Yamaha PG-1 mungkin belum banyak yang pernah dengar, maklum saja karena motor ini belum masuk Indonesia.
Tapi motor bebek bergaya trail itu sudah resmi dijual dibeberapa negara Asean, seperti Thailand dan Filipina.
Dari tampilannya, jelas kalau motor ini disiapkan untuk jadi kawan Honda CT125 yang sama-sama bebek trail.
Yamaha PG-1 di Thailand resmi dijual dengan harga 64.900 bath atau sekitar Rp 28 jutaan.
Sementara Honda CT125 dijual lebih mahal dengan 84.900 bath, atau berkisar Rp 37 jutaan.
Baca juga : Paten Desain Honda ADV250 Terdaftar di Indonesia, Hadir Pakai Mesin eSP+ Forza 250?
Dengan sodoran harga yang lebih terjangkau, Yamaha PG-1 bisa jadi opsi menarik.
Apalagi dibeberapa negara Asean lainnya, motor bebek trail mulai digandrungi.
Lantas apakah motor ini akan masuk pasar Indonesia tak lama lagi?
Menariknya ada tanda-tanda positif perihal kemunculan Yamaha PG-1 di Indonesia.
Bukan bocoran unit yang sedang tes jalan, melainkan desainnya sudah dipatenkan di Indonesia.
Seperti terlihat disitus Dirjen Kekayaan Intelektual, yang didaftarkan 29 September 2023 lalu dan dikabulkan 16 Februari 2024 kemarin.
Terdapat enam gambar Yamaha PG-1, yang tertulis didesain oleh Toshihiro Nakai dan Shingo Kimata.
Tapi meski terdaftar patennya di Indonesia, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi.
Baca juga : Paten Yamaha MX King 155 Terdaftar di Indonesia, Rilis Tak Lama Lagi?
Pertama motor ini memang ada rencana dijual, dan kedua hanya untuk melindungi agar tak dicuri desainnya oleh brand lain.
Antonius Widiantoro, Assistant GM & Public Relation PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing angkat bicara soal PG-1.
Menurutnya ada banyak pertimbangan sebelum pabrikan memutuskan untuk memproduksi dan menjual.
"Bukan karena sedang tren dan motornya bagus, kita ikutan menjual, banyak hal yang harus dihitung," katanya di Bandung beberapa waktu lalu.
Baca juga : Ngegas Honda CT125, Begini Rasanya Motor Bebek Termahal di Indonesia
Perlu riset seberapa menarik motor ini untuk pasar Indonesia, lalu harga jual yang pas dan hitungan investasi pabrik untuk merakitnya.
Terlebih saat ini penjualan motor didominasi jenis skuter matic, sementara segmen bebek semakin tergerus.
Jadi perhitungannya harus cermat, apalagi motor ini masuk kategori hobi, yang mana pasarnya sedikit.