Jika ditanya sosok motor ayam jago bermesin 4-tak di Indonesia mungkin tak banyak yang berpikir mengenai Kawasaki Athlete Pro di benaknya. Maklum, sosoknya kalah tenar dibandingkan Suzuki Satria F150 dan Honda Sonic 150R.
Hal ini dikarenakan mesinnya yang masih berkonfigurasi 'tidur' dengan pendingin udara berbasis Kawasaki Kaze Series. Padahal secara tongkrongan dan fitur khususnya fungsionalitas, Kawasaki Athlete Pro jauh lebih baik ketimbang motor ayam jago mana pun.
Nggak percaya? Yuk, simak sejarah singkat dan detail spesifikasinya di Indonesia.
Baca Juga: Kawasaki Rilis KLX230 Series Anyar di PRJ 2022, Sekarang Ada Versi Supermoto!
Pameran Jakarta Fair atau Pekan Raya Jakarta (PRJ) memang kerap jadi sarana pengenalan dan peluncuran produk baru dari Kawasaki Indonesia. Tak sedikit model baru yang meluncur di sana.
Salah satunya adalah Kawasaki Athlete Pro yang hadir lewat PRJ 2015 silam. Saat itu, tak ada seremonial khusus karena motor ayam jago bermesin 125 cc itu langsung dipajang dan dijual di booth Kawasaki.
Kawasaki Athlete Pro sendiri hadir sebagai penerus Kawasaki Athlete yang dirilis sejak 2008. Ada sederet penyempurnaan yang dilakukan pada motor tersebut. Terutama dari sektor tampilannya.
Revisi paling kentara terlihat dari bentuk batok lampunya yang tak lagi membulat. Sebagai gantinya, ada headlamp bertampilan agresif yang desainnya mirip motor unik, Kawasaki Z125 Pro. Seinnya pun terpisah ala motor sport.
Pun demikian dengan desain bodinya yang tampil lebih berotot dengan lekuk yang lebih tegas. Terutama dari bagian cover tangki dan bodi belakangnya. Jauh berbeda ketimbang kesan ramping dan sederhana dari generasi Kawasaki Athlete sebelumnya.
Selain itu, ukuran silencer knalpot Kawasaki Athlete Pro terlihat lebih besar dengan bentuk mirip kepunyaan Ninja Series. Tak lagi bulat sederhana seperti sebelumnya yang menampilkan knalpot ala Kaze Series.
Bagian kaki-kakinya nyaris sama, seperti adanya penggunaan suspensi depan teleskopik dan pelek 17 inci berpalang lima. Menariknya, ada ubahan posisi dari monosoknya di belakang. Dari sebelumnya horizontal menjadi diagonal. Efeknya, komponen tersebut tak bisa disubtitusi dari tipe lamanya.
Meski punya tampang makin sangar, tapi segi fungsionalitas tetap dipertahankan oleh Kawasaki Athlete Pro. Sebut saja posisi tangki di sasis underbonenya yang memudahkan saat mengisi bensin.
Lalu ada bagasi dengan volume cukup lega di balik jok. Selain itu, sektor pengereman juga tetap mengandalkan tipe cakram bergelombang di kedua roda. Sayangnya panel spidometer masih tipe analog dan tidak dilengkapi indikator posisi bensin di tangki.
Urusan mesin, Kawasaki Athlete Pro punya sedikit perbedaan dari pendahulunya. Basisnya tetap tipe 4-tak 125 cc SOHC silinder tunggal dengan basis Kawasaki Blitz Joy. Tenaganya tetap 9,9 PS dengan torsi 8,6 Nm.
Namun ada perubahan dengan penggunaan kopling manual 4-percepatan. Posisi perpindahan giginya pun tak lagi rotari, melainkan ala sport dengan gigi satu ke bawah dan sisanya ke atas. Spek tersebut mirip Kawasaki Z125.
Hanya saja, Kawasaki Athlete Pro masih memakai karburator Keihin PB20, bukan injeksi. Selain itu ada penambahan peranti catalytic converter dan upgrade CDI untuk efisiensi dan standar emisi Euro 3.
Saat dirilis, Kawasaki Athlete Pro berbanderol Rp 17,1 juta. Cukup terjangkau dibanding rata-rata motor ayam jago yang saat itu berbanderol Rp 19 jutaan.
Karena sosoknya yang terbilang langka, harga jual Kawasaki Athlete Pro kini tergantung pada kondisinya. Di beberapa forum jual beli, motor tersebut bisa ditebus dengan angka Rp 5 jutaan. Tapi beberapa penjual di situs jual beli online masih berani menawarkannya di harga Rp 10 juta.