Catalytic converter mobil merupakan komponen yang penting untuk sistem gas buang pada kendaraan, tapi uniknya, perangkat ini kerap jadi incaran pencuri.
Jika kalian kurang familiar dengan catalytic converter, alat ini adanya di kolong mobil, menyatu dengan bagian knalpot.
Umumnya posisi perangkat tersebut ada di bagian tengah atau menjelang ujung knalpot yang kerap disebut muffler.
Rasanya, hanya sedikit orang yang tahu dan paham mengenai mekanisme knalpot termasuk catalytic converter mobil.
Padahal komponen yang satu ini memiliki peranan sangat penting terkait gas buang yang dihasilkan kendaraaan.
Kalau knalpot tugas utamanya mengelurkan gas buang dari hasil pembakaran di internal mesin, maka gas buang kendaraan yang mengandung berbagai zat polutan berbahaya tersebut sebelum dilepas ke udara, disaring dahulu oleh catalytic converter.
Alat ini juga yang bisa menentukan sebuah mobil lulus uji emisi atau tidak.
Baca juga: Polisi Hapus Tilang Uji Emisi Akibat Dicap Negatif oleh Masyarakat
Knalpot mobil walaupun terkesan sederhana sebagai pembuangan gas emisi ternyata punya nilai yang 'mahal'.
Selain header dan muffler, bagian catalytic converter di knalpot ternyata juga harganya cukup mahal karena mengandung beberapa logam dengan harga pasaran yang tinggi.
Dalam catalytic converter terdapat kandungan platinum, paladium dan rhodium yang bekerja secara kimia mengubah tingkat emisi supaya tidak berbahaya.
Lantaran adanya standar emisi yang lebih ketat, membuat ketiga logam tadi harganya melebihi logam mulia seperti emas.
Hal tersebut mendorong pencurian catalytic converter mobil yang meningkat beberapa lipat di beberapa negara, termasuk juga di Indonesia.
Selain faktor bahan dan teknologi, fdikutip dari Astra Daihatsu Indonesia, faktor lain yang membuat catalytic converter mobil mahal adalah karena banyaknya permintaan dari berbagai industri, sementara persediaan bahan bakunya terbatas.
Ini termasuk seiring dengan semakin ketatnya regulasi emisi gas buang kendaraan di berbagai negara, permintaan akan catalytic converter juga semakin meningkat.
Padahal disatu sisi, pasokan katalis yang digunakan dalam komponen ini jumlahnya relatif terbatas dan hanya berasal dari beberapa negara produsen.
Terakhir, harga catalytic converter juga dipengaruhi oleh tingkat spesifikasi dan fitur yang dimilikinya.
Catalytic converter dengan fitur yang lebih canggih seperti tersedia sensor oksigen, teknologi injeksi bahan bakar, dan sistem pengawasan emisi yang lebih akurat akan memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan model yang lebih sederhana.
Dengan berbagai faktor tadi yang mempengaruhi harga komponen ini sehingga banyak terjadi kasus pencurian catalytic converter.
Baca juga: Tenang, Mobil Modifikasi Masih Bisa Lulus Uji Emisi
Kasus pencurian knalpot di negara-negara maju memang sudah cukup marak terjadi, namun sejauh ini kasusnya masih sangta minim di Indonesia.
Namun transaksi knalpot bekas terutama bagian katalis mulai meningkat dan semakin marak di sosial media Facebook.
Di Marketplace jejaring sosial itu terlihat mulai banyak postingan para pengepul yang hanya fokus mencari bagian katalis (catalytic converter) knalpot bekas.
Harga yang dipatok pun lumayan mahal, ratusan ribu hingga jutaan rupiah untuk knalpot dengan katalis yang kondisinya masih layak pakai.
Katalis knalpot mobil yang "menggoda" sebagian pedege alias pedagang komponen mobil copotan seperti itu, balik lagi lantaran perangkat tersebut mengandung beberapa logam yang permintaannya saat ini semakin tinggi.
Sebagai informasi, di India serbuk logam platina, paladium dan rhodium itu bisa dijual lebih dari Rp 1 juta per 10 gram.
Sebagai perbandingan menurut Oklahoma APMEX, harga emas di Amerika Serikat berkisar Rp 957 ribu per gram.
Sedangkan untuk Palladium yang ada dalam katalis knalpot mencapai Rp1,2 juta per gram, Rhodium di kisaran Rp 2,9 juta per gram, sementara harga Platinum di kisaran Rp 503 ribu per gram.
Karena logam ini jumlahnya terbatas dan akan habis bila terus menerus ditambang, maka solusinya ialah daur ulang material yang sudah ada.
