Pabrikan asal Jepang, Toyota, terpaksa mengurangi produksi kendaraan di seluruh pabrik mereka hingga 40 persen. Dari total rencana produksi 900.000 unit menjadi hanya 540.000 unit pada September 2021 mendatang.
Langkah ini diambil setelah Toyota mengalami kesulitan mendapatkan suplai chip semikonduktor yang dibuat beberapa perusahaan semikonduktor. Kondisi krisis chip semikonduktor ini sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun. Tapi situasinya kini makin diperparah karena lonjakan kasus penyebaran corona virus di Jepang.
Akibat krisis kesehatan global itulah yang memaksa Toyota untuk menutup pabrik di negara tersebut dan juga beberapa negara asia tenggara seperti Vietnam dan Malaysia. Kedua negara masing-masing memiliki pabrik produksi Toyota, baik suku cadang maupun kendaraan.
Krisis microchip yang menimpa Toyota sebetulnya tidak terlalu parah, jika dibandingkan produsen lain. Sebagai contoh Volkswagen dan Peugeot yang sampai harus mengurangi fitur-fitur penting di dalam mobil.
Efek pada Toyota dirasa masih bisa disiasati karena Toyota menggunakan chip semikonduktor lebih sedikit ketimbang pabrikan lain pada mobil rakitan mereka.
Baca Juga:Jangan Cuek, Gagal Connect Jadi Kelemahan Immobilizer yang Patut Diwaspadai
Seperti kita tahu, sebuah microchip pada kendaraan roda empat umumnya digunakan untuk menggerakkan fitur-fitur modern karena tugasnya yang menggantikan sistem mekanis yang dulu digunakan. Lebih dari itu, microchip juga memungkinkan berbagai fitur tersebut untuk dapat bekerja dengan baik.
Mobil modern saat ini rata-rata menggunakan lebih dari 1.400 microchip. Bahkan untuk beberapa mobil mewah dengan teknologi yang kompleks, bisa menggunakan sekitar 3.000 chip semikonduktor.
Fitur-fitur di dalam mobil yang memanfaatkan teknlogi ini antara lain adalah airbag, kamera parkir, sistem ABS, power window otomatis, speedometer digital serta beberapa fitur lainnya. Dengan microchip juga tercipta fitur-fitur keselamatan aktif, sebut saja Toyota Safety Sense (TSS) yang ada pada Toyota Raize.
Total ada 14 pabrik baik di Jepang maupun negara lain yang terdampak langsung krisis chipsemikonduktor ini. Dari sekitar 360.000 unit yang mengalami pemangkasan produksi, 140.000 unit berasal dari Jepang sendiri.
Satu diantaranya pabrik Toyota di Takaoka yang memproduksi Toyota Prius dan SUV RAV4 untuk pasar domestik dan keperluan ekspor. Sisanya merupakan produksi di Amerika Serikat, China, Eropa dan negara-negara Asia termasuk Indonesia.
Baca juga: Pabrik Honda Odyssey Ditutup Tahun Depan, Pertanda Discontinue?
Informasi ini tentu sedikit banyak berimbas juga dengan Indonesia. Mengingat Toyota pun memiliki pabrik di negara ini. Lalu apakah kondisi tersebut berdampak adanya penurunan jumlah produksi Toyota di Indonesia?
Bob Azzam, Direktur Corporate Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menjelaskan kalau tidak dapat dipungkiri krisis chip semikonduktor saat ini menjadi awan kelam bukan cuma buat Toyota tapi juga seluruh produsen otomotif di dunia.
"Toyota Indonesia berusaha untuk membatasi meluasnya dampak dari kekurangan pasokan komponen semikonduktor," kata Bob. Ia juga meyakini kondisi ini akan berangsur membaik di pertengahan semester kedua 2021. Ia juga yakin Toyota di Indonesia mampu mengatasi situasi tersebut sehingga tidak menjadi krisis dan membuat produksi jadi terganggu.
Baca Juga:Toyota Indonesia Bakal Undi Siapa yang Beruntung Dapat GR Yaris 2021
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2019 Mazda CX-5 ELITE 2.5
45.271 km
4 tahun
Jakarta
2021 Toyota FORTUNER VRZ 4X2 2.4
28.559 km
2,5 tahun
Jawa Barat
2019 Mazda CX-5 ELITE 2.5
28.043 km
4 tahun
Java East
2019 BMW 3 20I (CKD) 2.0
47.554 km
3,5 tahun
Jakarta
2020 BMW X1 SDRIVE18I XLINE 1.5
35.681 km
3 tahun
Jakarta