Review Toyota Rush TRD Sportivo: Paling Laris Tak Berarti Paling Sempurna
Helmi · 21 Sep, 2021 19:30
0
0
Empat tahun tanpa ubahan signifikan, Toyota Rush masih saja jadi primadona masyarakat Indonesia. Buktinya ia berhasil mencetak penjualan di posisi teratas tiap tahun ketimbang rival-rivalnya. Padahal, kami bisa bilang ia bukanlah yang paling sempurna di antara LSUV lain. Malah cukup banyak kurangnya. Paling tidak dari hasil pengujian kami beberapa hari. Terus apa yang bikin laku?
Di antara LSUV Jepang lain, hanya Rush dan saudaranya, Terios, yang punya penampilan natural sebagai SUV. Sama sekali berbeda dengan Avanza secara raut muka dan garis-garis bodi. Dan hal ini kenyataannya berhasil membuat diferensiasi segmen lebih kuat. Karena jika melihat Suzuki XL7, Mitsubishi Xpander Cross dan Honda BR-V (Generasi lama), mereka terlalu mudah dikenali orang awam bahwa asalnya dari basis LMPV. Hanya ditinggikan dan diberi “kolor hitam” saja.
Meskipun, sesungguhnya platform Rush atau Terios pun sama dengan line up LMPV mereka. Yakni Avanza dan Xenia. Dibangun dari sasis Unibody yang merupakan gabungan jenis monokok serta ladder frame. Dengan kepiawaian mereka memberi kosmetik dan operasi plastik ala SUV tangguh, nyatanya berhasil memikat banyak konsumen. Dan meyakini bahwa Rush adalah sosok mobil tinggi murni. Cemerlang.
Di samping itu, secara wujud kami akui penampilannya pun mudah diterima. Sudut-sudut tajam dan lampu menyipit, serta body moulding adalah unsur-unsur masa kini yang familiar. Terlepas dari perdebatan model Rush konde lebih terlihat global dan punya aura SUV kuat. Sudah cukup terbukti konsumen gemar dengan tampilan generasi ini berkaca dari penjualannya.
Kalau secara dimensi, dibilang yang paling besar dan tinggi juga bukan. Panjangnya 4.435 mm, lebar 1.695 mm, tinggi 1.705 mm, serta wheelbase 2.685 mm. Ukuran ini sebetulnya sepantaran dengan LSUV Jepang lain. Masih ada yang lebih panjang dan tinggi selain Rush.
Dimensi (PxLxT mm)
Toyota Rush
4.435 x 1.695 x 1.705 mm
Mitsubishi Xpander Cross
4.500 x 1.800 x 1.750 mm
Honda BR-V (Generasi Lama)
4.453 x 1.735 x 1.666 mm
Suzuki XL7
4.450 x 1.775 x 1.710 mm
Memakai Penggerak Belakang
Yang juga membuat konsumen yakin saat hendak membeli Rush, adalah soal penggerak. Suka tidak suka, masyarakat Indonesia ternyata masih banyak yang tertarik sensasi torsi dari roda belakang. Daripada gerak depan yang diaplikasikan ke LSUV Jepang selain Rush dan Terios.
Bisa jadi akibat pandangan bahwa putaran roda belakang bakal jauh lebih baik melahap tanjakan curam. Betul memang traksinya jadi terjaga. Namun gerak depan pun bukan berarti payah menerjang tanjakan. Mungkin, bagi sebagian kalangan yang kerap melewati medan ekstrem relevan. Namun penghuni kota besar, rasanya soal darimana asal pusaran traksi harusnya tak perlu jadi pertimbangan besar.
Namun yang pasti menggugah, adalah soal durabilitas. Ketika semua mekanisme roda terpusat di depan, komponen-komponen pendukungnya pun tentu bakal bekerja ekstra. Sementara dengan sistem gerak belakang yang memisahkan titik beban, semestinya kerja tiap komponen terdistribusi merata. Sehingga membuatnya lebih awet.
Fitur Safety dan Harga
Toyota tidak pilih-pilih soal kelengkapan fitur keselamatan. Dan hal ini perlu diapresiasi. Bahkan kalau mau dibandingkan dengan rival lain, boleh saja menyebutnya yang terlengkap. Coba saja Anda periksa dari varian G M/T sampai S A/T GR Sport. Tak satupun perihal safety dipangkas.
Utamanya saat melihat fitur keselamatan pasifnya. Enam buah airbag ditanam pada sekeliling mobil dari depan hinga row tengah. Mana lagi yang memberi kantung udara sejumlah ini dan tersedia di harga mulai Rp 245,5 juta – Rp 266,2 juta (Diskon PPnBM)? Belum lagi sabuk pengaman juga disediakan hingga row terbelakang. Alias totalnya ada tujuh buah. Alias semua penumpang mobil bakal kebagian. Lengkap dengan indikator pengingatnya di dashboard.
Tentunya, fitur keselamatan aktif juga tersedia. Seperti Vehicle Stability Control (VSC) yang jadi perangkat wajib di mobil masa kini. Hingga Hill Start Assist (HSA), ABS + EBD dan Rear Parking Camera lengkap beserta sensor parkir. Secara fundamental, sudah cukup komplet.
