Toyota Fortuner Bioetanol E100 pertama kali menampakkan diri saat pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di ICE BSD City, Agustus 2023 lalu.
Berbalut stiker livery kombinasi antara hijau dan putih, mungkin beberapa pengunjung melihatnya kurang menarik.
Ini dikarenakan sosok Fortuner Bioetanol tersebut tetap sama dengan Fortuner kebanyakan yang saat ini sedang dijual oleh PT Toyota Astra Motor (TAM).
Satu-satunya pembeda dibanding Fortuner diesel atau bensin hanyalah identitas berupa tulisan "Flex Fuel Bioetanol E-100" yang ada di bagian luar pintu pengemudi dan penumpang depan serta di kap mesin.
Meskipun fisiknya serupa, namun Toyota Fortuner Bioetanol merupakan langkah maju yang mengagumkan dalam industri otomotif karena menjadi salah satu langkah nyata yang dilakukan pabrikan tentang komitmen terhadap lingkungan dan inovasi teknologi ke arah pelestarian lingkungan.
Baca juga: Saling Susul, Toyota Fortuner Akhirnya Rebut Mahkota SUV Ladder Frame Terlaris di 2023
Toyota Fortuner Bioetanol bukanlah kendaraan biasa, satu fitur unggulannya adalah teknologi flex-fuel yang memungkinkan kendaraan ini untuk mengadopsi bahan bakar yang berasal dari berbagai bahan nabati.
Teknologi bahan bakar fleksibel tersebut sanggup menggantikan bahan bakar fosil seperti gasoline dan diesel, dengan bahan nabati seperti sari kelapa, kelapa sawit, sari-sari jagung, sampai air tebu.
Bahan-bahan itulah yang kemudian bisa diolah dan dikonversi menjadi bahan bakar etanol yang jauh lebih ramah lingkungan dibanding bahan bakar fosil.
Menariknya lagi, penggunaan bahan bakar dari nabati tersebut tidak perlu melakukan banyak penyesuaian di ruang bakar mesin konvensional sebelumnya.
Sehingga langkah ini bisa menekan anggaran produksi tapi tetap mampu mengurangi emisi gas buang dari kendaraan berbahan bakar fosil.
Baca juga: Konversi Kendaraan BBM ke Listrik Seharusnya Dapat Subsidi dari Pemerintah
Saat ini, kekhawatiran akan dampak negatif konsumsi bahan bakar fosil semakin memuncak.
Inilah mengapa langkah Toyota dalam menghadirkan Fortuner Bioetanol begitu penting.
Dengan bahan bakar etanol yang dapat dihasilkan dari berbagai sumber nabati, kendaraan ini menawarkan alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan tanpa harus mengubahnya jadi mobil hybrid atau listrik berbasis baterai (BEV).
Bob Azam selaku Wakil Direktur Utama PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menyebutkan, hal yang perlu dilakukan di Indonesia untuk mengejar target Net Zero Emission (NZE) yang dicanangkan pemerintah adalah perbanyak melakukan transisi.
Transisi disini adalah peralihan dari ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil, dengan bahan bakar alternatif lainnya yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan.
"Jadi gini, yang penting sekarang itu adalah soal transisi pemakaian energi dengan menggunakan berbagai cara terbaik untuk mencapai target nol emisi secepat mungkin," kata dia ketika ditemui di xEV Center Karawang, Jawa Barat.
Transisi tersebut pun, kata Bob, tidak melulu harus memaksakan masyarakat beralih pada kendaraan elektrifikasi seperti HEV (Hybrid Electric Vehicle), PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle), dan BEV (Battery Electric Vehicle).
"Sumber energi di Indonesia banyak sekali, masing-masing daerah punya sumber energi, terutama biomassa. Kita lihat di Brazil mereka tebu jadi etanol, disini juga banyak tebu, lalu disini ada kelapa, kelapa sawit, kenapa ini juga tidak kita kembangkan, di Thailand saja kotoran ayam bisa jadi hidrogen," tegas Bob.
Baca juga: Ubah Mercy Boxer Jadi Mobil Listrik, Segini Biaya Konversi yang Dirogoh Captain Vincent
Mesin Toyota Fortuner Bioetanol adalah hasil pengembangan yang cermat melalui konversi mesin bensin 2TR-FE dengan kapasitas 2.700 cc 4 silinder DOHC Dual VVT-i.
Meski begitu, kru dari Toyota Indonesia uyang menemani kami saat menjajal mobil ini di fasilitas xEV Center, Karawang, Jawa Barat beberapa waktu lalu menyebutkan, jika ada sejumlah penyesuaian komponen di ruang mesin.
Diantaranya menyesuaikan perangkat fuel injector dan fuel pump yang memang khusus untuk bekerja dengan bahan bakar nabati bukan bahan bakar berasal dari fosil.
