Dalam beberapa waktu terakhir, terjadi dua aksi perkelahian di jalan raya. Kedua kasus ini berawal dari pengendara yang umbar emosi saat berkendara di jalan. Patut disayangkan, karena akibat dari tingkah arogansi ini malah berujung di bui.
Kasus pertama yaitu soal pemukulan anggota TNI AD oleh oknum anggota komunitas Harley Owners Group Siliwangi Bandung Chapter (HOG SBC) yang sedang touring ke Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam. Hal ini berawal sebagai reaksi pengendara Harley Davidson yang tidak terima ditegur oleh anggota TNI AD. Teguran ini dilayangkan lantaran pengendara Harley-Davidson ini menggeber motornya untuk minta jalan.
Padahal secara peraturan, tidak ada kewajiban pengendara untuk memberikan prioritas jalan kepada konvoi motor gede (moge). Hal ini juga sudah tertuang jelas dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 134.
Undang-undang tersebut menyatakan, hanya ada tujuh kendaraan yang harus diprioritaskan. Jenis kendaraan tersebut yaitu pemadam kebakaran, ambulans, kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas, kendaraan pimpinan lembaga negara kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara, iring-iringan pengantar jenazah, dan konvoi dan/atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Bisa jadi, karena konvoi ini mendapat pengawalan dari Polri, merasa termasuk dalam bagian yang harus diprioritaskan. Sebenarnya tanpa harus geber-geber, pengguna jalan juga tetap boleh memberikan jalan kepada rombongan moge dengan alasan kecepatan mereka yang lebih tinggi. Jadi, ada saling menghormati antara konvoi moge dan pengguna jalan.
Hal yang seringkali terjadi, konvoi moge dengan memacu kecepatan tinggi memaksa pengendara lain mau tidak mau harus minggir dan memberikan jalan. Hal ini jelas menyulut emosi, tapi dengan kita 'mengalah' memberikan jalan kepada konvoi tersebut mengurangi risiko konflik yang akan terjadi.
Kasus yang terjadi di Bukittinggi ini sebenarnya bisa dihindari andaikata pengendara moge bisa legowo dan menerima kesalahannya. Teguran dari pengguna jalan lain tidak berarti membuat image pengendara Harley-Davidson jadi jelek. Bahkan dari teguran tadi, pengendara moge bisa lebih berhati-hati dan mawas diri.
Pengeroyokan dua prajurit TNI yang dilakukan oleh anggota klub Harley-Davidson di kawasan Simpang Tarok, Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat (30/10/2020) pekan lalu malah memperlihatkan arogansi anggota klub saat melakukan konvoi. Aksi yang tidak terpuji tersebut tentunya melabeli buruk di kalangan anggota klub motor yang selama ini sering melakukan touring.
Akibat dari aksi pemukulan tersebut, pengendara Harley-Davidson harus mendekam di sel Polres Bukittinggi menjalani proses hukum.
Kasus berikutnya terjadi di kawasan Alternatif Cibubur, Bekasi, Jawa Barat. Beredar video di media sosial yang memperlihatkan perseteruan antara Toyota Fortuner dengan Suzuki Vitara. Kedua mobil yang berseteru terlihat saling memepet satu dengan yang lain hingga bersenggolan, saling menyerempet, dan seakan tak mau mengalah.
Sayangnya, video ini tidak menjelaskan kronologi awal penyebab munculnya perselisihan antara Fortuner dan Vitara. Keributan seperti ini biasanya muncul akibat lepas kontrol emosi, sehingga muncul arogansi. Untuk itu, pengendara sebaiknya menghindari situasi yang dapat menimbulkan emosi di jalan raya.
Pengendara sebaiknya menghindari situasi yang dapat menimbulkan emosi di jalan raya. Akan sangat penting untuk menjunjung tinggi sikap menghargai pengguna jalan lain, kepada siapa saja. Ini termasuk kepada petugas di jalan raya atau bahkan dengan orang yang dianggap mengemudikan kendaraan secara agresif.
Kita tidak tahu alasan seseorang berkendara secara agresif, dan bukan berarti dia pasti punya sikap yang arogan. Kita perlu berpikir positif, mungkin saja dia sedang buru-buru ada urusan penting yang tidak bisa dikompromikan.
Perlu kalian camkan, tidak ada untungnya bila emosi dibiarkan meluap, apalagi saat berkendara. Banyak konsekuensi buruk yang akan dihadapi, baik secara hukum maupun sosial dan relatif akan merugikan diri sendiri.
Berkaca pada dua kasus di atas, membuktikan kalau sikap arogansi akan merugikan diri sendiri. Pada kasus pemukulan anggota TNI AD oleh oknum anggota komunitas HOG. Insiden ini berujung pada penahanan oleh pihak kepolisian Polres Bukittinggi kepada anggota HOG.
Pada kasus berikutnya soal keributan antara pengemudi Toyota Fortuner dengan Suzuki Vitara di Cibubur. Memang tidak disebutkan lebih lanjut apakah perselisihan ini berujung penindakan hukum atau tidak. Tapi yang pasti, kedua mobil yang saling serempet ini bonyok.
Kunci dari keselamatan berkendara di jalan selain fokus adalah jaga emosi. Seringkali pengguna jalan terpicu emosinya hingga tidak bisa mengontrol kemarahan. Ujungnya pasti tingkah tak terpuji, atau bahkan insiden yang merugikan diri sendiri.