Itulah alasan harga katalitik knalpot terus merangkak naik, karena kebutuhan pabrikan kendaraan yang sangat tinggi.
Pabrikan membutuhkannya untuk menekan emisi mobil supaya gas buang yang dihasilkan dari pembakaran mesin semakin bersih.
Lantas, apakah bahaya bila mobil kita tidak memiliki catalytic converter atau kita dengan sengaja melepas bagian tersebut?
Baca juga: Mengenal Fungsi dan Jenis Muffler Knalpot Mobil, Jangan Asal Berisik
Seperti yang sudah kami singgung sebelumnya, katalis pada knalpot mobil memiliki peranan penting untuk menyaring gas buang hasil pembakaran mesin.
Namun sebelum kami jelaskan terlebih dulu bagaimana cara kerja catalytic converter.
Katalisator mobil ini berbentuk layaknya sarang lebah yang berbahan dasar platinum atau yang juga dikenal dengan palladium.
Setiap detailnya menyatu dengan blok keramik yang dibuat khusus.
Ketika kendaraan mengeluarkan gas buang dan menyentuh logam katalisator tersebut, terjadi reaksi kimia yang menyebabkan gas jadi lebih ramah lingkungan.
Penjelasan singkatnya kira-kira begini, komponen platinum, paladium dan rhodium di dalam katalis berfungsi mengubah emisi beracun melalui proses kimia pada katalis yang panas.
Catalytic converter bertugas menyaring gas racun seperti hidro carbon (HC), karbon monoksida (CO), dan nitrogen oksida (NOx).
Komponen katalis biasanya terdapat sensor oksigen (O2) dalam memonitor AFR (Air Fuel Ratio) berada di titik optimal.
Dengan demikian, mesin dapat bekerja dengan prima dan menghasilkan emisi gas buang yang rendah.
Logam platinum yang berperan sebagai katalisator tak akan pernah berubah sifat meski terjadi reaksi kimia di dalamnya.
Namun bagian katalis bisa penurunan kemampuan hingga 35 persen setelah digunakan 100 ribu km serta mengalami korosi sebagai dampak radiasi panas yang terus menerus.
Kondisi ini akan terladi lebih cepat manakala pengemudi selalu menggunakan kendaraannya dan menemui tingkat kemacetan yang parah.
Selain karena sering menemui kemacetan, komponen yang satu ini juga akan rentan rusak jika mesin pada kendaraan tersebut tidak menggunakan bahan bakar yang berkualitas.
Akibatnya terjadi endapan kotoran hasil pembakaran yang tidak sempurna, dan residu ini terbawa keluar serta menempel pada dinding katalis.
Jika endapan itu menumpuk cukup banyak, lama kelamaan bisa membuat rusak bagian dalam komponen logam di katalis tersebut.
Beberapa gejala dari catalytic converter mobil rusak adalah kendaraan tidak mau berakselerasi meski pedal gas sudah diijak penuh.
Selain itu dari ujung lubang knalpot akan tercium seperti bau busuk, serta knalpot mengeluarkan asap yang lebih pekat dari biasanya.
Bagi pemilik mobil, hilangnya peranti yang satu ini tentu akan menjadi persoalan, karena membuat mobil tak memenuhi ambang batas standar emisi.
Fungsi utama catalytic converter, yakni digunakan menyaring gas buang dari mobil, dan jika dilepas dapat menambah polusi.
Biasanya, katalis ini seringkali dilepas dengan alasan supaya tarikan mobil jadi plong dan enteng.
Katalis ini seolah menghambat jalannya gas buang sehingga tarikannya seperti tertahan.
Tidak cuma membuat emisi gas buang jadi makin beracun, melepas katalis juga membuat konsumsi bahan bakar jadi boros.
Bisa karena efek tarikan yang makin loss bikin pengemudi jadi injak gas makin dalam.
Bila melihat secara sistem pembakaran, sensor di knalpot akan mendeteksi campuran udara kebanyakan, karena efek saluran pembuangan yang loss.
ECU lantas akan mengurangi udara dan memperbanyak bensin yang pada akhirnya konsumsi BBM malah jadi meningkat.
Menurut beberapa pakar, hanya melepas katalis ini sebenarnya tak berdampak signifikan terhadap peningkatan performa mesin.
Istilahnya, mobil larinya nggak seberapa tapi bahan bakar borosnya makin terasa.
Nah, sudah paham kan mengapa catalytic converter alias katalis ini penting?
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
{{variantName}}
{{expSellingPriceText}}
{{carMileage}} km
{{registrationYear}} tahun
{{storeState}}