Elektrifikasi kendaraan, khususnya di segmen roda dua memasuki tahapan lebih serius. Dua pabrikan Jepang, Honda dan Yamaha bersepakat membentuk konsorsium dengan jenama Eropa yakni KTM AG dan Piaggio Group. Dilakukan sebagai inisiasi dalam rangka penetapan standardisasi baterai sepeda motor listrik di Eropa. Namun, tidak menutup kemungkinan bakal berlaku global.
Seperti disampaikan Visordown, keempat pabrikan baru saja mendatangani letter of intent terkait pendirian konsorsium tersebut, Senin (1/3). Visi paling utama tentu saja menyangkut kemudahan bagi pengguna motor listrik mereka di masa mendatang. Oleh karenanya, penentuan spesifikasi teknis baterai menjadi misi utama dari himpunan ini.
Dengan kata lain, sel baterai yang teraplikasi bakal sama pada produk dari masing-masing pabrikan (universal). Tak cuma itu, secara spesifik juga diterangkan bahwa semua pemasok daya itu akan menggunakan jenis swappable battery. Tinggal nantinya disesuaikan menurut peruntukkan tiap model, baik itu sepeda motor roda dua, tiga (tricycles) bahkan empat roda (quadricycles) sekalipun.
Tipe baterai demikian pun jelas memudahkan pemilik sepeda motor listrik. Pasalnya, mereka tidak perlu lagi bergantung dengan tempat pengisian baterai (charging station) dan menunggu sampai baterai motor terisi penuh. Ketika baterai kehabisan daya, pemilik bisa langsung melepas lalu menggantinya dengan yang baru.
Baca juga: Motor Listrik belum Menarik untuk Indonesia? Ini Alasannya
"Upaya elektrifikasi di seluruh dunia untuk mengurangi CO2 dalam skala global semakin cepat, terutama di Eropa. Untuk adopsi sepeda motor listrik secara luas, masalah seperti jarak perjalanan dan waktu pengisian perlu diatasi dan baterai yang dapat ditukar adalah solusi menjanjikan. Mempertimbangkan kenyamanan pelanggan, standardisasi baterai dan adopsi sistem baterai yang luas sangat penting. Itulah sebabnya empat produsen anggota setuju untuk membentuk konsorsium," kata Noriake Abe, Managing Officer of Motorcycle Operations for Honda.
Pihak Yamaha pun menyambut positif pembentukan tersebut. Bahkan, tidak menutup kemungkinan menjadi standar di seluruh dunia. "Saya percaya pembentukan konsorsium ini memiliki arti penting tidak hanya untuk Eropa tetapi dunia. Saya yakin bahwa melalui pekerjaan seperti ini, spesifikasi dan standar teknis yang saat ini berbeda menurut karakteristik regional atau keadaan industri di pasar, akan disatukan. Dan, di masa depan dapat membantu dalam memaksimalkan pemanfaatan listrik. Kekuatan untuk pelanggan di tingkat global," ungkap Takuya Kinoshita, Executive Officer dan Chief General Manager of Motorcycle Business Operations for Yamaha.
Untuk saat ini memang baru ada empat pabrikan yang bergabung. Namun, langkah-langkah untuk mengundang brand lain sepertinya sudah dijalankan. Termasuk dua pabrikan Jepang lain yakni Suzuki dan Kawasaki. Setelah itu, tinggal menunggu saja aktivitas mereka yang rencananya mulai berjalan pada Mei 2021 nanti.
Teruntuk pabrikan negeri Sakura, swappable battery ini sudah teraplikasi di produk buatan mereka. Sebagai contoh Yamaha EC-05 yang ditujukan untuk pasar Taiwan. Tentu tidak seorang diri. Pasalnya, Yamaha turut menggandeng sebuah perusahaan lokal Gogoro Smartscooter yang notabene memiliki teknologi tersebut.
Ya, seluruh perangkat elektrik seperti baterai sepenuhnya dipasok oleh perusahaan asal Taiwan tersebut. Termasuk pula motor listrik, suspensi hingga sistem pengeremannya. Maka wajar, jika Yamaha EC-05 bisa berbagi dengan skuter listrik lain di tempat pengisian dan penukaran baterai bentukan Gogoro (GoStation).
Baca juga: Masa Depan Motor Listrik di Indonesia Cerah, Salah Satunya Pajak Ringan!
Beda dengan kompatriot, Honda justru menerapkan baterai yang bisa ditukar itu terhadap produk eksisnya yaitu Honda PCX. Bedanya, skutik ini belum dijual massal ke khalayak melainkan sebatas disewa untuk kebutuhan korporasi. Tak hanya di Jepang, contoh penerapannya jua sudah terjadi di Indonesia. Pada 2019 silam misalnya, PT Astra International Tbk memasok Honda PCX electric untuk perusahaan ojek online Go-Jek.
PCX listrik sendiri dimodali dua baterai lithium-ion, masing-masing berdaya 50,4 Volt dengan kapasitas 20,8 ampere. Pasokan tersebut membuat PCX tanpa bensin mengeluarkan daya 5,7 PS di 5000 rpm. Tapi, torsi yang dihasilkan cukup melimpah yakni 18 Nm sejak putaran 500 rpm.
Saat kondisi baterai penuh, ia dapat diajak berkendara hingga 69 km. Sementara untuk pengisian ulang daya, dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah melepas baterai dari motor, lalu mengisinya di charging station dengan durasi 4 jam. Sedangkan cara kedua mengisinya secara langsung (tanpa mencopot baterai dari motor) melalui soket Untuk cara itu lamanya pengecesan berlangsung 6 jam.
Bisa dikatakan pengaplikasian swappable battery ini sudah terjadi di beberapa negara, termasuk Indonesia. Lantas, apakah konsorsium ini juga ikut memerhatikan soal harga jual motor listrik tersebut ke depan? Seperti kita ketahui, harga motor listrik sekarang ini masih sangat mahal. Salah satu faktor yang membuat banderolnya menjulang, tak lain berasal dari teknologi baterainya.