Dengan kecepatan tertinggi di atas 300 km/jam dan kerap berbelok saat di atas 100 km/jam membuat peran suspensi atau sokbreker menjadi penting. Terutama untuk membantu motor tetap stabil dan mudah dikendalikan.
Spekulasi pun kerap beredar. Di mana banyak yang berpendapat jika makin keras suspensi balap, maka makin baik dan stabil motornya. Apakah pernyataan ini benar atau mitos semata?
Dikutip dari Tech Talk MotoGP, suspensi menjadi salah satu komponen penting dalam menentukan keseimbangan sepeda motor dan distribusi bobot. Tak terkecuali suspensi depan. Hal tersebut langsung dirasakan pembalap saat melakukan pengereman dan menikung.
Baca juga : Cerai dari Aprilia, Tim Gresini Pacu Motor Ducati di MotoGP 2022
Tipe suspensi depan MotoGP dikenal dengan julukan up side down dengan tabung di bagian atas dan selongsong di bawah. Yang secara tampilan kini diaplikasi untuk motor harian, Honda CB150R Streetfire terbaru contohnya.
Dijuluki upside down, karena secara posisi terbalik dari suspensi teleskopik konvensional yang bagian tabungnya ada di bawah dan selongsong di atas.
Jarak main atau travel suspensi depan MotoGP sejauh 130 mm. Sementara tingkat kekerasan suspensi depan diatur oleh komponen per di dalam tabungnya. Per tersebut akan meredam tekanan yang hadir dari gas dan oli yang terdapat di bagian bawah suspensi.
Ukuran kekerasan per dalam satuan Newton Meter layaknya torsi. Makin besar angkanya, makin keras juga suspensinya. Hukum ini berlaku pula sebaliknya. Per tersebut dapat digonta-ganti sesuai kebutuhan pembalap juga karakteristik sirkuitnya.
Baca juga : Mantan Pembalap MotoGP ikut Kembangkan Italjet Dragster, Apa Menariknya Skutik Radikal Ini?
Lalu seperti apa efeknya? Masing-masing punya nilai lebih dan juga kekurangan. Misalnya untuk penggunaan per yang keras (hard spring) di trek, salah satu keunggulannya akan memberi dukungan lebih baik saat mengerem.
Ini karena per suspensi keras memiliki daya kejut yang sedikit. Sehingga tidak membuat ketinggian motor langsung amblas saat melakukan pengereman.
Baca juga : Bangga, Yamaha Nmax 125 2021 Produksi Lokal Jadi Motor Paddock MotoGP!
Kelemahan per keras adalah kinerja ban motor yang lebih ekstra. Kondisi tersebut membuat ban depan lebih cepat aus dan berpotensi mengurangi cengkraman ban ke aspal secara signifikan.
Baca juga : Intip Ragam Fitur Canggih Honda CBR250RR 2021, Motor Sport dengan Teknologi Motor Balap MotoGP
Selain itu, potensi kehilangan grip saat berbelok cukup besar. Karena efek pantulan cukup besar saat motor menikung.
Sementara per yang lebih empuk atau tipe soft spring juga memiliki kelebihan. Diantaranya lebih mudah untuk mengoreksi geometri motor saat menikung. Serta mampu menghemat kompon ban karena tidak membutuhkan kinerja lebih untuk mendapat traksi.
Kelemahannya, motor lebih sulit dikendalikan ketika melakukan pengereman berat. Selain itu, potensi amblas pada suspensi juga dapat menyulitkan pembalap mendapat traksi yang diinginkan saat berbelok.
Baca juga : Yamaha Hadirkan Aerox 155 Connected 2021 Livery MotoGP, Harga Hanya Naik Rp 500 Ribu Saja
Jadi bukan dicari yang makin keras. Itu sekadar mitos. Namun suspensi yang pas tetap patut disesuaikan dengan karakter sirkuit dan gaya berkendara pembalap itu sendiri.
Untuk bahannya, rata-rata memakai bahan karbon untuk tabungnya, meski ada juga yang menggunakan bahan almunium. Tabung karbon memiliki kelebihan dari sisi bobot.
Di mana bahan tersebut lebih ringan 400 gram dari almunium. Sedangkan selongsongnya tetap menggunakan bahan almunium dengan warna emas yang khas.
Baca juga : Terpuruk Sepanjang 2021, Marc Marquez Bakal Sulit Pertahankan Tahta di Sachsenring
Oiya, ada beberapa pemasok suspensi di MotoGP seperti WP Suspension dan Ohlins. Merek Showa juga pernah hadir di MotoGP untuk memasok suspensi dari motor Honda. Namun kini sudah digantikan oleh Ohlins.
Selanjutnya, kami akan bahas suspensi belakang motor MotoGP.