Ducati memiliki beberapa tipe mesin untuk jajaran produknya, salah satu mesin yang cukup legendaris adalah Superquadro 90 ° V2 yang salah satunya digunakan oleh Ducati Streetfighter V2.
Versi ‘telanjang’ dari Panigale V2 ini dibanderol Rp 627 juta off the road yang dijual langsung oleh PT Legenda Motor Indonesia selaku Agen Pemegang Merek (APM) Ducati di Indonesia.
Spesifikasi mesin yang digunakan Streetfighter V2 adalah Superquadro 90° V2, Desmodromic 4 katup per silinder, pendingin cairan, 6 percepatan dengan Ducati Quick Shift (DQS).
Lantas apakah mesin ini cukup buas untuk digunakan sehari-hari? Atau justru tetap bersahabat?
Untuk itu tim Autofun Indonesia langsung melakukan test ride pada motor yang dirakit di Thailand ini.
Jika melihat dari lembar spesifikasinya, motor ini menggunakan piston 100 mm dengan panjang langkah 60,8 mm, punya kapasitas bersih 955 cc dengan rasio kompresi 12,5:1.
Baca juga: Marquez Jalani Operasi setelah Tes Motor Ducati, Padahal enggak Jatuh?
Jadi gak heran deh kalau mesin ini klaimnya punya tenaga maksimal mencapai 155,1 ps pada 10.750 rpm dengan torsi maksimal 101,4 Nm di 9.000 rpm, sadis!
Meski klaim tenaga serta torsinya cukup besar, tapi ternyata motor ini masih ‘nurut’ untuk diajak cruising santai, salah satunya karena mesinnya dilengkapi dengan fitur riding modes.
Jadi buat yang mau berkendara santai atau cari aman di jalur minim cengkraman bisa pilih Wet.
Di sini respon tenaganya bisa dikatakan cukup delay sehingga karakter mesin cenderung lebih smooth.
Gak cuma itu, hadirnya riding modes juga membuat perangkat elektronik bekerja lebih sensitif, seperti DTC (Ducati Traction Control) dan DWC (Ducati Wheelie Control).
Dengan begitu pengendaranya akan lebih aman juga stabil kala mengendarai motor ini.
Baca juga: Langsung Gacor, Marc Marquez Semringah Usai Jajal Ducati Desmosedici GP23
Kalau mau mendapatkan respon mesin yang lebih responsif bisa pilih Road, riding mode ini ditunjukan agar pengendaranya bisa merasakan performa Streetfighter V2 ketika berkendara di jalur kondisi jalan kering.
Saat menggunakan riding modes ini maka rear wheel lift control akan aktif sehingga roda belakang tidak akan sampai terangkat saat pengereman keras.
Dan ABS Cornering EVO akan berada di posisi maksimal, dengan begitu momen pengereman dan cornering akan lebih maksimal.
Untuk yang ingin merasakan seluruh tenaga 155,1 ps dan torsi 101,4 Nm rasanya riding modes Sport cocok dengan ini.
Apalagi ketika digunakan di sirkuit yang mana kalibrasi bukaan gasnya menjadi lebih presisi serta responsif.
Bahkan saat menggunakan riding modes ini perangkat elektronik menjadi kurang sensitif tapi tanpa mengesampingkan unsur safety.
Baca juga: Bukan cuma Kencang, Ini yang Dicari Marquez dari Ducati
Seperti ABS menjadi level 2 dan lift-up control tidak aktif, malah fitur slide by brake jadi berfungsi.
Sehingga memungkinkan Streetfighter V2 masuk tikungan dengan roda belakang menyamping layaknya motor balap.
Canggihnya fitur elektronik ini salah satunya karena adanya sensor gyro atau IMU 6-axis inertia yang membaca seluruh pergerakan motor secara langsung juga presisi.
Kemudian dikirimkan ke ECU yang selanjutnya dikaitkan dengan riding modes yang sedang digunakan.
Dari data yang dikumpulkan tersebut dapat menghadirkan fitur lain pada Streetfighter V2.
Seperti ABS Cornering EVO, Ducati Traction Control EVO 2, Ducati Wheelie Control EVO 2, Ducati Quick Shift up/down EVO 2, Engine Brake Control EVO, dan sein self-canceling.
Tapi memang mengendarai Streetfighter V2 ini enaknya bermain di atas 5.000 rpm.
Pasalnya ketika cruising di bawah putaran mesin tersebut rasanya ada hentakan-hentakan yang dihasilkan mesin sehingga sedikit mengurangi rasa nyaman.
Salah satu ciri mesin dengan performa tinggi adalah suhu mesinnya yang kerap kali tinggi, apalagi jika dalam kondisi siang hari ditambah dengan karakter jalan padat merayap.