Pada intinya, semua varian memiliki bekalan fitur esensial mencukupi. Yang membedakan sekadar kosmetik dan soal hiburan. Seperti di varian TRD Sportivo yang kami uji ini, diferensiasi dengan tipe G meliputi bungkusan kulit sintetis di interior, mekanisme AC (Auto Climate), display MID, lampu otomatis, serta head unit dan hiasan eksterior.
Sebagai informasi, saat ini Toyota menggeser peran TRD Sportivo yang kami uji menjadi model GR Sport. Perbedaan fiturnya terletak pada tersedianya Automatic Idling Stop System dan head unit baru dengan koneksi Android Auto serta Apple Carplay. Sisanya, perihal kosmetik eksterior dan body kit. Harganya selisih Rp 5 jutaan lebih mahal dari seri TRD lama.
Konsumsi BBM Rush terbilang cukup hemat. Kami lakukan tes kombinasi antara perjalanan di dalam kota nan padat. Sekaligus mengitari jalan tol lingkar luar Jakarta yang cenderung lowong di malam hari. Bahkan, kami hitung juga sekaligus saat melakukan tes akselerasi. Yang mana seharusnya membakar bensin lebih banyak.
Hasilnya cukup mengejutkan. Di MID tercatat kami mendapat konsumsi bahan bakar 10,6 km/l. Namun pada kenyataannya, karena acuannya metode full to full, komputer tak benar-benar tepat. Konsumsi BBM-nya justru lebih irit di keadaan ril, yakni 11,59 km/l. Seluruh rangkaian tes ini berjarak sekitar 180 km.
Kami rasa bukan angka buruk mengingat perilaku mengemudi kami dinamis. Andaikan Anda berkendara dengan efisien. Kami cukup yakin hasilnya bisa lebih baik dari itu. Pantas saja orang Indonesia menyukainya.
Lantas Apa yang Tidak Menyenangkan?
Kalau ditanya apa yang kurang menyenangkan dari sosok satu ini, tidak sedikit. Hal paling terasa adalah handling dan suspensi kurang nyaman. Ia masih menggabungkan sasis ladder frame dan monokok yang berdampak pada impresi berkendara.
Xpander Cross? XL7? BR-V? Jujur saja geng LSUV monokok ini masih punya rasa pengendalian lebih optimal. Rush masih memiliki rasa limbung apalagi kalau sedang bermanuver agak tajam. Malah, saat berkendara cukup kencang di jalan tol yang bergelombang, mobil terasa tidak tenang. Memang, masih lebih baik dari versi lama. Tapi tetap saja rasa itu ada.
Ironisnya, saat mobil limbung biasanya memiliki karakter suspensi yang lumayan empuk, Rush tidak begitu. Redaman kaki-kaki terbilang kurang nyaman. Saat melibas speed trap apalagi polisi tidur tinggi dan jalan rusak, kami merasa guncangannya tak teredam sempurna. Apalagi kalau dipakai sendiri. Ya, kami tau ini bukan mobil mahal. Tapi kalau dibandingkan rekan-rekan satu segmen masih ada yang lebih baik.
Posisi mengemudi dan bangku pun kurang support. Sandaran bakal terasa kekecilan kalau postur Anda lebih dari 170 cm. Cushion jok berbalut kain ini juga kurang menyangga dengan baik, mungkin akibat terlalu lunak busanya. Begitu pula formatnya.
Dan kalau bicara bangku baris ketiga, sejujurnya memang cukup untuk diduduki orang dewasa. Tapi apakah yang paling lega? Tidak juga. Teman-temannya masih bisa memberikan ruang lebih baik. Begitu pula soal ruang kepala.
Spesifikasi Mesin
Mesin
2NR-VE 1.5L 4-Silinder Segaris
Tenaga & Torsi
104 PS/ 6.000 rpm & 136 Nm/ 4.200 rpm
Akselerasi 0-100 km/h
14,81 detik
Konsumsi BBM
11,59 km/l (Kombinasi)
Terakhir adalah soal kemampuan laju. Sesungguhnya mesin 2NR-VE milik Rush yang juga dipakai Veloz 1.5-liter dahulu tidak spesial. Outputnya hanya 104 PS/ 6.000 rpm dan torsi maksimal 136 Nm/ 4.200 rpm. Pada kenyataannya, tenaga segini juga memang biasa saja. Walaupun distribusinya terasa merata. Kami bisa bilang hanya cukup, bukan sesuatu yang memuaskan. Jika penasaran, akselerasi 0-100 km/jam dari pengujian menggunakan Race Box menghasilkan angka 14,81 detik.
Kesimpulan
Ketika kita pindahkan perspektif sebagai pengguna yang tak begitu emosional, alias tak peduli dengan rasa berkendara, rasanya memang rentetan kekurangan ini tak bakal digubris dan bakal ditolerir. Toh yang didapat memenuhi kriteria dan cukup banyak. Cukup rasional. Apalagi mengingat harganya masuk akal.
Maka dari itu, mudah sekali untuk membuat Rush laris manis. Apalagi mereka yang punya kepercayaan terhadap merek satu ini jumlahnya tidak sedikit. Para “Toyota Minded”, selama kebutuhannya dirasa tercukupi dari produk keluaran mereka bisa saja tak membandingkannya lagi dengan spesies lain. Belum lagi soal jaminan ketersediaan jaringan diler, servis, sampai resale value yang selalu bertahan.