Biar Laris, Harga Mobil Listrik Harusnya di Bawah Rp300 Juta
Adit · 18 Okt, 2021 14:03
0
0
Harga mobil listrik masih tergolong mahal. Paling terjangkau di level Rp480 jutaan, itu pun modelnya berupa kendaraan niaga, DFSK Gelora E. Sementara untuk mobil penumpang biasa terendahnya Rp600 jutaan. Dia adalah Hyundai Ioniq yang harga varian paling rendahnya Rp637 juta. Kemudian Nissan Leaf Rp649 juta, serta Hyundai Kona Rp697 juta.
Masih mahal kan? Makanya mobil listrik belum merakyat. Baru segelintir orang yang bisa memilikinya. Rumah calon pemilik mobil listrik juga harus berdaya listrik tinggi, minimal sekitar 7.000 Wh, supaya bisa ngecas. Karena mobil listrik Nissan Leaf butuh daya 3.000 Wh dalam mode pengisian baterai normal.
Ketua V Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Shodiq Wicaksono menegaskan, ini bisa jadi tantangan dalam mengembangkan ekosistem mobil listrik di Indonesia. Lantaran daya beli konsumen mayoritasnya belum sanggup menjangkau mobil di atas Rp500 juta.
"PDB per kapita Indonesia saat ini masih di kisaran 4 ribu US Dolar, sehingga daya beli masyarakat untuk mobil masih di bawah Rp 300 juta," ujarnya dalam diskusi virtual 'Quo Vadis Industri Otomotif Indonesia di Era Eletrifikasi' beberapa waktu lalu.
Mobil Listrik Bisa Laris Asal...
Sejumlah stimulus sebenarnya telah digelontorkan oleh pemerintah supaya merangsang masyarakat mau beralih ke kendaraan listrik. Misalnya PPnBM 0 persen untuk mobil listrik murni sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2021.
Ada juga insentif lain yang sudah diterapkan seperti pengurangan hingga Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) 0 persen di beberapa daerah, serta kebal dari aturan ganjil-genap di Jakarta. Ditambah uang muka minimum 0 persen dan suku bunga rendah untuk pembelian kendaraan listrik.
Sayangnya insentif tersebut belum bisa memantik penjualan kendaraan listrik. Sebab komponen utamanya yang masih mahal. Estimasinya 40-60 persen dari harga mobil listrik datang dari baterainya.
Sehingga ini membuat penetrasi pasar kendaraan listrik masih relatif rendah, belum mencapai 1 persen dari total pasar. Mengacu data Gaikindo, per September 2021 penjualan mobil listrik mencapai 611 unit, atau sekitar 01, persen dari total pasar. Sementara model PHEV (Plug-in Hybrid) 44 unit, sedangkan hybrid 1.737 unit atau 0,3 persen.
Pemerintah dijelaskan Shodiq, bisa berkaca pada program Low Cost Green Car (LCGC) yang digelontorkan oleh GAIKINDO. Program yang berlangsung sejak 2013 lalu itu sukses mengembangkan pasar roda empat dan industri pendukungnya. Kontribusinya bahkan bisa tembus 20 persen dari total penjualan per merek.
"Apabila kita bisa mengembangkan satu program kendaraan bermotor listrik harga terjangkau untuk bisa percepat proses elektrifikasi, misalnya, itu juga salah satu pendekatan yang bisa kita lakukan untuk percepat proses transisi," lanjutnya.
Peneliti Desain Otomotif sekaligus Dosen FSRD-ITB Yannes Martinus Pasaribu menambahkan, mobil listrik murah bakalan bisa tercapai saat nilai ekonomi harga baterai tercapai di masa depan. Sehingga bukan tidak mungkin dapat menekan harga jual yang lebih realistis bagi banyak orang.
Dirinya mencontohkan misalnya pada 1991 biaya per kWh 1.100 US dolar, kini sudah berada di level 120-an US dilar. Prediksinya sepuluh tahun lagi, saat baterai sudah diproduksi massal dan penanganan daur ulangnya baik, harga jual baterai bisa terus menciut.
"Kuncinya di sini mencari titik ekuilibrium antara pemerintah, industri, masyarakat serta media dan pergruan tinggi sehingga harapannya (mobil listrik untuk kalangan semua orang) bisa terwujud," katanya.