Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuturkan agar masyarakat bisa memahami kondisi terkini terkait lonjakan harga BBM (bahan bakar minyak). Hal ini menyesuaikan harga minyak dunia yang melambung, dan berdampak pada harga bahan bakar yang dijual di Indonesia.
"Kita itu masih impor separuh dari kebutuhan (BBM) kita. 1,5 juta barel minyak masih impor. Artinya apa? Kalau harga di luar naik, kita harus bayar lebih banyak, supaya kita ngerti masalah ini," ungkap Jokowi mengutip siaran Youtube Sekretariat Presiden beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Jokowi Cuma Punya Motor Yamaha Vega, ke Mana Motor Chopper Emas?
Tambah Jokowi, harga minyak mentah terus naik. Sebelum pandemi Covid-19 masih sekitar 60 US Dolar per barel. Namun sekarang sudah tembus di atas 100 US Dolar per barel. Minyak mentah jenis Brent di level 105,20 US Dolar per barel, sedangkan jenis WTI di harga 102,91 US Dolar per barel.
Orang nomor satu di Indonesia itu juga memberi gambaran bahwa harga BBM di dalam negeri dengan negara lain masih terjangkau. Sebab masih memiliki jenis BBM yang disubsidi oleh pemerintah.
"Kita ini masih tahan untuk tidak menaikkan yang namanya Pertalite. Negara lain yang namanya BBM, bensin sudah di angka Rp 31 ribu, di Jerman, Singapura Rp 31 ribu, Thailand Rp 20 ribu, kita Pertalite masih Rp 7.650, Pertamax Rp 12.500, yang lain sudah jauh sekali," katanya.
Sambungnya lagi, presiden menyadari bahwa masyarakat tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. Namun keputusan menahan harga bahan bakar subsidi, berimbas pada membengkaknya biaya subsidi energi di tengah kenaikan harga minyak dunia.
"Kenapa harga kita masih seperti ini, itu karena kita tahan terus. Tapi subsidi ini membesar, kapan kita bisa menahan ini? Ini pekerjaan kita bersama-sama, saya minta kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah memiliki sense yang sama, berat nahan harga seperti ini, berat," pungkasnya.
Baca Juga: Riding Pakai Motor Listrik Gesits, Jokowi Bonceng Iriana Susuri Kampung Mola di Wakatobi
Berdasarkan data, Kementerian Keuangan telah meminta persetujuan DPR RI agar menambah anggaran subsidi energi dan kompensasi yang pada tahun ini mencapai Rp 520 triliun. Tambahan anggaran ini merupakan konsekuensi pemerintah tidak menaikkan harga BBM, LPG, serta tarif listrik walaupun harga minyak dunia naik.
Berdasarkan pantauan AutoFun Indonesia, harga jual bahan bakar oleh perusahaan pelat merah masih tergolong terjangkau dibanding operator lain. Pertalite menjadi jenis bahan bakar yang dijual termurah Rp 7.650 karena disubsidi, kemudian Pertamax masih dipertahankan di Rp 12.500 per liter.
Beda halnya dengan jenis BBM lain yang dijual operator asing di Indonesia seperti Shell, BP-AKR, dan Vivo. Harga BBM setara Pertalite yang dijual BP-AKR tembus Rp 16.800 per liter. Di bawah itu ada Vivo Revvo 89 harganya Rp 12.400.
Pun demikian halnya dengan BBM lain yang selevel Pertamax. Ambil contoh Shell Super kini tembus Rp 18.990 per liter, kemudian BP 92 harganya Rp 16.990 per liter, juga Vivo Revvo 92 yang saat ini diniagakan dengan harga Rp 15.900 per liter.
Baca Juga: Electrum Racik Ekosistem Motor Listrik di Indonesia dan Diresmikan Jokowi, Ada Gojek di Belakangnya