Industri otomotif roda empat di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Bahkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) harus merevisi target penjualan dari awalnya 1,1 juta unit menjadi 850 ribu unit hingga akhir tahun 2024.
Tak hanya itu, menurunnya target penjualan ini cukup mengkhawatirkan, mengingat penjualan mobil di Indonesia sempat dianggap masuk jebakan satu juta unit atau one million trap penjualan mobil nasional yang telah terjadi selama kurang lebih satu dekade.
Kendati demikian, Ketua Tim Kerja Industri Alat Transportasi Darat Non Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian), Andi Oscar La Galigo menganggap meskipun rasio kepemilikan kendaraan masih rendah, pasar Indonesia terus berkembang pesat.
Baca juga: Pameran Otomotif Bisa Jadi Obat Mujarab Saat Penjualan Mobil Menurun
"Kondisi Indonesia itu di ASEAN memiliki market share sebesar 30 persen dimana penjualan itu sebanyak satu juta unit dengan populasi ASEAN sebesar 666 juta orang dan Indonesia 280 juta orang, kami melihat bahwa saat ini Indonesia dari sisi pasar itu sangat berpotensi besar sekali," ungkap Andi saat acara Focus Group Discussion (FGD) Outlook Otomotif 2024: Mengakhiri One Million Trap, Menyongsong Era Rendah Emisi Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Rabu (5/12/2024).
Dukungan industri otomotif juga disampaikan Ekonom Senior sekaligus Komisaris BCA Cyrillus Harinowo. Menurutnya, industri otomotif masih mengalami pertumbuhan yang sangat cerah meski mengalami stagnasi penjualan kendaraan satu juta unit.
"Indonesia itu dibandingkan dengan negara-negara G20, mengalami pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi dibandingkan India dan Singapore. Jadi, kalau kita lihat industri otomotif ini memiliki pertumbuhan yang masih very bright apalagi dengan adanya energi hijau, seperti keberadaan kendaraan listrik," tutur Cyrillus.
Baca juga: Mencuri Perhatian Pecinta Otomotif Tanah Air, Ini Deretan Mobil Modifkasi Terbaik di IMX 2024
Turunnya penjualan otomotif di Indonesia memang cukup disayangkan, mengingat Indonesia pada dasarnya memiliki kapasitas produksi mobil hingga 2,3 juta unit per tahun.
Angka tersebut tentunya masih cukup jauh, karena sejak Januari hingga Oktober 2024, produksi kendaraan roda roda empat di Indonesia mencapai 996 ribu unit, dengan penjualan domestik sebesar 710 ribu unit dan ekspor mencapai 390 ribu unit.
Asisten Deputi Pengembangan Industri Kementerian KoordinatorPerekonomian Ekko Harjanto menyampaikan, hingga saat ini pemerintah melakukan beberapa strategi untuk mengatasi tantangan di industri otomotif nasional.
"Seperti memberikan berbagai insentif untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), agar mendorong penjualan kendaraan nasional, seperti PPnBM, Bea Masuk 0 persen untuk mobil impor dengan komitmen perakitan lokal, dan Tax Allowance," jelasnya.
Baca juga: Indonesia Ogah Kasih Insentif Mobil Hybrid, Pabrikan Otomotif Kabur ke Negara Tetangga
Tidak hanya itu, Ekko juga menyebutkan, jika pemerintah telah memberikan relaksasi PPnBM untuk kendaraan tertentu, terutama yang ramah lingkungan seperti Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) dan Battery Electric Vehicle (BEV).
"Langkah ini diharapkan dapat menurunkan harga jual kendaraan sehingga lebih terjangkau bagi konsumen," ujarnya.
Bagi Ekko, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong industri otomotif, termasuk melalui pengembangan kendaraan Low Cost Green Car (LCGC) untuk memenuhi kebutuhan segmen menengah ke bawah.
Segmen mobil LCGC diharapkan dapat memperluas basis konsumen kendaraan bermotor di Indonesia.
Industri otomotif tidak hanya soal adanya kebijakan dari pemerintah, tetapi pabrikan otomotif juga harus ikut andil. Maka dari itu, Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara menyebutkan bahwa setiap produsen kendaraan perlu memperluas portofolio produk, mencakup kendaraan listrik, hybrid, dan biofuel, serta varian kendaraan yang lebih terjangkau.
"Tidak hanya itu, produsen juga didorong untuk memproduksi kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan pasar di luar Jawa, di mana pertumbuhan permintaan terus meningkat," terang Kukuh.
Berdasarkan tren terbaru menunjukkan pergeseran permintaan kendaraan dari Jawa-Bali ke wilayah luar Jawa. Pangsa pasar luar Jawa meningkat dari 38 persen pada 2019 menjadi 62 persen pada 2024.
Ini memberikan peluang besar bagi produsen untuk memperluas distribusi dan penetrasi di daerah-daerah yang sebelumnya kurang terlayani.
Lebih lanjut, pemerintah juga perlu mengintensiean kampanye bangga buatan Indonesia untuk meningkatkan preferensi masyarakat terhadap kendaraan buatan dalam negeri. Program ini bertujuan meningkatkan volume penjualan kendaraan domestik, terutama di segmen menengah dan entry-level.