Pertamina baru saja mengumumkan sudah berhasil melakukan uji coba SPBU hidrogen pertama d Indonesia.
Bekerja sama dengan Toyota, ketersediaan SPBU hidrogen ini lokasinya ada di SPBU Pertamina di Daan Mogot, Jakarta Barat.
Apakah langkah ini merupakan persiapan Toyota untuk memasarkan mobil berbahan bakar hidrogen fuel cell di Tanah Air? Ternyata tidak juga.
Bob Azam, Wakil Direktur Utama PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menjelaskan jika langkah ini hanya bentuk kerjasama dukungan kepada pihak Pertamina.
"Selama ini kan kita memang berkolaborasi dengan pihak-pihak penyedia energi bersih, satu diantaranya Pertamina," ucap Bob saat ditemui di xEV Center, Karawang, Jawa Barat, Senin (22/01/2024).
Ia menjelaskan, hidrogen juga patut diperhitungkan sebagai bahan bakar yang green energy, karena emisi yang dihasilkan jauh lebih baik daripada bahan bakar fosil.
"Bahkan nyaris gak ada emisi kan, karena knalpotnya itu keluar air," ucap dia.
Tapi ketika disinggung apakah ini termasuk bagian dari rencana Toyota menghadirkan kendaraan hydrogen fuel cell, Bob mengelak.
"Ya intinya Pertamina sedang mengembangkan bahan bakar hidrogen dan kita punya kendaraan berteknologi hidrogen, ya mereka nyajakin untuk bisa saling melengkapi satu sama lain," katanya.
Baca juga: Toyota Pakai Mobil Bermesin Hidrogen Buat Balapan, Seberapa Hebat?
Seperti kita ketahui, Toyota secara global sudah memiliki model berbahan bakar hidrogen, yaitu melalui Toyota Mirai.
Mirai hadir di tahun 2014 dan menggunakan teknologi Toyota Fuel Cell System (TFCS) yaitu perpaduan antara teknologi fuel cell dan hybrid sehingga hasil pembakarannya tanpa CO2 sama sekali.
Mobil ini diklaim bisa melaju sejauh 480 kilometer (km) melalui seluruh hidrogen yang ada dalam tangkinya sampai bahan bakar tersebut habis tak tersisa.
Kemudian di akhir tahun 2020, generasi kedua dari Mirai diperkenalkan di Jepang dengan kapasitas hidrogen yang lebih besar.
Untuk sumber tenaganya, mesin Toyota Mirai 2023 mengandalkan motor penggerak yang mampu memproduksi daya maksimum 182 PS dengan torsi puncak 300 Nm.
Yang istimewa dari Mirai generasi kedua adalah keberadaan 3 tangki penyimpanan hidrogen yang membuat dan daya jelajahnya bisa mencapai 850 kilometer pada pengetesan mode WTLC.
Apakah mobil ini bakal masuk ke Indonesia setelah tersedia layanan SPBU hidrogen dari Pertamina? Bob pun menyatakan belum tentu.
Menurut dia, Toyota akan lebih dulu menunggu sejauh mana langkah yang akan dilakukan Pertamina untuk proses pengembangan jaringan infrastruktur pengisian hidroge ini.
"Mereka kan pasti sebelum kerjasama udah ada poin-poin mau bangun berapa stasiun. Toyota maunya setelah ada berapa stasiun baru mau jual mobilnya. Kalau cuma satu doang di Daan Mogot berarti mobil itu cuma buat warga disitu saja," ujar Bob.
Ia menilai, apa yang sedang terjadi di Indonesia sebenarnya mirip dengan yang ada di Thailand.
Karena disana terlebih dulu membangun jaringan infrastruktur pengisian bahan bakarnya terlebih dahulu baru menjual mobilnya secara massal.
"Ini konsepnya sama dengan di Thailand, tinggal diperkuat aja, jadi bahan bakarnya dulu yang diperkuat, jangan sampai kita sudah bawa mobilnya ban bakarnya gak ada," jelas dia.
Baca juga: Pertamina Mulai Sediakan SPBU Pengisian Hidrogen di Indonesia, Kerjasama dengan Toyota
Sama seperti jaringan pengisian bahan bakar yang lain, termasuk charging station untuk electric vehicle, SPBU pengisian hidrogen diungkapkan oleh Bob juga perlu standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
"Kita perlu standarisasi. Misalnya pengisian hidrogen itu kan tekanannya kan pakai tekanan tinggi, sampai 700 bar. Sedangkan standar kita tuh membolehkan sampai berapa bar? Misalnya hanya boleh 150 standarnya. Nah jadi regulasinya itu jelas ya," katanya.
Tapi lagi-lagi dia mengungkapkan saat ini mungkin pemerintah belum bisa cepat menyusun standar untuk pengisian hidrogen lantaran ketersediaan bahan bakarnya juga belum masif.
"Tidak mungkin lah pemerintah membuat standar yang barangnya juga belum ada. Tapi kita sudah bekerjasama juga dengan BRIN, supaya BRIN yang nanti bisa ikut bantu bangun standar seperti apa. Tapi itu baru dari segi tekanan lho ya, belum standar untuk lainnya," jelas Bob.
Karena itulah ia lagi-lagi menjelaskan, Toyota tidak mungkin menyediakan sebuah kendaraan yang diproduksi massal dan dijual untuk masyarakat, namuan pada akhirnya nanti malah menjadikan masyarkaat khawatir saat menggunakannya.
"Kembali lagi, intinya Toyota mau memberikan Peace of Mind, jadi masyarakat tidka khawatir saat menggunakan mobilnya," tukas Bob.
Baca juga: Toyota Pakai Mobil Bermesin Hidrogen Buat Balapan, Seberapa Hebat?
Meskipun bahan bakar hidrogen belum familiar, namun memang layak untuk dipertimbangkan sebagai pengganti BBM seperti gasoline maupun diesel.
Pasalnya, Toyota Mirai generasi kedua dalam sebuah uji coba di Eropa mampu meyakinkan diri dengan mencapai jarak 1.003 km dengan sekali pengisian hidrogen.
Catatan ini lebih jauh 650 Km dibandingkan dengan Mirai pendahulunya yang hanya mencapai jarak 502 km.
Kemampuan ini membuatnya menjadi mobil listrik dengan rekor baru dunia dalam jarak tempuh terpanjang sekali pengisian bahan bakar.
Dalam uji coba Mei 2021 lalu, Mirai yang start dari stasiun hidrogen di Orly, Perancis, mampu menyelesaikan jarak tempuh sejauh 1.003 km, dengan konsumsi bahan bakar rata-rata 0,55 kg/100 km.
Mobil hidrogen ini dianggap mampu menghilangkan emisi dan perlahan akan memberikan ekspektasi lebih pada pengguna kendaraan masa depan.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
{{variantName}}
{{expSellingPriceText}}
{{carMileage}} km
{{registrationYear}} tahun
{{storeState}}