Baca juga: Ducati Hypermotard 698 Mono 2024, Pakai Potongan Mesin Panigale!
Untuk Streetfighter V2 sendiri menurut informasi di spidometernya memang selalu bermain di atas 95° C, apalagi saat berhenti di persimpangan lampu lalu lintas bisa tembus di atas 100° C.
Meski begitu rasa hangat masih dalam batas wajar, artinya hanya terasa hangat di sekitar kaki pengendara, tidak ada panas berlebih yang mungkin bisa membuat area kaki pedih.
Suhu mesin pun dapat turun kembali dengan mudah, cukup berakselerasi selepas persimpangan maka suhu mesin dapat kembali turun di bawah 100° C.
Tidak lupa menguji akselerasinya menggunakan alat Racebox berbasis GPS agar mendapatkan hasil yang lebih pasti.
Prosesnya diulang sebanyak 3 kali sampai mendapatkan angka terbaik.
Baca juga: DesertX Rally 2024 Jadi Bukti Keseriusan Ducati Garap Segmen Offroad
Hasilnya Ducati Streetfighter V2 mencatatkan waktu 3,13 detik untuk mencapai 0-100 km/jam, bahkan jarak 0-402 ditempuh hanya dalam waktu 10,73 detik pada kecepatan 206,4 km/jam.
Mesinnya punya karakter ‘nafas’ cukup panjang, bahkan kecepatan 227 km/jam masih berada di gigi 5.
Jadi untuk faktor keamanan dan karena jalur pengetesan yang tidak memadai maka kami tidak menguji kecepatan tertingginya.
Lalu untuk menguji berapa rata-rata konsumsi bensinnya, tangki 17 liternya diisi penuh dengan bensin RON 95, setelah itu diajak berkendara dengan kondisi jalan beragam.
Mulai dari bermacet-macetan sampai sesekali gaspol untuk merasakan sensasi mesinnya sekaligus mendinginkan mesin Streetfighter V2.
Hasilnya informasi average fuel consumption di spidometernya menunjukan angka 18-21 km/liter tergantung dengan kondisi jalan dan cara berkendaranya.
Dengan begitu sekali isi penuh bisa melaju hingga 306-375 km, lumayan!
Data Tes Ducati Streetfighter V2 | ||
---|---|---|
0-60 km/jam | 1,79 detik | |
0-80 km/jam | 2,46 detik | |
0-100 km/jam | 3,13 detik | |
0-100 meter | 4,64 detik @134,5 km/jam | |
0-201 meter | 6,96 detik @171,2 km/jam | |
0-402 meter | 10,73 detik @206,4 km/jam | |
Konsumsi bbm | 18-21 km/liter |
Tipe Mesin | Superquadro 90 ° V2, Desmodromic 4 katup per silinder, pendingin cairan | |
Kapasitas mesin | 955 cc | |
Bore x Stroke | 100 x 60,8 mm | |
Perbandingan kompresi | 12.5:1 | |
Tenaga maksimal | 155,1 ps @10.750 rpm | |
Torsi maksimal | 101,4 Nm @9.000 rpm | |
Sistem bahan bakar | Electronic fuel injection system. Twin injectors per cylinder. Full ride-by-wire elliptical throttle bodies Exhaust 2-1-2-1 system, with 2 catalytic converters and 2 lambda probes | |
Transmisi | 6 percepatan dengan Ducati Quick Shift (DQS) up/down EVO 2 | |
Rangka | Monocoque Aluminium | |
Suspensi depan | Upside down Showa BPF Ø43 mm fully adjustable | |
Pelek depan | 5-spokes light alloy 3.50x17 inci | |
Ban depan | Pirelli Diablo Rosso IV 120/70 ZR17M | |
Suspensi belakang | Sachs fully adjustable | |
Pelek belakang | 5-spokes light alloy 5.50 x17 inci | |
Ban belakang | Pirelli Diablo Rosso IV 180/60 ZR17M | |
Travel suspensi | 120 mm depan, 130 mm belakang | |
Rem depan | Cakram Ø320 mm semi-floating ganda, kaliper Brembo Monobloc M4.32 4-piston radial dengan Bosch Cornering ABS EVO | |
Rem belakang | Cakram Ø245 mm tunggal, kaliper 2 piston dengan Bosch Cornering ABS EVO | |
P x L x T | 2.093 x 890 x 1.043 mm | |
Berat | 178 kg (kering), 200 kg (basah) | |
Tinggi jok | 845 mm | |
Jarak sumbu roda | 1.465 mm | |
Jarak terendah ke tanah | 131 mm | |
Rake | 24° | |
Trail | 94 mm | |
Kapasitas tangki bensin | 17 liter |