Kemudian bagian ECU juga dilakukan penyesuaian karena tentunya karakter bahan bakar nabati beda dengan gasoline.
Namun dengan inovasi yang mengagumkan, kini mesin tersebut dapat dengan lancar menggunakan etanol E5, E10, E20, hingga E100 (100% etanol murni).
Spesifikasi Toyota Fortuner Bioetanol | |
---|---|
Dimensi | |
Panjang | 4.795 mm |
Lebar | 1.855 mm |
Tinggi | 1.835 mm |
Jarak sumbu roda | 2.745 mm |
Jarak ke tanah | 220 mm |
Mesin | |
Tipe mesin | 2TR-FE DOHC Dual VVT-i |
Isi silinder | 2.694 cc |
Jumlah silinder | 4 |
Transmisi | Otomatis 6-percepatan with Sport Sequential Switchmatic |
Jenis bahan bakar | Etanol 100% (E100) |
Sasis | |
Suspensi depan | Double Wishbone with Coil Spring & Stabilizer |
Suspensi belakang | 4-Link with Lateral Rod |
Rem depan | Ventilated Disc |
Rem belakang | Ventilated Disc |
Baca juga: Jajal Toyota Kijang Innova Listrik Pertama Kali, Ini Tanggapan Menko Airlangga
Melihat sosok Fortuner Bioetanol E100 ini memang tak ada bedanya dengan Fortuner 2.7 peminum bensin.
Paras depannya tetap menampilkan Fortuner facelift generasi kedua, mulai dari grill, lampu utama, lekuk bemper, posisi fog lamp, sampai desain velg.
Pun demikian di belakang, desain lampu, kaca, bemper, semuanya sama, hanya saja yang kami rasakan hampir tak tercium bau asap yang menyesakkan dari lubang knalpot mobil ini.
Beralih ke bagian interior, layoutnya pun tetap serupa Fortuner bensin, mulai dari tata letak dasbor, lingkar kemudi, konsol tengah, desain jok, sampai posisi tuas transmisi dan ukuran head unit serta meter cluster pun tetap serupa.
Cara pengendaraannya pun tidak ada yang berubah, mobil tetap memperlihatkan torsinya termasuk saat dicoba dengan menekan Power Mode di konsol tengah.
Sayangnya karena ini unit prototipe yang bahkan belum diuji jalan, jadi tak ada catatan daya maksimum, torsi, akselerasi, hingga konsumsi bahan bakarnya.
Meski begitu, Toyota terbukti sanggup melakukan langkah besar dalam menghadirkan kendaraan ramah lingkungan tanpa mengorbankan performa atau kenyamanan pengemudi.
Baca juga: Kendaraan Mesin Bensin Konversi ke Listrik, STNK dan BPKB Wajib Diubah
Jika Indonesia Fortuner penenggak sari-sari tebu atau kelapa ini masih berupa prototipe yang bahkan hingga saat artikel ini diturunkan belum melakukan pengujian jarak jauh, tapi rupanya negara lain sudah ada yang menerapkan teknologi flex-fuel lebih dulu.
Salah satu pasar yang menjadi pusat perhatian adalah Brasil, di sana kendaraan flex-fuel telah diperkenalkan sejak lebih dari 20 tahun lalu dengan mesin yang dapat menggunakan etanol hingga 5 persen.
Namun untuk Indonesia, Bob mengakui kalau bahan bakar etanol masih sulit ditemukan di seluruh wilayah Tanah Air.
Sata ini perusahaan penyedia bahan bakar, baru Pertamina yang menawarkan bahan bakar dari kandungan nabati melalui produknya Pertamax Green.
Karena itulah Bob berharap bisa terjadi proses transisi pemakaian energi yang cepat sehingga kendaraan seperti Toyota Fortuner Bioetanol akan menjadi pilihan utama bagi konsumen yang peduli lingkungan di Indonesia.
Dengan menghadirkan Toyota Fortuner Bioetanol, Toyota bukan sekadar memperkenalkan sebuah kendaraan, tetapi juga sebuah solusi untuk masa depan yang berkelanjutan.
Dengan teknologi flex-fuel dan mesin yang dapat mengadopsi bahan bakar etanol, Fortuner Bioetanol menempatkan dirinya sebagai pionir dalam mengubah paradigma konsumsi bahan bakar.
Dengan langkah-langkah inovatif seperti ini, Toyota membuktikan bahwa inovasi dan keberlanjutan dapat bersatu dalam sebuah produk yang memukau dan bermanfaat bagi lingkungan serta masyarakat global.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
{{variantName}}
{{expSellingPriceText}}
{{carMileage}} km
{{registrationYear}} tahun
{{storeState}}