Pengguna Toyota Raize Wajib Paham Cara Kerja TSS, Apalagi Saat Hujan Lebat!
Helmi · 27 Des, 2021 20:00
0
0
Mungil, ground clearance lebih dari cukup, bertenaga, serta dibekali seabrek fitur keamanan canggih. Seperti sudah memenuhi segala kriteria buat spesies SUV kecil perkotaan. Belum lagi hemat bahan bakar dan dibanderol rasional pula. Hampir tak ada masalah apalagi jika selera Anda terpuaskan atas proporsi mobil ini.
Oleh karena itu, hasil tes Toyota Raize GR CVT TSS kali ini akan kami pilah. Salah satunya fokus membahas seperti apa kinerja Toyota Safety Sense (TSS) ketika digunakan. Dan apa saja yang perlu diperhatikan ketika “mengharapkan” intervensi sistem keamanan tersebut.
Pre-Collision System Baru Bekerja Optimal dengan Objek Seukuran Mobil
Berkali-kali kami menguji dengan peragaan. Semua sensor perihal keamanan – terutama Pre-Collision System – diset dalam keadaan optimal. Artinya settingan alarm peringatan pun diposisikan pada jarak terjauh (early). Karena di Toyota Raize Anda bisa mengubah alert dan intervensi ini dalam tiga opsi: Jauh, normal, serta dekat.
Sebongkah kardus seukuran manusia kami simpan di tengah jalan. Lengkap dengan bungkusan kain dan penyangga agar menyerupai orang yang sedang berdiri. Dan semestinya, fitur pengereman otomatis ini bisa bekerja hingga kecepatan sekitar 100 km/jam.
Saat tes, berbagai kecepatan dalam kota pun kami coba. Dari mulai 30 km/jam, 40 km/jam dan seterusnya. Bahkan beberapa kali penasaran mencoba di bawah 30 km/jam. Dari hasil percobaan yang kami lakukan, tak ada respons sama sekali. Alarm tidak berbunyi apalagi intervensi.
Ketika sengaja kami tak lepas gas pun berujung rangkaian kardus berbungkus kain itu tertabrak. Tak sekali kami coba. Berkali-kali. Entah radar dan kamera memang spesifik membaca bentuk manusia, atau memang seukuran itu tak terbaca. Yang pasti, waktu kami mencoba memalangkan sepeda motor tepat di depan replika orang yang dibuat pun sensor diam-diam saja.
Lantas kapan sistem pengereman otomatis itu bekerja optimal? Ketika kami praktikkan di jalan raya, sensor memberikan sinyal bahaya dan melakukan intervensi pengereman otomatis terhadap objek seukuran mobil. Baik yang sudah diam maupun baru melakukan pergerakan menuju berhenti.
Selama sistem mendeteksi kita terlalu dekat dan dianggap tak mengurangi kecepatan, ia bakal langsung ambil alih selama fitur dalam keadaan aktif. Meski tetap butuh peran Anda setelah sistem melakukan pengereman otomatis, karena ia bakal sedikit melepas rem kembali setelah tugasnya usai.
Terlepas ia tak sama sekali peka dengan objek replika manusia yang kami buat serta sepeda motor dalam keadaan diam. Fungsi Pre-Collision System kami rasa tetap sangat bermanfaat terhadap safety. Dan rasanya di kelas Raize-Rocky belum ada yang bisa memberikan perangkat serupa. Asalkan Anda tetap peka saat banyak hilir mudik manusia dan sepeda motor. Jangan terlena sepenuhnya dengan sistem.
Tetap Perhatikan Kondisi Lalu-lintas Ketika Pakai Adaptive Cruise Control
Salah satu paket TSS pada Raize, yang Rocky pun tak punya, adalah Adaptive Cruise Control. Fungsinya sangat relevan apalagi bagi yang tinggal di kota besar seperti Jakarta. Atau ketika mobil sedang dibawa ke luar kota.
