Dua orang siswi SD menjadi viral di media sosial bukan karena keahliannya mengendarai sepeda motor, melainkan karena nyangsang di atap rumah warga.
Diketahui, peristiwa menimpa dua gadis yang menghebohkan jagat maya tersebut sempat diunggah akun X milik @imyourszs.
"Ari neng kunaon atuh bet momotorsan teh tepi kana luhur kenteng batur (hei kamu kenapa bisa naik motor sampai ke atas genteng warga)," tulis @imyourszs.
Kabarnya, peristiwa yang terjadi di Jalan Ciwangkid, Desa Cikuya, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya, dikarenakan sang pengendara yang berboncengan melewati jalan menurun, kemudian remnya blong.
Ada pun dari video yang beredar, motor yang dikendarai kedua siswi tersebut adalah Honda Vario 110.
Baca juga : Yamaha Aerox dan R15M Kena Recall di Malaysia, Gara-Gara Part Ini!
Meski peristiwa nahas tersebut sangat mengkhawatirkan, namun hal ini rupanya menjadi candaan bagi para netizen karena merasa bingung, kok bisa?
@Faisalsnc66 ada aja gebrakan the nuruls
@ridwanjurnal70 Fast Furious 6
@kaptenblink tolong diinfokan udah turun dari atap apa belum itu wkwkwk kasihan ya allah tapi ngakak
@bapernewscom maaf ya aku ngakak wekwkwk ini mbanya pulang pulang update My Life My Adventure gak sih?
@ReyhanIsmail_ Definisi bidadari jatuh dari langit
@masgah_ ini mbaknya belajar ilmu dimana ya, kok bisa terbanh gitu
Berdasarkan informasi yang beredar, dua gadis yang naik motor dan tersangkut di atap rumah warga tersebut adalah siswa SD.
Dan sudah barang tentu belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) karena di bawah usia 17 tahun.
Ya, sejatinya syarat mengendarai sepeda motor harus memiliki SIM C, dimana minimal 17 tahun.
Peristiwa ini sendiri membuat Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana angkat bicara.
Berdasarkan contoh kasus di atas, Sony yang juga merupakan pakar keselamatan berkendara sangat menyalahkan peran orang tua si anak.
Baca juga : Murah, Yamaha FreeGo 125 Connected Bekas Gak Sampai Rp 20 Juta!
"Menurut gw, salah dalam menerjemahkan kemampuan si anak ketika sudah bisa naik motor," ujar Sony.
"Bisa naik motor belum tentu mampu mengendalikan motor, karena mengendalikan motor ada dua, keadaan normal dan tidak normal," tambahnya.
Lebih lanjut Sony menyatakan, jika kondisi tidak normal karena jarang diperhatikan, maka rata-rata orang tua itu hanya berpesan hati-hati di jalan.
Sebaliknya, jika kondisi normal orang tua akan lebih banyak bicara dan menanyakan kesanggupan si anak, termasuk menyampaikan cara berkendara yang baik dan benar.
"Jadi jangan bangga ketika si anak di bawah umur (di bawah 16 tahun) sudah bisa naik motor," ucapnya.
Kata Sony, ada baiknya jika ingin mengajarkan anak untuk mahir berkendara, maka dibekali ilmu-ilmu safety riding.
Karena naik motor nggak cuma bicara motorik, tapi ada komunikasi, ada sikap, mental, emosi yang harus stabil, sehingga dalam mengambil keputusan harus benar-benar matang.