Motor Injeksi Jangan Salah Ganti Busi, Bisa Bikin ECU Error!
Fariz · 8 Sep, 2024 08:00
0
0
Pastikan pakai busi sesuai peruntukan motor injeksi.
Akibatnya bisa bikin sistem kerja ECU error.
Di era modern ini hampir seluruh pabrikan sudah memproduksi sepeda motor dengan sistem pengabut fuel injection atau injeksi, ternyata motor tipe injeksi ini gak boleh asal ganti busi ya!
Padahal sistem injeksi dan busi ini punya tugas yang berbeda, tapi ternyata penggunaan busi yang tidak tepat dapat mengganggu sistem injeksi ini.
Jadi mesin injeksi memiliki debit semprotan yang lebih presisi dan punya efisiensi bahan bakar lebih tinggi.
Ini karena dikontrol melalui berbagai sensor juga sistem elektronik yang dibaca oleh ECU atau Engine Control Unit.
Dari sini mulai terlihat ada kesinambungan antara sistem injeksi dan busi, yang mana keduanya memanfaatkan arus listrik untuk dapat bekerja.
Beda Busi Injeksi dan Karburator
Tujuan busi antara motor karburator dan injeksi berbeda ini bukan soal performa mesinnya, melainkan untuk menjaga sistem injeksinya agar tidak sampai error.
“Kalau motor karbu gak pakai resistor di busi, sedangkan injeksi pakai resistor dan resistor busi nilainya variasi tergantung spek kelistrikan kendaraan,” ujar Diko Oktaviano, Technical Support PT Niterra Mobility Indonesia, produsen busi NGK.
Resistor ini sebenarnya bukan komponen baru, karena hampir di semua perangkat elektronik menggunakan resistor yang mana fungsinya untuk membatasi tegangan dan arus listrik.
Namun kenapa sampai busi pun butuh resistor? Tujuannya untuk menghindari noise dari percikan api yang dihasilkan oleh busi.
“Konsep penggunaan resistor di busi adalah buat jagain ECU karena ada noise dari percikan busi, makanya dipakein resistor biar bisa meredam noise itu, kinerja busi tetap terjaga, noise dihilangkan,” sambungnya.
Karena tugas dari ECU cukup penting untuk membaca sensor dan memerintahkan berbagai komponen, maka ini jadi hal yang perlu dijaga oleh resistor pada busi.
Busi yang tak pakai resistor operasi kerjanya berisik, menimbulkan gelombang elektromagnetik yang kapan saja bisa menimbulkan gangguan pada sensor waktu mengirim informasi ke ECU.
“Efeknya gak langsung, tapi bisa jangka panjang si ECU gak lagi akurat mengirim data informasi ke masing-masing sensor sehingga terjadi perubahan atau pergeseran setingan. Makanya suka ada seting ulang ECU karena sistem injeksi tiba-tiba jadi boros konsumsi BBM-nya,” rinci Diko.
Untuk itu motor dengan sistem bahan bakar injeksi sebaiknya menggunakan busi yang dilengkapi resistor, lantas bagaimana dengan motor karburator?
Karena motor karburator belum dilengkapi dengan banyak sistem elektronik juga sensor, jadi tidak masalah pakai busi yang dilengkapi resistor atau tidak.
Hanya saja harganya memang lebih mahal, busi dengan resistor dengan busi tanpa resistor kurang lebih ada beda harga Rp 3 ribuan tergantung tipe motor.
Biar tidak salah dalam membeli busi dengan resistor, ada ciri-ciri fisik yang dapat dikenali dengan sangat mudah, yaitu adanya logo R yang berarti resistor.
“Fisiknya hanya ada tulisan "R" di bagian insulatornya. Dari part number juga bisa diidentifikasi, kalau part number ada tulisan 'R' artinya busi itu pakai resistor. Contoh CR6HSA dengan C6HSA, yang ada huruf R dia dilengkapi resistor,” tutup Diko.
Mulai menjadi jurnalis otomotif & test rider sejak tahun 2015, ketertarikan terhadap dunia otomotif terutama sepeda motor jadi pemicunya. Berkendara, touring, hingga balap sepeda motor menjadi hal yang melekat dan dilakukan sampai saat ini.
Facebook: Fariz Ibrahim
Instagram: @farizibrahim17