Minimal kecepatan jika mau memakai fitur ini, Anda perlu melaju setidaknya 30 km/jam. Jika sudah secara otomatis bakal mengikuti speed mobil yang berada persis di depan. Atau sesuai batas maksimal kecepatan yang sudah Anda setting. Jarak bacanya cukup jauh, bahkan bisa disetel sesuai keinginan dalam tiga level.
Ketika mobil depan berakselerasi, Raize secara otomatis bakal mengikuti. Dan begitu juga saat berdeselerasi, perlahan ia akan mengurangi kecepatan hingga menuju berhenti. Fitur ini sangat bermanfaat saat keadaan jalan perkotaan lowong, atau padat merayap di tol. Kaki tak perlu repot memencet pedal sama sekali.
Namun tetap saja, tetap harus konsentrasi penuh. Apalagi dalam keadaan lalu lintas padat, bisa saja sensor ini terganggu akibat adanya motor yang memotong jalan. Ataupun mobil yang bermanuver secara mendadak. Karena radar membutuhkan waktu untuk membaca pergerakan tiba-tiba semacam tadi.
Awas Lengah Akibat Marka Tak Jelas Saat Mengharapkan Fitur LDA
Ingat, fungsi LDA dan steering control ini bukan berarti bisa mengemudi secara otomatis. Sistem hanya memperingatkan saat Anda dianggap keluar jalur, sekaligus mengoreksi steer ke arah yang benar. Namun hanya sesaat. Tidak berkelanjutan.
Aktifnya pun ada minimal kecepatan. Setidaknya Anda sedang mengemudi di kisaran 60 km/jam, baru sistem bakal aktif dan melakukan intervensi. Jika sewaktu-waktu Anda keluar jalur.
Yang juga perlu diperhatikan adalah, situasi jalanan di Indonesia tak sepenuhnya memiliki marka. Pun kadang garis-garis pembatas ini kerap sudah buram alias tidak jelas.
Pasalnya radar dan kamera bekerja mengandalkan garis marka jalan. Sehingga perlu hati-hati saat mengharapkan fungsinya. Meskipun, saat kami tes di marka yang tak sempurna-sempurna amat sensor mobil masih bisa bekerja dengan baik. Begitu pula di malam hari atau saat hujan dengan intensitas standar.
Sisanya, seperti Rear Cross Traffic Alert (RCTA), Blind Spot Monitor (BSM), Front Departure Alert, serta Pedal Missoperation Control (PMC) cenderung tak butuh trik khusus. Paling perlu diingat saja, PMC sudah mulai bekerja jika Anda berjarak 4 meter dari objek di depan dengan kecepatan 5 km/jam ke bawah. Jika gas tak sengaja tertekan dalam, arus tenaga otomatis langsung dipotong sistem alias tak akan lompat. Sementara mobil seperti melaju lamban tanpa dorongan tenaga, sembari alarm berbunyi.
Saat Hujan Terlalu Lebat, Jangan Luput Konsentrasi
Semua fitur-fitur keselamatan aktif tadi, bisa saja terganggu ketika hujan terlalu lebat. TSS pada Raize mengandalkan dua kamera dan radar yang terletak di atas kaca depan. Dan tentu membutuhkan penglihatan baik saat bekerja.
Kebetulan, kami merasakan fitur ini di segala cuaca. Siang dan malam tanpa hujan tentu tak ada masalah. Sementara gerimis hingga hujan dengan intensitas tinggi juga masih baik-baik saja. Namun, jika benar-benar diguyur hujan badai dan deras, fungsinya cukup terganggu. Kadang ia terlambat mengidentifikasi objek. Kadang pula tak membaca sama sekali. Makanya tetap dibutuhkan konsentrasi pengendara. Lagipula, sifat fitur keselamatan ini bukan pemutus risiko kecelakaan. Melainkan ada di titik mencegah serta mengurangi. Sehingga peran besarnya tetap diserahkan kepada Anda.
Tonton juga: Test Drive Toyota Avanza dan Veloz 2022