Setelah sebelumnya membahas peranan dan kinerja suspensi depan motor MotoGP, kini saatnya membahas suspensi belakang dari kuda besi prototipe tersebut. Suspensi tersebut bertipe monosok yang dilengkapi dengan lengan ayun untuk memegang roda belakang.
Secara umum, monosok merupakan sistem suspensi tunggal. Saat ini, banyak motor terutama tipe sport menggunakannya. Namun ada juga skuter matik seperti Yamaha Mio M3, Yamaha Lexi, Suzuki Nex II atau Honda Beat yang memakai monosok.
Baca juga : Menengok Sistem Kerja Suspensi Depan Motor MotoGP, Seperti Apa Faktanya?
Tetapi secara letak dan dimensinya jelas berbeda. Di mana untuk tipe sport, seperti Yamaha YZF-R15 atau Honda CBR150R biasanya tertanam pada bagian belakang mesin dengan ukuran lebih pendek. Sedangkan monosok skuter matik ada di bagian atas blok CVT dengan bentuk panjang dan sepintas mirip dual shock.
Kembali ke tunggangan MotoGP, ternyata ada perbedaan peran cukup signifikan dari suspensi depan. Jika suspensi depan berhubungan dengan kestabilan dan kelincahan motor dengan fungsi sebagai pendukung saat pengereman terjadi, maka suspensi belakang lebih berfungsi sebagai penjaga traksi ban.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai fungsinya, maka kenali dulu komponen didalamnya. Keduanya adalah per atau pegas dan bagian hidrolik. Untuk komponen hidrolik sendiri didukung juga dengan tabung reservoir.
Baca juga : Cerai dari Aprilia, Tim Gresini Pacu Motor Ducati di MotoGP 2022
Tabung reservoir tersebut berisi gas nitrogen yang akan mendorong oli di dalam hidrolik pada suspensi. Hal ini berfungsi untuk mendukung daya pantul atau rebound dari suspensi. Lalu seperti apa settingannya?
Nah, setelah mengetahui komponen pendukungnya kita bahas penyetelan dan kinerjanya. Pertama di bagian per atau pegasnya. Peranti ini dapat disetel lebih keras atau makin empuk.
Baca juga : Mantan Pembalap MotoGP ikut Kembangkan Italjet Dragster, Apa Menariknya Skutik Radikal Ini?
Untuk setingan per yang terlalu keras akan berpengaruh pada usia kompon ban yang lebih cepat aus. Ini karena beban akan tertumpu langsung pada ban.
Sehingga ban yang secara struktur terbuat dari karet yang empuk dan lentur, akan bekerja sebagai suspensi itu sendiri. Kondisi inilah yang membuat pemakaian ban menjadi terlalu berlebihan dan komponnya cepat aus.
Lalu apakah penggunaan per yang terlalu empuk akan menghemat kompon ban? Ternyata tidak juga, karena dengan per yang terlalu empuk membuat pembagian berat motor bagian belakang terlalu besar.
Motor juga mudah memantul dan kerap amblas ketika menikung. Efeknya keseimbangan berkendara sulit didapat. Ujungnya, tetap peran ban lagi-lagi terlalu besar dan membuat kompon semakin cepat aus.
Baca juga : Bangga, Yamaha Nmax 125 2021 Produksi Lokal Jadi Motor Paddock MotoGP!
Untuk itu ada peranti lain berupa hidrolik yang mampu mendukung kinerja per tersebut melalui setelan compression rebound. Caranya dengan mempengaruhi kecepatan pantulan dari per tersebut.
Di mana ada setelan soft yang didapat dari sirkulasi oli di dalamnya yang mengalir dengan mudah. Efeknya, jika terlalu empuk maka suspensi tidak menyerap pergerakan motor. Sehingga penggunaan ban tidak merata.
Baca juga : Yamaha Hadirkan Aerox 155 Connected 2021 Livery MotoGP, Harga Hanya Naik Rp 500 Ribu Saja
Kondisi berkebalikan didapat saat setelah hidrolik dibuat lebih keras, yaitu dengan meminimalisir pergerakan oli di dalam sistem tersebut. Di mana pergerakan motor seolah ditopang pada ban semata.
Efeknya ban belakang bukan hanya kehilangan traksi, bahkan sampai hilang kontak dengan aspal. Sehingga pengaturan kekerasan suspensi yang sesuai, mutlak dilakukan agar ban mampu menapak sempurna, juga kompon ban tetap terjaga sepanjang jalannya balapan.