Blusukan dengan motor off-road atau trail sambil menikmati suguhan pemandangan alam, menjadi salah satu cara healing paling ampuh bagi sebagian bikers. Namun untuk melakukan giat berjuluk terabasan ini, pengendara perlu mempersiapkan riding gear yang maksimal.
Tidak cukup sekadar punya motor trail. Pengendara juga harus dibekali berbagai perangkat keamanan untuk menghindari cedera selama berkegiatan.
Menurut Hendrik Ferianto, Instruktur Safety Riding PT Astra Honda Motor (AHM) Safety Riding Park, riding gear off-road sangat berbeda dibandingkan peruntukkan berkendara on-road.
Hal tersebut karena kondisi jalan dan lingkungan yang sangat berbeda. “Perlu ada penyesuaian, mulai dari perlengkapan hingga teknik berkendaranya,” ucap Hendrik.
Baca juga: Update Harga Matic Honda Agustus 2023, Beat Kini Nyaris Rp 19 Juta!
Lalu, apa saja yang perlu disesuaikan? Berikut beberapa hal yang menurut Hendrik wajib diperhatikan para off-roader saat akan melakukan terabas.
Jika diperhatikan, bagian depan terutama area rahang dari desain helm trail didesain lebih maju. Tak hanya memaksimalkan sirkulasi udara, desain tersebut juga berfungsi untuk meningkatkan perlindungan pada rider.
“Ada jarak lebih luas antara mulut dengan bagian depan helm, sekitar 4 jari. Saat berkendara yang memacu adrenalin dan sulit mengatur nafas, jarak ini memberikan ruang untuk asupan oksigen lebih banyak. Lalu, perlindungan maksimal juga bisa didapatkan jika terjadi benturan pada bagian wajah,” kata Hendrik.
Helm spesifikasi off-road juga didesain dengan pad atau topi lebih panjang. Bagian ini berguna untuk melindungi mata pengendara dari cipratan tanah pengendara lain di depan. Atau meminimalisasi risiko saat terdapat benda jatuh dari dataran lebih tinggi.
Baca juga: Kredit Motor Honda Meroket, FIFASTRA Kucurkan Rp 13,7 Triliun di Semester I 2023
Bobot helm off-road, terutama untuk kompetisi umumnya lebih ringan, “Idealnya tidak lebih dari 1 kg. Jika terlalu berat, bagian belakang leher akan cepat lelah dan stres. Tapi ini berlaku untuk balap motocross. Tidak terlalu masalah untuk kegiatan terabas,” sambungnya.
Kacamata atau google khusus untuk keperluan berkendara off-road biasanya terpisah, tidak menjadi satu bagian dengan helm. Bagian google yang terpisah mencegah pengembunan pada kaca ketika terjadi percepatan nafas efek meningkatnya adrenalin pengendara.
Berkendara off-road, menurut Hendrik tidak disarankan menggunakan kaos, tetapi lebih mempertimbangkan bahan jersey. Karena saat tubuh berkeringat, bahan pakaian jersey lebih mudah menyerap keringat tapi juga cepat kering.
“Kalau kaos mudah menyerap, tapi sulit kering. Dikhawatirkan berpotensi memicu masalah pada tubuh jika tubuh dalam kondisi basah dalam jangka waktu lama. Misalnya hipotermia yang ditandai mual, muntah, dan sebagainya,” jelasnya.
Sarung tangan dalam hal ini disarankan menggunakan bahan yang halus dan lentur. Ini untuk mendukung gerakan tangan yang membutuhkan gerakan cepat saat melintasi medan ekstrem.
Baca juga: Heboh Honda CBR250RR 4 Silinder Bangkit dari Kubur, Ternyata...
Sepatu off-road harus tinggi dengan menutupi tulang kering dan betis, juga harus keras atau kaku, namun tidak disarankan menggunakan sepatu berbahan karet.
“Fungsinya melindungi tulang kering saat terjadi benturan, lalu mencegah kontak langsung dengan leher knalpot. Off-road itu medan yang labil, potensi jatuh akibat kontur jalan yang berubah-ubah sangat tinggi,” wanti pria berpostur tinggi ini.
Perlindungan perlu lebih maksimal untuk pengendara dengan menggunakan pelindung yang terpasang pada dada dan punggung, sikut juga lutut.
Pelindung dada dan punggung berguna jika terdapat benturan dengan setang kemudi atau benda asing yang terlempar mengarah ke bagian dada atau saat terjatuh keras tepat di punggung. Kalau sudah lengkap, Anda siap buat terabasan!