Dominasi sepeda motor jenis matic memang tak dapat disangkal. Sebagai contoh pada 2020 lalu. Meski sedang dilanda pandemi COVID-19, segmen yang diisi oleh Honda BeAT dan motor matik lainnya itu masih tetap mendominasi. Bayangkan, dari 3.660.616 unit motor terjual di pasar domestik, 87,9% penjualan berasal dari motor-motor tersebut.
Tanda-tanda Honda BeAT dan motor sejenisnya kian meraja pun kembali terlihat pada tahun ini. Terpantau dari situs resmi AISI (Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia), sebanyak 2.826.728 unit sepeda motor terjual semenjak periode Januari-Juli 2021. Lagi-lagi, skuter matik alias skutik mendulang persentase 86,95% dari keseluruhan penjualan.
Baca juga: Selain Murah, Ini Lima Hal Paling Menarik dari Honda Beat
Bukan tanpa alasan. Skutik dipilih lantaran menawarkan kepraktisan sebagai penunjang mobilitas. Yap, cukup puntir gas saja motor langsung bisa diajak berlari. Apalagi jika Anda memilih skutik berbadan ringkas seperti Honda BeAT, Yamaha Gear 125 atau Suzuki Nex II. Kendati pun berkendara di antara kemacetan, kondisi itu tak menjadi kendala berarti.
Sebaliknya, motor berkopling manual seperti motor bebek atau motor sport justru dirasa kurang praktis untuk penggunaan di dalam kota. Meski begitu, Honda BeAT dan skutik lain itu bukannya tak punya kekurangan. Nah, berikut ini daftar kekekurangan motor matic.
Sekarang ini, masyarakat jelas sudah mengesampingkan pendapat bahwa motor matic itu boros. Toh, buktinya hal yang berkaitan dengan efisiensi inipun dijadikan salah satu nilai jual pihak pemegang merek.
Baca juga: Perbandingan Cicilan Honda Beat dan Yamaha Gear 125, Sama-sama Dipatok Mulai Rp 700 Ribuan
Pembuktian akan hal tersebut bisa dilihat dari Honda BeAT yang diklaim PT Astra Honda Motor (AHM) memiliki konsumsi BBM 60,6 km/liter. Akan tetapi, tetap saja pencapaian itu tidak bisa seirit motor manual. Sebagai contoh ketika membandingkannya dengan Honda Revo X. Dengan kubikasi mesin nyaris sama, motor bebek Honda ini mampu menorehkan catatan sebesar 62,20 km/liter.
Kemudahan lantaran hanya perlu puntir gas saja tadi, juga menjadi salah satu kelemahan skutik. Misalnya saja saat menemui jalanan menanjak dan curam, ditambah lagi bobot pengendara lumayan berat. Performa skutik pasti akan kedodoran. Bisa saja memaksakan memutar gas lebih dalam. Konsekuensinya, penggunaan BBM menjadi lebih banyak (boros).
Kelemahan lain skutik juga terlihat saat menemui jalan menurun. Berbeda dengan motor kopling basah. Ketika menghadapi kondisi demikian, engine brake atau pengereman mesin bisa dilakukan dengan cara menurunkan perseneling ke gigi rendah.
Baca juga: Biar gak Celaka, Pahami Cara Pakai Kopling di Tanjakan dan Turunan
Engine brake sendiri bukannya tidak ada pada skutik. Toh, skutik memiliki driven pulley yang akan melakukan buka-tutup saat adanya pengurangan kecepatan. Namun, untuk mendapatkan engine brake tersebut pengendara skutik mesti menurunkan tuas gas lalu memutarnya lagi (membuat gas menggantung).
Akan tetapi, perlambatannya jelas tidak akan optimal ketika mendapati turunan yang curam. Walhasil, kedua tuas rem lah yang akan bekerja lebih banyak.
Sebagaimana diketahui, ukuran roda skutik tidak seperti motor bebek maupun motor sport. Ukuran pelek dan roda yang dipakai umumnya berdiamater 12 inci, 13 inci dan 14 inci. Hal ini membuatnya kurang nyaman saat melewati kontur jalan tidak rata. Untuk mengurangi ketidaknyamanan itu, pemilik cenderung mengganti ban skutik mereka dengan desain kembangan lebih tebal.
Baca juga: Turunan Cangar Kerap Bikin Rem Skutik Blong, Ternyata Ini Sebabnya
Biaya perawatan yang mahal lantaran skutik memiliki komponen lebih banyak dari motor manual. Contoh paling mudah adalah perangkat yang ditugaskan untuk menyalurkan output mesin ke roda belakang.
Pada motor manual hanya terdapat sproket (gir) dan rantai saja. Sementara kita ketahui, CVT skutik saja terdiri dari setidaknya 15 komponen. Pastinya pemilik skutik harus merogoh kantong lebih dalam ketika item penerus daya itu harus diganti.
Berkaitan pula dengan CVT, kita tahu, setiap komponen di dalamnya memiliki usia pakai. Oleh karena itu, perawatannya pun harus dilakukan secara berkala di bengkel. Sebagian dari Anda mungkin bisa mengerti dan bisa membukanya lantaran dilengkapi dengan peralatan memadai.
Namun, hal ini tentu saja tidak bisa dilakukan oleh semua pemilik skutik. Satu-satunya cara adalah rajin-rajin datang ke bengkel untuk servis. Yang artinya, Anda harus mengeluarkan lagi uang setidaknya untuk jasa servis.