terlalu besar, pasalnya mereka perlu ruang untuk menyimpan berbagai perangkat elektronik.
Mulai dari controller sampai baterai yang cukup memakan ruang, namun untuk Yadea T9 ini ternyata ruang bagasinya masih tergolong fungsional.
Pertama di depan disediakan laci yang desain kantung menyatu dari sisi kiri hingga kanan, cukup dalam dan dilengkapi dengan power outlet.
Tidak lupa ada gantungan barang di sisi tengah untuk membawa barang yang lebih simpel dengan cara digantung.
Kemudian di bawah joknya terdapat ruang bagasi cukup dalam dan lebar, bahkan bisa menampung helm full face berbentuk bulat klasik walaupun memang sangat ngepas.
Ruang bagasi luasnya ini karena baterai Yadea T9 tersebar di bawah pijakan kaki pengendara, sehingga memungkinkan ruang bagasi dibuat cukup luas.
Performa BLDC 2.000 watt
Kecepatan dan jarak tempuh menjadi point cukup penting pada sebuah kendaraan bertenaga listrik.
Tidak terkecuali pada sepeda motor listrik, dengan kecepatan dan jarak tempuh yang cukup maka bisa membuat pengendaranya lebih nyaman.
Motor yang ditenagai baterai SLE Graphene 72V 38Ah ini dibekali dengan mesin listrik model hub drive.
Yang artinya sekaligus menjadi pelek di roda belakang, punya spesifikasi rated power 2.000 watt dengan dua mode berkendara.
Pengendaranya disuguhkan dengan dua mode berkendara, mode pertama bisa disebut sebagai mode berkendara irit.
Karena kecepatan maksimalnya hanya dibatasi 48 km/jam sedangkan mode kedua sedikit lebih tinggi karena bisa mencapai 62 km/jam.
Saat pertama kali memutar kunci kontak Yadea T9 akan muncul huruf P penanda Park mode, yang mana motor belum bisa melaju meskipun gas diputar.
Untuk masuk ke mode berkendara hanya perlu menekan rem sampai switch rem aktif, maka logo P akan berganti menjadi angka penunjuk kecepatan dan motor dapat berjalan.
Asyiknya ketika selongsong gas diputar ternyata tidak langsung direspon oleh motor, ada delay sekitar 5-10% putaran gas awal yang mana ini menjadi salah satu unsur safety.
Karena kita tahu kalau motor listrik memiliki torsi instan sehingga bukaan gas menjadi sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan pengendara.
Selain delay di awal, keluaran tenaga Yadea T9 bisa dikatakan bertahap sehingga tidak langsung liar meskipun gas dibuka penuh.
Motor listriknya akan terus mendorong secara bertahap dan terus mengisi sampai top speed.
Untuk respon tenaga ketika sudah berjalan antara mode 1 dan 2 sebenarnya tidak berbeda jauh, hanya beda pada kecepatan puncaknya saja.
Yadea T9 hanya mengandalkan per pembalik pada modul selongsong jadi membuat putaran gas terasa ringan.
Efek negatifnya kontrol gas menjadi lebih sulit terutama saat melewati jalur rusak, pergelangan tangan harus kuat menahan tuas gas agar motor tidak menghentak-hentak.
Oiya di motor ini tenaganya juga langsung terputus ketika switch rem aktif, artinya pengendara tidak bisa gas sambil rem secara bersamaan.
Memang menjadi sedikit merepotkan bagi yang tidak biasa terutama saat kondisi berhenti di tanjakan.
Fitur ini sebenarnya cukup baik, karena untuk memproteksi baterai juga mesin listrik agar tidak bekerja dengan beban berlebih.
Dengan lancarnya motor tanpa tertahan rem makan akan membuat komponen kelistrikannya menjadi lebih awet.
Salah satu karakter motor listrik dengan baterai SLA adalah performanya yang akan menurun seiring berkurangnya kapasitas baterai.
Jadi wajar kalau respon juga top speed akan terus berubah tergantung kapasitas baterai.
Yang agak ngeri Yadea T9 ini tidak dilengkapi dengan sensor standar samping, jadi motor tetap bisa melaju meskipun standar samping dalam posisi terbuka.
Dikhawatirkan ada pengendara yang lupa memutar gas saat sedang posisi standar samping sehingga bisa mengakibatkan kecelakaan.
Salah satu cara untuk mengantisipasinya bisa dengan menekan tombol P pada saklar kiri sesaat setelah membuka standar samping, tujuannya agar motor tidak bisa digas.
TTFAR
Motor ini dilengkapi juga dengan teknologi regenerative brake atau Yadea menyebutnya dengan TTFAR.
Memang ada perbedaan antara regenerative brake milik Yadea dengan merek lain yang pernah kami coba.
Teknologi ini memanfaatkan gaya deselerasi yang diolah kembali untuk mengisi ulang atau menjaga kapasitas baterai.
