Medio 1980-an salah satu motor tipe sport yang banyak dipakai adalah Honda GL Pro. Motor ini sendiri menjadi pendamping Honda GL Max, dengan mengandalkan mesin 105 cc.
Ciri khas dari motor ini adalah bodi belakangnya yang mengotak, termasuk lampu belakangnya. Tak heran kalau sampai dijuluki di bokong kotak, karena bentuknya itu.
Desain mengotak memang menjadi ciri khas motor tipe sport yang bergaya kekinian kala itu. Dan tentu saja jadi terlihat beda dibandingkan motor tipe sport lain yang pakai lampu membulat.
Meski sudah lama disuntik mati, nyatanya motor ini masih eksis, bahkan di wilayah gunung Bromo, Jawa Timur, jadi andalan untuk armada ojek wisatawan, bahkan motor yang bermasalah pun ikut diangkutnya.
Baca juga : Honda Tiger Edisi Terakhir Banyak Diburu, Sang Legenda Yang Mulai Digoreng Harganya
Ini menandakan performanya tak kalah dengan motor-motor tahun muda. Bahkan saat redaksi berkunjung ke Bromo, modifikasi yang dilakukan minor, misalnya membesar ukuran gear belakang saja.
Kiprah si bokong kotak ini bermula pada tahun 1982. Motor sport ini mengendong mesin 105 cc dengan pengapian platina. Generasi ini punya julukan GP Pro mesin putih, merujuk pada warna blok mesinnya.
Walau sebenarnya warna blok mesinnya abu-abu muda. Karena masih pakai platina, tentu hal paling merepotkan saat menyetel platina, yang bisa bikin motor brebet.
Pada tahun 1985 Honda GL Pro bersolek dengan perubahan yang cukup drastis. Mesinnya terdongkrak mnejadi 145 cc, dengan pengapan CDI. Output mesin yang dihasilkan pun lebih besar.
Baca juga : Harga Bekas Makin Terjangkau, Suzuki Thunder 250 Bisa Jadi Alternatif Tiger dan Scorpio
Pada 1992 hadir Honda GL Pro dengan blok mesin hitam, berstatus CBU dari Jepang. Sayangnya peredaran harus terhenti tahun 1994. Hanya dua tahun saja masa edarnya.
Terakhir adalah munculnya Honda GL Pro Neotech, dengan kubikasi mesin 160 cc. Meski disukai masyarakat, kiprahnya harus terhenti pada tahun 1999, yang mesinnya jadi cikal bakal Honda Megapro.
Tren motor lawas yang kembali dipakai dan direstorasi, ternyata turut mengerek harga jual bekasnya. Apalagi jika unit yang ditawarkan benar-benar orisinil.
Seperti Cakra Khrisna yang melepas Honda GL Pro tahun 1998 dengan banderol Rp 15 juta. "Kondisinya asli semua, pajak hidup, kaki-kaki seger dan ban baru," katanya yang juga owner Garasi 054.
Baca juga : Mengenal Kiprah Honda CBR250R MC41 di Indonesia, Si Penantang Ninja Karbu
"Harga itu masih nego, dan lihat yang lain juga pasang harganya segituan," katanya saat dihubungi Autofun.co.id. Dan memang, untuk unit dengan kondisi standar rata-rata pasang harga belasan juta.
Nah, ada yang berminat berburu unit bekasnya?