Mobil di Bawah Rp250 Juta Tetap yang Terlaris di Indonesia, Mobil Listrik Harus Segitu Harganya
Adit · 31 Des, 2021 15:32
0
0
Honda Brio termasuk mobil terlaris di Indonesia
Mobil terlaris di Indonesia aalah yang harganya di bawah Rp250 juta
LCGC juga termasuk mobil paling banyak dibeli
Supaya mobil listrik laris, harganya harus di bawah Rp250 juta
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) beberapa waktu lalu merilis segmen mobil terlaris dalam negeri. Berdasarkan paparan materi Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, segmen mobil di bawah Rp250 juta adalah yang paling banyak konsumennya.
Berdasarkan data, mobil jenis ini terserap pasar hingga 460 ribuan unit setiap tahunnya. Makanya tak heran mobil-mobil seperti Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Mitsubishi Xpander, Suzuki Ertiga, Suzuki XL7, Toyota Rush, dan sejenisnya paling sering seliweran di jalan.
Selain itu kelompok mobil dengan harga terjangkau dan hemat bahan bakar atau LCGC, yang mayoritas harganya di bawah Rp200 juta juga berkontribusi besar. Bisa terjual sekitar 234 ribuan unit per tahun.
Inilah makanya selain Avanza CS, ada kelompok mobil lain yang meramaikan jalanan Indonesia meliputi Toyota Agya, Toyota Calya, Daihatsu Ayla, Daihatsu Sigra, dan Honda Brio Satya yang jadi andalan. Bahkan sempat menjadi mobil terlaris pada 2020.
New Toyota Innova Venturer.
Kontributor ketiga datang dari deretan mobil yang harganya berkisar Rp250 hingga Rp350 jutaan. Penyerapan pasarnya sebesar 134 ribu unit per tahun. Modelnya seperti Wuling Cortez, Mitsubishi Xpander Cross, Toyota Kijang Innova, Wuling Almaz, dan Honda HR-V.
"Harga mobil di bawah Rp300 juta paling banyak diminati. Karena daya beli masyarakat kita di sana. GDP (Gross Domestic Product) per kapita Indonesia masih 4 ribu dolar AS, Thailand 6 ke 7 ribu dolar AS, itu berpengaruh terhadap daya beli," katanya dalam diskusi virtual belum lama ini.
Honda HR-V masih jadi model yang memikat di Indonesia
Mobil Listrik Supaya Laris Harus Ada di Segmen Harga yang Paling Diminati
Kukuh kemudian menyinggung soal percepatan popularisasi kendaraan listrik di Indonesia. Untuk mencapai itu ujar Kukuh, harga mobil listrik termasuk turunannya harus bisa bermain di segmen yang paling diminati. Sederhananya harus dapat dijual di bawah Rp300 juta.
"Kami coba perkenalkan teknologi baru rendah emisi mulai mobil hybrid, plug-in hybrid (PHEV) maupun BEV (Battery Electric Vehicle), namun sekali lagi kendaraan itu emisinya rendah namun harganya yang belum rendah. Relatif di luar jangkauan sebagian besar masyarakat kita," katanya.
Bukannya tanpa sebab. Berdasarkan fakta, mobil berbasis elektrifikasi paling murah dijual mulai dari Rp479 juta yakni mobil hybrid Nissan Kicks e-Power. Kemudian Toyota Corolla Cross Hybrid Rp506 jutaan. Sementara plug-in hybrid dan mobil listrik mayoritasnya di atas Rp600 juta bahkan bisa menembus Rp1 miliar lebih.
"Harganya segitu ya segmennya terbatas kurang dari 1 persen. Sementara itu untuk bisa diproduksi dalam negeri perlu skala ekonomi yang memadai. Inilah tantangan juga peluang kalau ingin menjadi pemain utama," timpal Kukuh.
Mobil hybrid Nissan Kicks e-Power
Meksi begitu semenjak digaungkan sejak 2019, kepemilikan kendaraan listrik baik mobil hybrid, PHEV, dan BEV mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dalam data yang dipaparkan Kukuh, pertumbuhan mobil listrik terjadi pada 2020. Unit yang terjual selama Januari hingga November mencapai 125 unit.
Secara year to date (YTD) November 2021, penjualannya naik hingga menjadi 675 unit. Sayangnya mobil PHEV kurang baik. Dari 2019 tercatat penjualan 25 unit, turun menjadi 8 unit di 2020, lalu melonjak lagi di YTD November 2021 sebanyak 46 unit.
Mobil hybrid Toyota Corolla Cross
Paling menarik adalah mobil hybrid yang progresif. Tiap tahun penjualannya selalu naik dalam tiga tahun terakhir. Pada 2019 asosiasi mencatat penjualan 787 unit, naik di 2020 menjadi 1.191 unit, dan pada YTD November 2021 mencapai 2.136 unit yang mampu mengamankan market share 0,3 persen terhadap total penjualan kendaraan nasional.
"Mobil hybrid di 2021 ini mencapai lebih dari 2 ribu unit dibandingkan dengan lain. Memang ini rasionya masih rendah, jauh di luar kemampuan masyarakat pada umumnya," tuntas Kukuh.