Dengan kapasitas baterai yang terjaga itu berarti jarak tempuh yang dilalui bisa lebih jauh.
Pertama cara kerja fitur ini langsung aktif ketika gas ditutup sehingga memberikan sensasi natural layaknya mengendarai motor bermesin bensin.
Sedangkan merk lain ada yang regenerative brake baru bekerja ketika switch rem aktif.
Regenerative brake pada Yadea T9 juga cukup pintar karena bisa menyesuaikan dengan kapasitas baterai, jika masih terbaca penuh maka deselerasi tidak terlalu kuat.
Namun ketika kapasitas sisa setengah atau bahkan lebih rendah maka regenerative brake akan lebih terasa, terutama ketika menyentuh kecepatan 45-25 km/jam
Tes Akselerasi
Tidak lupa untuk melakukan pengujian akselerasi menggunakan alat Racebox yang berbasis GPS, sehingga data kecepatan juga catatan waktunya lebih akurat.
Motor berpenggerak listrik cenderung punya tenaga yang konsisten selama kapasitas baterainya penuh, jadi selama beberapa kali pengetesan catatan waktunya hampir serupa.
Jarak 0-100 meter ditempuh dalam waktu 10,16 detik di kecepatan 54,2 km/jam, lalu untuk jarak 0-402 meter ditempuh selama 28,85 detik pada kecepatan 59,8 km/jam.
Deviasi spidometernya juga tidak terpaut jauh, kecepatan tertinggi di spidometer menunjukkan angka 62 km/jam sedangkan di Racebox terbaca 61,53 km/jam.
Baterai Yadea T9
Yadea tipe T9 yang kami uji ini menggunakan baterai SLA graphene berkapasitas 72 V 38 Ah sebanyak 6 buah.
Yadea mengklaim kalau baterainya ini punya umur 800-1.000 kali pengecasan yang mana perhitungannya ini sudah diatur secara otomatis oleh control unitnya.
Karena satu kali siklus pengecasan ini bukan tergantung pada tiap kali mengisi daya, tapi dihitung saat mengisi daya dari 0-100 %.
Itu berarti kalau melakukan pengisian daya dari 50-100% hanya dihitung ½%.
Untuk penggantian baterainya, 6 pcs baterai ini dibanderol kurang lebih Rp 5,7 juta, jadi tiap pemiliknya tetap menabung untuk membeli keenam baterainya.
Soal kurun waktu, ini semua tergantung dari siklus penggunaan dan pengecasan baterai tersebut, jadi tidak dapat dipastikan berapa tahun umur dari ke-6 baterai ini.
Biaya Charger
Lantas berapa biaya yang dibutuhkan untuk mengisi daya Yadea T9? Motor listrik ini dilengkapi dengan charger berspesifikasi 72 V 6 A.
Untuk pengisian dayanya perlu dilakukan langsung pada motor, tepatnya pada lubang yang letaknya ada di bawah sisi depan jok pengendara.
Ini dilakukan karena memang baterai Yadea T9 tidak memungkinkan untuk dilepas saat pengisian daya.
Selain jumlahnya yang ada enam buah, juga karena posisinya yang berada di dalam bodi, bukan di bawah jok.
Untuk mengetahui jumlah daya serta biaya yang digunakan selama pengisian daya, kami menggunakan wattmeter.
Selama pengisian daya tercatat kalau konsumsi daya tertinggi dari chargernya ini adalah 550 watt dan menghabiskan waktu kurang lebih 9 jam untuk mengisi dari 0-100%.
Kemudian total daya yang digunakan selama pengisian daya ini berada di angka 4,012 kWh.
Dan jika dikonversi menjadi rupiah dengan hitungan Rp 1.450/kWh artinya pengisian daya Yadea T9 membutuhkan biaya Rp 5.817.
Jarak Tempuh Yadea T9
Setelah mengetahui biaya pengisian dayanya, selanjutnya membahas mengenai seberapa jauh jarak tempuh yang bisa ditempuh oleh Yadea T9.
Untuk pengetesan, kami mulai dari baterai penuh sampai hingga benar-benar habis.
Kami pun mengujinya dengan melewati jalur beragam seperti kondisi macet, tanjakan, dan sesekali gaspol untuk merasakan sensasi berkendaranya.
Yadea yang mengklaim kalau T9 ini bisa melaju lebih dari 100 km pun ternyata memang benar adanya, karena kami menguji hingga maksimalnya lebih dari 110 km.
Tapi memang saat lebih dari 100 km tenaga yang dihasilkan terus menurun, mulai dari top speed sampai respon tenaga, sehingga sulit untuk melewati jalur tanjakan.
Jadi memang baiknya maksimal hanya berada di jarak 100 km, selain tenaga yang terus menurun ini juga berpengaruh terhadap kesehatan baterai itu sendiri.